Senin, 21 Desember 2009

Memahami Lukas : Pungkasan

Pungkasan dari Penulis
Demikianlah pemahaman penulis tentang pengalaman dan kesaksian Lukas tentang Tuhan Yesus, Sang Kristus sebagai Sang Guru. Betapa Tuhan Yesus begitu memahami dan maha memaklumi akan kelakuan manusia. Dia datang dan hadir ditengah-tengah kita untuk menjadi penyelamat.

Kita menyadari bahwa kita semua bukanlah orang yang baik dan benar seratus prosen. Bahasa agak kerennya kita adalah pendosa. Oleh karena itu kita diminta untuk bangkit dari kedosaan kita dan berubah menjadi manusia baru. Dicuci dan dibersihkan dari kotoran, menjadi anak-anak Allah, bukan anak-anak dunia. Setelah itu diberi tugas mewartakan kabar keselamatan.

Sebagai orang pilihan, mestinya berbeda dengan yang lain yang belum terpilih. Sasarannya menjadi contoh dan panutan dalam segala hal kebenaran dan kebaikan. Berbuat baik dan benar dalam kenyataannya belum tentu bisa diterima oleh banyak orang. Apapun keputusan yang kita ambil pastilah ada risiko-risiko yang harus dihadapi. Kita diminta untuk teguh bertahan dan tetap setia kepada-Nya.

Salah satu hambatan terbesar untuk mengikut Dia adalah apabila kita terpaku kepada Mamon. Yang pada akhirnya malah menomorsatukan harta benda dan kekuasaan duniawi. Tuhan begitu memaklumi apabila kita jatuh bangun dalam perjalanan ziarah ini, karena nafsu kedagingan kita. Tangan Tuhan selalu terbuka untuk menerima anak-anak-Nya yang ingin kembali ke pangkuan-Nya. Syaratnya hanya apabila kita mau bertobat, menyesali semua salah dan dosa, bangkit dan berubah melalui perbuatan nyata, selama kita masih hidup.

Kematian adalah batas akhir yang diberikan Tuhan kepada kita untuk bertobat. Dan kita tidak tahu kapan dan bagaimana prosesnya itu terjadi. Saat sekarang inilah kita diminta untuk bangkit dan berubah, agar jangan sampai terlambat.

Memahami Lukas Bab24

Bab 24- Kebangkitan, Penampakan Diri, Naik ke Sorga
Kebangkitan Yesus
(23-56b) Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat,2 4:1. tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. 24:2 Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, 24:3 dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. 24:4 Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.
24:5 Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? 24:6 Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, 24:7 yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga." 24:8 Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu. 24:9 Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. 24:10 Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. 24:11 Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. 24:12 Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi.
Kita bisa membayangkan bagaimana rombongan perempuan pengikut Tuhan Yesus berangkat ke tempat kubur pagi-pagi sekali. Mereka membawa segala macam rempah-rempah dan minyak mur. Begitu sampai di tempat kubur, alangkah terkejutnya karena batu penutup telah terguling dan mayat Tuhan Yesus tidak ada. Dengan termangu-mangu mereka bertanya-tanya dalam hati, siapakah gerangan yang telah mengambilnya.

Lebih terkejut lagi sewaktu dua malaikat datang dengan tiba-tiba, tahu-tahu sudah berada di dekat mereka. Mereka tidak berani memandang langsung ke wajah kedua malaikat yang berkilauan. Perkataan malaikat tersebut yang menyadarkan mereka bahwa Sang Guru sudah bangkit dari mati, sesuai yang dikatakan-Nya kepada mereka semua, sewaktu di Galilea. Mereka baru mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan gurunya, yang selama ini masih teka-teki. Sulit untuk diterima nalar bahwa orang yang sudah mati bisa hidup kembali.

Perasaan yang bercampur aduk tidak karuan tidak bisa diuraikan dengan kata-kata. Mereka pulang dan menceritakan kepada semua murid yang dijumpai, bahwa Sang Guru sudah bangkit dari mati, namun tidak tahu dimana Dia sekarang.

Kemungkinan besar para murid itu tinggal berkumpul di rumah lantai atas, yang dipergunakan untuk pesta Paskah bersama Guru. Dan nyatanya para rasul tersebut sulit untuk menerima perkataan para perempuan, yang mungkin bercerita dengan gugup. Jalan yang paling baik adalah datang sendiri menengok ke kubur. Dengan terbengong-bengong nyatanya yang dilihat hanya kain kapan pembungkus mayat. Sang Guru sudah pergi entah kemana dan bagaimana caranya, tidak tahu. Mungkin yang muncul dalam benak adalah jangan-jangan, dengan berbagai kemungkinan.
Menampakkan Diri di jalan ke Emaus
24:13. Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 24:14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 24:15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. 24:16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. 24:17 Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. 24:18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"
24:19 Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. 24:20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. 24:21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. 24:22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, 24:23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. 24:24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."
24:25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 24:26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 24:28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. 24:29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. 24:30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. 24:31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. 24:32 Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" 24:33 Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. 24:34 Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." 24:35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Emaus adalah kampung kecil yang tidak begitu jauh dari Yerusalem, arahnya ke barat dan menjadi terkenal karena kesaksian ini. Pada hari itu dua orang murid-Nya pergi dari Yerusalem menuju ke Emaus. Kemungkinan mereka berasal dari sana dan akan pulang ke rumahnya. Di tengah perjalanan mereka ketemu Tuhan Yesus namun tidak dikenalnya. Hal ini yang mengherankan jika ditinjau dari akal budi. Secara nalar harusnya para murid tersebut bisa mengenali wajah-Nya ataupun perkataan-Nya. Kenyataannya mereka tidak mengenal Dia, hanya ada suasana hati yang berkobar-kobar tidak bisa dijelaskan. Segala penjelasan Kitab Suci disampaikan kepada mereka, dan ini semakin membuat mereka tersentuh dan tertarik, siapakah Dia gerangan. Kita bisa meraba rasakan situasi yang seperti itu akan menghanyutkan kita, seolah-olah kita tidak mau berpisah dan akhirnya mengundang untuk bermalam. Pasti banyak pengajaran atau pengalaman yang bisa mereka terima untuk semakin meneguhkan hati. Nyatanya ada orang asing yang bisa berbicara sedemikian rupa, yang dapat mengugah hati.

Namun ketika Tuhan Yesus mengambil roti dan mengucap berkat, memecah-mecahkan dan memberikan kepada mereka, barulah matanya terbuka. Mereka mulai mengenal Dia bahwa itulah Sang Guru yang tadi sebagai bahan pembicaraan di perjalanan. Sayang Tuhan Yesus lalu menghilang begitu saja. Perasaan yang berkobar-kobar ini harus segera disampaikan kepada para rasul maupun murid yang lain di Yerusalem. Rasanya tidak kuat untuk menahan diri sampai besok pagi. Ini suatu peristiwa yang besar dimana Tuhan Yesus telah melawat umat-Nya. Segala rasa capai seperti hilang begitu saja diganti dengan kekuatan untuk segera kembali ke Yerusalem. Kita bisa membayangkan bagaimana mereka berdua menempuh perjalanan kurang lebih duapuluh kilometer pergi pulang.

Seringkali kita dibuat terbengong-bengong oleh kehendak Tuhan, yang tidak selaras atau sesuai dengan nalar kita. Mungkin kita juga begitu bodoh dan lamban hati, hanya mendasarkan kepada akal budi saja. Yang ini tidak mungkin, yang itu tidak masuk akal dan sebagainya. Mestinya kan begini atau begitu, yang sepertinya kita begitu paling benar.

Tuhan Yesus tidak langsung menampakkan diri kepada para rasul yang sudah dipilih-Nya. Yang dilakukan malah kepada murid lainnya, padahal mereka sedang pergi dari Yerusalem. Mungkin disinilah kita diajar untuk dapat menerima dengan kebeningan hati, bahwa Tuhan dapat berkarya kepada atau melalui siapapun yang dikehendaki-Nya. Pasti dibalik itu ada rencana-rencana khusus dari Allah dimana kita tidak tahu. Paling tidak kita diajar untuk selalu rendah hati dan tidak menonjolkan kesombongan rohani, apabila dipilih menjadi pemimpin yang berhubungan dengan rohani. Kita bisa belajar bagaimana Tuhan Yesus memilih Saulus untuk menjadi pewarta yang hebat, walaupun pada awalnya timbul pro dan kontra.

Menampakkan Diri kepada Semua Murid
24:36. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" 24:37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. 24:38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 24:39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." 24:40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. 24:41 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" 24:42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. 24:43 Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. 24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." 24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
24:46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, 24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. 24:48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini. 24:49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."
Kita bisa menangkap bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya dengan segala jiwa dan raga-Nya. Dia tunjukkan bekas luka-luka di kaki dan tangan-Nya, malahan Dia minta makan dan melahap sepotong ikan goreng. Kitapun bisa membayangkan bagaimana para murid begitu terkejut, takut, girang dan rasa-rasa yang lainnya campur aduk menjadi satu. Antara percaya dan tidak pasti menyelimuti pikiran mereka. Bagaimana mungkin seseorang bisa langsung tiba-tiba sudah dihadapan mereka. Hal seperti ini belum pernah dialami, sehingga membuat kaget tidak bisa bicara untuk sesaat. Paling gampang pada saat itu adalah menyebut hantu.

Kita bisa menangkap juga bahwa yang disebut hantu adalah zat atau roh yang dapat terlihat namun tanpa daging dan tulang. Entah bagaimana caranya sehingga mata bisa melihat gambaran seseorang yang tanpa daging dan tulang. Mungkin kata hantu dan tuhan perbedaannya begitu tipis, dan kalau kita ucapkan berulang-ulang kita bisa salah menangkapnya. Tu-han-tu-han-tu-han-tu-han-tu-han.

Tuhan Yesus membuka pikiran para murid yang berkumpul, agar mengerti apa yang dimaksud dalam Kitab Suci tentang diri-Nya. Semuanya sudah digenapi dan dilaksanakan dengan sempurna. Sekarang para penerus harus bersiap untuk mewartakan kabar keselamatan kepada segala bangsa. Keselamatan dapat diraih apabila melalui pertobatan dan pengampunan, yang diungkapkan melalui perbuatan dalam kehidupan nyata. Semuanya akan dimulai dari Yerusalem, setelah Roh Kudus dikirim kepada mereka pada waktunya nanti.

Merekalah saksi-saksi hidup yang mengalami sendiri bertemu dan bersama Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat. Bersama-sama dengan Dia selama kurang lebih tiga tahun, pastilah banyak hal telah mereka terima, mereka saksikan dan mereka rasakan.

Kesaksian merekalah yang disebarkan dan diwartakan ke seluruh dunia sampai sekarang ini dan yang akan datang. Kitapun diminta untuk mewartakan dan memberikan kesaksian apa yang kita alami sehari-hari sewaktu bersama Tuhan Yesus. Kita bisa merasakan betapa baik dan bijaksananya Dia kepada kita, jika kita mau merenungkannya secara rohani.
Kenaikan Yesus ke Sorga
24:50. Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. 24:51 Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. 24:52 Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. 24:53 Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.
Pada akhir cerita kesaksian iman ini, Lukas menulis bahwa Tuhan Yesus membawa para murid ke luar kota Yerusalem, sampai dekat kampung Betania. Kita boleh saja membayangkan bagaimana Tuhan Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati, seraya perlahan-lahan naik terangkat ke atas tidak menginjak bumi. Dia semakin tinggi dan berpisah dengan murid-murid-Nya, kemudian hilang dari pandangan, terangkat ke surga.

Kita bisa membayangkan bagaimana situasi pada saat itu, pasti ada suatu rasa yang tidak bisa dijelaskan bercampur menjadi satu. Perasaan campur aduk tadi seolah-olah menumbuhkan kekuatan untuk rebah sujud menyembah kepada-Nya. Menyembah yang sedang naik ke surga, penuh sukacita namun ada juga kesedihan. Kesedihan bercampur haru karena di tinggalkan di bumi.

Apa yang harus dilakukan kemudian? Tidak ada jalan lain yang lebih baik kecuali pulang kembali ke Yerusalem, masuk ke dalam bait Allah dan memuliakan-Nya. Mungkin pada malam hari mereka berkumpul bersama di suatu tempat, saling berbincang, saling berbagi cerita menurut pendapatnya masing-masing.

Merekalah para saksi hidup yang mengalami dan merasakan segala macam kejadian selama mengikut Tuhan Yesus. Segala macam pengalaman yang dirasakan mereka kumpulkan semua di dalam hati masing-masing, yang pada saatnya nanti harus disampaikan kepada segala bangsa sebagai kabar keselamatan.

Senin, 14 Desember 2009

Memahami Lukas Bab23

Bab 23- Diadili, Disalibkan, Wafat dan Dikuburkan
Di hadapan Pilatus
23:1. Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. 23:2 Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: "Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja." 23:3 Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." 23:5 Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini." 23:6 Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea. 23:7 Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem.
Di hadapan Pilatus pada pagi hari itu, Tuhan Yesus hanya berkata sedikit sekali. Pertanyaan Pilatus dikembalikan sebagai jawaban itu sendiri. Kelihatannya Pilatus tidak begitu suka dengan Sanhedrin yang begitu pandai bicara dan mengolah kata-kata, apalagi kalau dihubungkan dengan agamanya. Para pemuka agama ini, yang seharusnya menjadi panutan dalam kebenaran, malah kebablasan mengaku sebagai wakil Allah di dunia. Merekalah yang perlu dicermati karena bisa sebagai pemicu timbulnya huru hara, apalagi kalau dibumbui dengan penyedap Kitab Suci. Mereka adalah kelompok yang hanya berani berkoar jikalau dalam kerumunan massa. Maka Pilatus mencoba untuk membebaskan Tuhan Yesus. Pasti Pilatus tahu dari para informannya, bahwa Tuhan Yesus selama ini tidak pernah berbicara tentang pemberontakan dan sejenisnya.

Teriakan para penangkap malah menjadikan suatu kesempatan dan alasan untuk melepaskan dari keinginan massa. Karena Galilea di bawah kekuasaan Herodes, maka si Terdakwa supaya dibawa kesana. Biarlah Dia diadili oleh rajanya sendiri, yang masih satu kepercayaan dalam agamanya. Urusan ajaran agama bukan kewajiban pemerintah Romawi. Mungkin inilah bahasa diplomasi yang dipergunakan oleh Pilatus.

Kita mungkin bisa membayangkan bagaimana lelah dan lunglainya Tuhan Yesus pada waktu itu. Semalaman tidak istirahat, malahan dianiaya dengan kejam dan ditambah dengan cemoohan oleh orang-orang yang mengaku begitu dekat dengan Allah. Dari satu tempat digiring ke tempat lain dengan keadaan terluka luar dalam. Hebatnya Dia tidak melawan maupun memberontak dan mandah saja seperti domba yang akan dibawa ke tempat penyembelihan.

Mungkin kalau kita pasti akan membuat pembelaan, penyangkalan dan meminta bukti. Kalau perlu malah menuntut balik kepada mereka yang telah menawannya. Tuhan Yesus tetap berpegang kepada skenario yang telah dinubuatkan. Yang harus terjadi, terjadilah dan harus dihadapi dan dialami sampai selesai tugas-Nya.

Di hadapan Herodes
23:8 Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. 23:9 Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. 23:10 Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. 23:11 Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. 23:12 Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.
Keinginan Herodes akhirnya terwujud untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Sayangnya Tuhan Yesus tidak mau menjawab segala pertanyaan ataupun komentar yang dilontarkan Herodes. Pada saat itu mungkin Herodes begitu gemas terhadap sikap Tuhan Yesus. Herodes sebagai seorang raja kan mempunyai kekuasaan, yang dapat memutuskan sesuai dengan seleranya. Kalau bisa berkompromi dan membuat tanda-tanda yang ajaib, siapa tahu akan dibebaskan. Dari kegemasan tersebut, kemudian timbul kegeraman untuk menista dan menghinakan Dia. Mana buktinya cerita getok tular yang selama ini tersebar sehingga dia ingin bertemu Tuhan Yesus. Nyatanya tidak ada apa-apa, malah lebih banyak diam seribu bahasa.

Dengan dikenakan jubah pakaian kebesaran yang mungkin berwarna putih, Tuhan Yesus dikirim kembali kepada Pilatus. Mungkin Dia dianggap sebagai orang gila yang mimpi sebagai raja. Dengan jubah kebesaran, Tuhan Yesus diarak kembali, berjalan di depan dan rombongan berjalan di belakangnya. Saat itu suasananya seperti raja yang berkeliling diiringi oleh para punggawa. Bedanya hanya satu, Tuhan Yesus dalam keadaan menderita karena siksaan dan mungkin dibelenggu seperti pesakitan. Pasti terjadi cemoohan, umpatan dan hujatan yang merendahkan dan menghina Dia, selama di perjalanan.
Yesus kembali di hadapan Pilatus
23:13. Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, 23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. 23:15 Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. 23:16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 23:17 (Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.) 23:18 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!" 23:19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. 23:20 Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. 23:21 Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!" 23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 23:23 Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. 23:24 Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. 23:25 Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.
Penulis memahaminya bahwa Pilatus mencuci tangan dan tidak mau bertanggung jawab atas kematian Tuhan Yesus. Sepertinya Pilatus kalah dengan massa yang menuntut. Namun rasanya Pilatus tidak akan kalah apabila memang diperlukan kekerasan dalam bertindak. Sebagai penjajah, Pilatus berkuasa di wilayah tersebut dan bisa berbuat apa saja. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di dalam diri Pilatus yang tidak bisa dijelaskan. Dia yakin bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah yang dapat mengakibatkan hukuman mati. Dia memerintahkan untuk dihajar habis-habisan, namun jangan sampai mati. Prajurit Pilatus menghajar Tuhan Yesus sampai setengah hidup. Kita bisa membayangkan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus sewaktu didera para algojo, seperti di film Sengsara Kristus.

Kita semua tahu bahwa akhirnya Barabas dilepaskan dan Tuhan Yesus diserahkan kepada mereka yang akan menyalibkan. Teriakan massa yang begitu banyak dan bergemuruh jelas tidak menciutkan nyali Pilatus. Jika dipikir-pikir, tidak ada keuntungannya juga melepaskan Tuhan Yesus. Jika menyetujui dan memerintahkan hukuman mati, juga tidak pas. Biarlah semua kesalahan ditimpakan kepada bangsanya sendiri. Semua yang harus terjadi terjadilah, supaya penggenapan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Kita bisa membayangkan betapa Tuhan Yesus begitu sedih bagaimana para pemimpin agama dengan kesombongannya menganggap diri sebagai kepanjangan tangan Allah. Mungkin inilah bibit-bibit awal yang ditanamkan dan akan tumbuh menjadi malapetaka dahsyat bagi bangsa Isrel pada waktu itu.
Jalan Salib
23:26. Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. 23:27 Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. 23:28 Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! 23:29 Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. 23:30 Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! 23:31 Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?"
Kita pasti mengenal simon dari Kirene apabila sering mengikuti ibadat jalan salib. Simon yang tidak tahu apa-apa dipaksa oleh kelompok massa untuk memanggul salib. Dalam pemahaman penulis, Simon terpaksa mau memanggul salib karena kalah oleh massa. Perkiraan penulis, apabila salib tersebut dipanggul sendiri oleh Tuhan Yesus yang sudah setengah sekarat, dikawatirkan Dia akan wafat sebelum sampai ke tujuan untuk disalib. Kita bisa membayangkan bagaimana kejam dan dengkinya mereka kepada Tuhan Yesus. Mereka ingin memuaskan dirinya dengan menyaksikan bagaimana Dia dipaku dan disalibkan.

Dari keterpaksaan bisa berkembang menjadi simpati untuk membantu meringankan penderitaan Tuhan Yesus. Nyatanya namanya tercatat dalam Kitab Suci dan selalu diucapkan sewaktu kita mengenang dalam ibadat jalan salib. Penulis tidak tahu berapa jauh Simon ikut memanggul salib. Mungkin saja masih ada orang lain yang iba dan membantu Tuhan Yesus, walaupun hanya mengangkat dan meletakkan di bahu-Nya.

Kita bisa memaklumi perasaan perempuan yang tidak sampai hati melihat penderitaan orang lain. Apalagi jika sampai melihat dengan mata sendiri, luka-luka sekujur tubuh yang masih berdarah. Meratap dan menangis serta membayangkan kalau yang mengalami itu saudaranya, betapa tak terbayangkan. Mungkin dalam bahasa jawa “welas tanpa alis” agak tepat mengungkapkannya. Kita kasihan namun tidak bisa berbuat sesuatu yang dapat meringankan beban yang kita kasihani. Mungkin hanya seorang perempuan, yang kita kenal dengan nama Veronika yang berani berbuat nyata dengan caranya sendiri.

Ungkapan Tuhan Yesus yang menghibur para perempuan cukup membingungkan untuk dipahami umum pada waktu itu. Mungkin hal ini berhubungan dengan nubuat akan kehancuran Israel. Anak-anak mereka akan cukup dewasa untuk mengalami saat-saat keruntuhannya bahkan mengalami penderitaan dan kematian. Lebih baik tidak dilahirkan apabila hanya akan menghadapi penderitaan hebat bagaikan kiamat. Mau bersembunyi dimana? Kepenginnya menyelusup sembunyi di dalam tanah yang dalam sehingga tidak kelihatan.

Ungkapan kayu hidup dan kayu kering, mungkin mempunyai arti tersendiri. Pikiran penulis sendiri, kayu hidup sudah semestinya dipelihara untuk diambil buahnya atau diambil kayunya setelah cuku besar. Agak aneh jika pohon kayu yang sedang berbuah malahan ditebang. Kayu kering yang sudah mati dan lapuk tinggal dipotong-potong dijadikan kayu bakar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain. Di tempat-tempat tertentu malahan kayu kering tersebut tidak dipandang sebelah mata, dibiarkan begitu saja.

Pada kenyataannya, dalam penderitaan malah memunculkan iman yang terus berkembang dan berbuah. Sebaliknya, dalam kesenangan yang bergelimangkan kekayaan dan kekuasaan malah mengkerdilkan iman untuk tumbuh.
Yesus disalibkan
23:32. Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia. 23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. 23:35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah." 23:36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya 23:37 dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!" 23:38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi". 23:39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" 23:40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 23:41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." 23:42 Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." 23:43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Disini kita bisa mengagumi Kristus Yesus yang tersalib, bahwa Dia bukan manusia biasa. Dalam keadaan teraniaya, Sang Anak Manusia masih bisa mendoakan orang banyak. Dia tidak mendendam bahkan malah memaklumi kelakuan manusia, memohon kepada Allah Bapa agar mereka diampuni. Yang bisa berbicara seperti itu pasti bukan mulut orang biasa, tetapi Yang Illahi. Sudah berbuat begitu saja masih dicemooh dan diejek. Dan itulah manusia yang sedang diliputi oleh kedengkian yang begitu hebat. Dalam keadaan marah yang disertai dengan kegusaran ataupun kedengkian, ucapan apapun bisa terlontar dari mulut kita. Padahal mungkin kita tidak terlibat langsung dengan orang tersebut, dan hanya didasarkan kata orang atau media. Kita bisa menghujat seseorang atau kelompok yang tidak sejalan atau sepaham dengan kita, apalagi bila berseberangan jalan.

Kita diajar secara langsung oleh Dia, agar kitapun berani mengampuni dan mengampuni. Belajar memaklumi perkataan dan perbuatan orang lain, mengapa melakukan begini dan begitu. Kita diajar untuk selalu berpikir positif. Seringkali kita dibuat sakit hati atau tersinggung oleh orang lain karena mendengar atau melihat bahasa gerak tubuh atau cara lainnya, padahal belum tentu ditujukan kepada kita. Namun kita akan santai saja selama tidak mendengar dan melihat sendiri, bahwa di belakang sudah digosipkan macam-macam yang tidak baik. Jangan-jangan orang tersebut akan kita terima dengan ramah, karena pandai memakai topeng yang menyenangkan.

Dalam bayangan penulis, kedua penjahat tersebut disalibkan terlebih dahulu. Baru kemudian Tuhan Yesus yang disalibkan secara istimewa, dipaku kedua tangan dan kakinya. Tempatnya tidak sejajar dengan yang dua orang, namun agak lebih maju ke depan. Dia dihinakan bagaikan pemimpin penjahat yang paling besar, maka tempatnya perlu dibedakan juga.

Pembicaraan salah seorang penjahat di kanan Tuhan Yesus dengan Dia mengajarkan kepada kita bahwa surga atau Firdaus adalah karunia Allah. Karunia itu bisa diberikan kepada siapa saja yang Tuhan kehendaki. Salah satu syaratnya adalah berani mengakui kesalahan dan bertobat, selama masih diberi kesempatan hidup. Salah satu penjahat tersebut menerima karunia pengampunan hari itu juga dan diajak berjalan-jalan, turun menemui roh orang-orang yang sudah mati, baru kemudian ke Firdaus. Seperti apa itu Firdaus tidak usah dibayangkan, jangan jangan malah keliru karena kita sesuaikan dengan kemampuan akalbudi kita yang terbatas. Dia sudah menembus segala nalar, batas, ruang dan waktu maupun yang lainnya.
Yesus Wafat
23:44. Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, 23:45 sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. 23:46 Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. 23:47 Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" 23:48 Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. 23:49 Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.
Dalam bayangan penulis, orang yang paling dekat berdiri dibawah kaki salib Kristus hanyalah Bunda Maria. Mereka berdua saling berbicara sebagai ibu dan anak, yang mungkin tidak didengar oleh orang lain. Percakapan dalam imajinasi penulis kurang lebih begini, kata Tuhan Yesus :” Ibu, ya beginilah ini Anakmu. Semuanya harus terjadi. Waktu-Ku sudah hampir sampai.” Bunda Maria menjawab :”Kalau begitu, aku ikut Engkau saja kembali ke Firdaus. Semuanya kan sudah terlaksana.” Namun Tuhan Yesus menyahut :”Ibu, belum bisa. Tugas Ibu kan masih ada yang harus dilaksanakan. Tugas momong manusia, termasuk para rasul. Menjadi Ibu segala bangsa. Pada saatnya nanti Ibu akan menyusul Aku.” Dengan segala kesedihan dan kesetiaannya, Bunda Maria menjawab :”Jikalau itu yang memang Engkau kehendaki, aku mengikuti saja semua perkataan-Mu.”

Setelah itu percakapan tersebut berhenti sejenak. Seluruh alam raya menyaksikan saat-saat yang begitu mencekam. Mereka ikut tergoncang dan sedih sehingga matahari ikut sembunyi di balik awan yang gelap yang menakutkan. Bumi berdebar keras yang membangkitkan gempa bumi, sehingga tabir Bait Suci terbelah. Kemudian Tuhan Yesus berseru dengan suara nyaring dan terkulai layu. Saat yang begitu mencekam dan menggoncangkan hati yang menyaksikan, yang mau tidak mau akan mengakui Kristus Yesus sebagai orang benar.

Seluruh tubuh dan wajah Tuhan Yesus sudah tidak berwujud seperti manusia lagi. Segala macam luka-luka menghiasi sekujur tubuh-Nya sehingga sulit dikenali lagi. Seluruh dosa, kesalahan dan kelemahan manusia masuk ke dalam diri-Nya, menyatu bagaikan tersedot oleh suatu kekuatan hebat yang tak terlihat. Dan semuanya itu Dia bawa mati. Saat inilah keselamatan manusia digenapi, sudah terlaksana. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai korban tebusan kepada Allah Bapa di surga. Dia mempersembahkan hidup-Nya untuk semua manusia melalui kematian di kayu salib. Salib-Nya bagaikan jembatan untuk menyeberangi jurang dalam, agar manusia memperoleh hidup yang kekal.

Menurut tradisi nama kepala pasukan tersebut adalah Longinus, yang di kemudian hari menjadi martir karena imannya.
Yesus dimakamkan
23:50. Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. 23:51 Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. 23:52 Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 23:53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. 23:54 Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. 23:55 Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. 23:56 Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur.
Hari Jumat Wage sore hari harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Yusuf Arimatea dan kawan-kawan. Pekerjaan menurunkan mayat Tuhan Yesus, mengapaninya dengan kain lenan panjang dan membaringkan dalam kubur harus selesai sebelum pukul 18.00 sore. Untuk mengejar waktu, tempat kubur tersebut harus tidak begitu jauh, masih di sekitar bukit Tengkorak. Setelah jam itu mereka tidak boleh bekerja lagi sesuai adat dan aturan yang berlaku bagi orang Yahudi, karena sudah memasuki hari Sabat. Mayat Tuhan Yesus dikapani tanpa dibersihkan dari darah yang masih menempel di tubuh. Mungkin inilah mukjizat misteri kain kapan yang sekarang masih disimpan di Turin.

Sebagai kuburan baru yang belum pernah dipakai, maka tempat tersebut harus ditutupi dengan batu besar. Mungkin mereka menggali di bukit batu dan tidak sulit untuk menemukan batu penutup liang kubur. Mestinya batu tersebut cukup besar dan berat, agar tidak mudah digulingkan oleh seorang manusia atu binatang.

Para perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus menyiapkan segala keperluan untuk penguburan yang layak. Harapannya akan dikerjakan setelah hari Sabat sudah lewat atau mungkin Minggu pagi-pagi sekali.

Memahami Lukas Bab22

Bab 22- Pengkhianatan, Perjamuan Malam, Getsemani dan Ditangkap
Rencana membunuh Yesus
22:1. Hari raya Roti Tidak Beragi, yang disebut Paskah, sudah dekat. 22:2 Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak. 22:3 Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. 22:4 Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. 22:5 Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya. 22:6 Ia menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.
Dalam hal ini kita bisa berandai-andai bahwa telah terjadi konspirasi antara Yudas Iskariot dengan beberapa imam kepala dan ahli Taurat serta para pengawal Bait Allah. Kemungkinan besar ada sesuatu hal yang membuat Yudas merasa tidak puas dengan Sang Guru. Mungkinkah Yudas keliru dengan harapannya yang terlalu berlebih dan nyatanya tidak sesuai? Penulis bisa memaklumi situasi pada saat itu dimana orang Israel sedang dalam penjajahan. Keinginan merdeka pasti ada dalam pikiran banyak orang. Jangan-jangan Yudas mengharapkan semoga gurunya bisa menjadi pemimpin bahkan raja, yang dapat menggerakkan semua hati untuk berontak melawan penjajah. Sebagai salah seorang yang terpilih menjadi murid-Nya, paling tidak bisa ikut mengenyam suatu jabatan, anggap saja menteri keuangan.

Kenyataannya Sang Guru sepertinya mengabaikan hal-hal duniawi, malahan memberikan gambaran nubuat bagaimana Yerusalem akan mengalami kehancuran. Sepertinya Tuhan Yesus tidak peduli dengan perebutan kekuasaan, pemberontakan dan sejenisnya. Buntut-buntutnya pasti penderitaan yang akan dialami oleh masyarakat bawah. Masyarakat yang tidak tahu apa-apa, yang hanya mengharapkan kedamaian dan kesejahteraan sesuai ukuran mereka, pasti akan menjadi korban. Rasa tidak puas sesaat pada waktu itu perlu disalurkan, yang diterima dengan penuh kegembiraan oleh imam-imam kepala dan kelompoknya. Dari penyaluran ketidak puasan itu malahan nyatanya memperoleh uang sebagai tanda ucapan terima kasih.

Kita semua mungkin setuju bahwa perbuatan khianat tersebut jelas salah dan keliru. Namun dalam perjalanan waktu selanjutnya, rasanya kita tidak ada hak untuk menghakimi bahwa Yudas berdosa dan pantas masuk neraka. Biarlah Tuhan sendiri yang menjadi hakim yang pasti adil. Kemungkinan besar Yudas Iskariot tidak sampai berpikir jauh bahwa gurunya akan dianiaya sampai dihukum mati di kayu salib. Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana kalau guru kita dipertemukan dengan para tokoh-tokoh agama yang berkuasa pada waktu itu. Harapan awal pasti hal-hal yang baik, yang membawa perubahan bagi semuanya. Kemungkinan yang muncul tinggal siapa yang bisa mempengaruhi siapa, atau tidak terjadi kesepakatan bersama karena perbedaan cara pandang. Jika pertemuan tersebut sudah selesai, pasti guru kita akan kembali lagi kepada kita. Tidak terbayangkan bahwa nubuat harus terjadi dan kita menjadi sarana pemicu yang tidak pernah terlupakan oleh sejarah.

Pertanyaannya, jika tidak ada sosok seorang Yudas Iskariot padahal nubuat harus terjadi, siapakah yang harus menjadi aktor pengkhianatnya? Skenario sejarah penyelamatan tetap harus berjalan sesuai nubuat, maka aktor pengkhianat tetap harus ada.
Persiapan makan Paskah
22:7. Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah. 22:8 Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." 22:9 Kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?" 22:10 Jawab-Nya: "Apabila kamu masuk ke dalam kota, kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya, 22:11 dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah? 22:12 Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya."
22:13 Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah.
Sekali lagi Tuhan Yesus sudah tahu lebih dahulu sebelum terjadi. Petrus dan Yohanes diberi petunjuk yang begitu jelas, mengikuti seseorang yang membawa kendi berisi air. Sepertinya tuan rumah sudah tahu bahwa Tuhan Yesus akan datang, dan dia sudah menyiapkan ruangan atas untuk keperluan hari raya roti tak beragi. Semua orang Yahudi sudah tahu dan mengerti bagaimana cara menyiapkan pesta makan Paskah tersebut.

Kita bisa membayangkan bagaimana herannya kedua murid akan perkataan tersebut, namun mereka percaya dan berjalan begitu saja. Mungkin saja mereka berdua sedikit berkomentar harus lewat jalan mana, atau mengikuti jalan yang sudah biasa mereka tempuh. Pokoknya jalan saja, sampai masuk ke dalam kota dan nanti dilihat apa yang akan terjadi. Yang jelas hari masih terang, maka pasti akan berjumpa dengan orang. Kenyataannya mereka berjumpa dengan orang yang membawa kendi berisi air. Rasa percaya kepada Sang Guru, mau tidak mau akan mengangkat keyakinan bahwa yang dikatakan-Nya tidak akan meleset. Pengalaman bertahun-tahun akan kehebatan Sang Guru jelas tidak diragukan lagi. Yakin dan percaya kepada Mesias, menjadi kunci pembuka untuk melaksanakan apapun yang dikehendaki-Nya. Tanpa keyakinan dan kepercayaan, maka kita akan berbuat menurut selera kita pribadi.

Dalam pemahaman penulis, kita diajar untuk percaya bahwa apa yang dikatakan-Nya tidak pernah keliru. Yang penting adalah, lakukanlah dahulu dan setelah itu lihat buah-buah perbuatan itu. Banyak komentar dan pertimbangan, apa lagi menghitung untung rugi, akan menghambat perjalanan mencapai tujuan yang kita arah. Berpikir positif dan berbuat lebih penting daripada hanya membayangkan yang tidak-tidak.

Hal ini mungkin bisa kita analogikan apabila kita sedang sakit. Kita mendatangi seorang dokter, kita ceritakan keluhan kita dan kita ingin sembuh. Yang perlu kita pikirkan adalah bahwa kita percaya akan dokter tersebut. Jika sudah tidak percaya, buat apa kita datang kepada dia. Tidak ada seorangpun dokter yang ingin mencelakakan pasiennya. Mestinya segala saran dan pengobatan yang diberikan, kita terima dan kita laksanakan. Baru kemudian kita rasakan buah-buah dari hasil pengobatan tersebut.

Kita bisa memahami bahwa Tuhan Yesus sebagai orang Yahudi, tetap melaksanakan upacara-upacara sesuai tradisi yang berlaku. Kita bisa mengatakan bahwa Tuhan Yesus tetap sebagai orang Yahudi dan beragama Yahudi. Dia tetap menghormati kebiasaan baik dan mengoreksi bahkan mengecam penjabaran yang kebablasan yang malah menjauh dari makna sepuluh perintah Allah. Alangkah baiknya kalau kitapun melakukan tradisi yang menjadi keyakinan kita, selama hal tersebut baik dan benar adanya.
Penetapan Perjamuan Malam
22:14 Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. 22:15 Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. 22:16 Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."
22:17 Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. 22:18 Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang."
22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." 22:20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. 22:21. Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. 22:22 Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!"
Penulis tidak tahu apakah rombongan Tuhan Yesus sebatas rasul-rasul-Nya ataukah termasuk para murid yang lain, yang selalu bersama mereka. Logikanya rombongan tersebut bukan hanya para rasul tetapi ada murid lain, yang mungkin ikut membantu persiapan pesta makan tersebut. Sepertinya ada suatu kebiasaan dimana murid yang lain tidak duduk bersama, mungkin di belakang lingkaran para rasul dan Sang Guru.

Betapa Tuhan Yesus sangat merindukan makan Paskah bersama, yang mungkin hanya sekali setahun. Petang itu adalah hari yang istimewa dan tidak akan dialami lagi, karena Dia akan menderita. Mungkin banyak hal yang dibicarakan, yang diisi dengan dongeng tentang hari raya Paskah dengan segala maknanya.

Mungkin acara malam itu adalah cikal bakal perjamuan ekaristi yang kita kenal selama ini. Tuhan Yesus mengambil cawan berisi anggur dan mengucap syukur, kemudian dibagikan kepada murid-murid-Nya. Satu hal yang membingungkan bahwa Dia tidak akan minum anggur lagi sampai Kerajaan Allah telah datang. Apakah hal ini melambangkan bahwa Dialah pokok anggur yang selalu kita minum? Tidak ada pohon anggur yang meminum anggurnya sendiri. Dia memberikan hidup-Nya agar kita semua menjadi hidup. Mungkin minum anggur ini baru sebagai pembukaan sebelum awal acara makan sebenarnya.

Kemudian Dia mengambil roti dan mengucap syukur lagi, memecahkannya dan diberikan kepada para murid. Mereka makan potongan roti, yang jelas lebih besar dari hosti yang kita kenal sekarang ini. Kita tahu dan bisa membayangkan bahwa makanan pokok orang Yahudi adalah roti dan bukan nasi. Roti kita butuhkan sebagai makanan, agar kita bisa bertahan hidup dan berkarya. Roti adalah salah satu sumber kekuatan jasmani agar kita tetap hidup dan bertumbuh.

Disini roti tersebut menjadi simbul Tubuh Kristus yang diberikan kepada para murid. Roti Kudus inilah yang harus menjadi sumber kekuatan rohani kita, agar rohani tersebut hidup dan bertumbuh. Dengan menerima Tubuh-Nya, sudah layak dan sewajarnya kalau kita mengucap syukur dan berterima kasih. Tubuh-Nya yang kita santap akan melebur menjadi satu dengan kita. Dialah sumber dari segala sumber. Jika Sang Sumber Hidup sudah menyatu dengan kita dan kita percaya, kurang apa lagi? Mestinya yang tumbuh di dalam diri kita adalah suatu rasa sukacita, gembira, puas, bahagia, mulia dan sejenisnya. Segala rasa tersebut mestinya akan mengalahkan rasa-rasa negatif yang sedang atau akan kita alami. Mungkin kita pernah mendengar atau membaca tulisan Santo Paulus kepada umat di Galatia, tentang sembilan buah-buah roh. Bunda Maria di Medjugorje mengatakan bahwa berkat yang paling besar di dunia adalah Ekaristi dan menerima Tubuh Puteranya. Berkat penampakannya tidak berarti jika dibandingkan dengan kehadiran Tuhan Yesus dalam Ekaristi dan menerima Tubuh-Nya.

Selanjutnya cawan anggur berputar kembali untuk diminum bersama-sama. Cawan berisi anggur sebagai perjanjian baru oleh darah-Nya yang ditumpahkan bagi kita semua. Kita bisa membayangkan bagaimana suatu perjanjian darah, yang mengharuskan setiap orang tetap setia dan konsekuen dengan janji yang telah diucapkan. Darah adalah sumber kehidupan atau keselamatan, sebab tanpa darah manusia tidak akan bisa hidup. Kita tahu bagaimana Tuhan Yesus menumpahkan darah-Nya sampai tuntas, demi keselamatan manusia. Dia rela menjadi tumbal yang dikorbankan.

Dalam permenungan penulis, ada satu hal yang mencekam yaitu perjanjian darah. Darah yang bukan sembarang darah, namun Darah Kristus yang maha kudus. Secara gampangnya, siapa yang berani meminum Darah-Nya, walaupun itu sudah berwujud Anggur, harus berani hidup seperti Dia. Harus berani hidup suci, sportif dengan konsekuen, satunya hati jiwa dan akal budi yang diungkapkan melalui satunya pikiran perkataan dan perbuatan.

Sering kali penulis berkelahi dalam batin, antara keinginan dan kerinduan dengan ketakutan untuk mencicipi Darah-Nya. Kerinduan untuk memuaskan dahaga akan Darah Tuhan Yesus dan rasa iri mengapa hanya dinikmati oleh para imam. Betapa bahagianya bisa ikut mencicipi Anggur yang begitu kudus. Di balik itu ada rasa takut, kawatir tidak siap, tidak layak dan tidak pantas, belum waktunya. Penulis merasa ragu dan bimbang untuk berjanji terikat dalam perjanjian darah. Jika melihat diri sendiri yang masih jatuh bangun, terasalah bahwa belum layak dan pantas untuk ikut minum Anggur Perjanjian. Mungkin hati dan jiwa ini berkata :”Kapan lagi kalau tidak mulai sekarang? Berubahlah!” Namun akal budi menjawab :”Aku kan masih terikat oleh duniawi dan masih kunikmati. nanti sajalah.” Mestinya penulis membayangkan bahwa Darah-Nya akan menyelusup ke seluruh tubuh, sampai ke relung-relung yang paling kecil. Sebagian masuk ke aliran darah dan menyatu dengan darah penulis. Yang sedikit itu bisa menjadi ragi dan memberi pengaruh besar untuk berubah. Mungkin diperlukan proses beberapa waktu untuk itu.

Para rasul diminta untuk selalu melakukan upacara perjamuan tersebut, sebagai peringatan akan Dia. Dan sampai sekarang setiap hari selalu dilaksanakan Misa kudus. Jika kita renungkan, kita bisa merasakan bahwa pujian kepada Allah itu sambung menyambung tanpa putus-putusnya. Setiap saat selalu ada sekelompok orang yang selalu memuji dan memuliakan Allah dalam Misa Kudus. Di daerah Anu pada saat ini sedang dirayakan perjamuan kudus. Sesaat kemudian di daerah baratnya juga dirayakan, sesuai waktu yang ditetapkan. Demikian seterusnya semakin ke barat, dari utara sampai selatan. Duapuluh empat jam kemudian daerah Anu tadi kembali merayakan perjamuan kudus.

Ketika Tuhan Yesus mengatakan tangan seseorang yang menyerahkan-Nya, mungkin pada saat itu Tuhan Yesus berbicara tanpa melihat kepada seseorang, khususnya Yudas Iskariot yang sudah diketahui akan mengkhianatinya. Biarlah semua yang hadir bertanya-tanya sendiri dalam dirinya. Setelah semuanya terjadi, maka kita bisa merenungkan bahwa semuanya itu sudah diketahui Tuhan Yesus dan memang harus terjadi.
Percakapan waktu Perjamuan Malam
22:23 Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian. 22:24 Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. 22:25 Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. 22:26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. 22:27 Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. 22:28 Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. 22:29 Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, 22:30 bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. 22:31 Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, 22:32 tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Mungkin hal yang biasa apabila kita mendengar pemimpin kita menegur namun tidak langsung. Kita dibuat bingung dan bertanya-tanya siapakah yang dimaksud oleh teguran boss kita. Dalam hati muncul prasangka mungkin si dia atau si anu atau jangan-jangan aku yang ditegur. Kemudian muncul pembelaan diri, bahwa selama ini aku kan sudah melaksanakan perintahnya, malahan termasuk berprestasi. Mestinya cukup pantas untuk naik jabatan menjadi pemimpin.

Tuhan Yesus mencelikkan mata kita, karena berbeda dengan kenyataan kehidupan yang duniawi. Siapa yang menjadi pemimpin malahan harus bisa melayani mereka yang akan dipimpin. Yang terbesar malahan harus menjadi yang terkecil bagaikan yang paling muda, yang yunior. Semakin tinggi harus bisa semakin menunduk bagaikan ilmu padi. Belajar menjadi orang yang selalu mengalah dan merendah, mau mendengarkan orang lain.

Sepertinya Tuhan Yesus memberikan janji-Nya yang setia, bahwa siapa yang teguh bertahan, upah Kerajaan Surga sudah menanti. Para rasul yang bertahan sampai akhir akan duduk di atas takhta dan ikut menjadi hakim. Bagaimana dengan Yudas Iskariot? Terserah saja kehendak Tuhan, karena dia sudah menjadi aktor untuk penggenapan nubuat.

Kaya gabah diinteri, adalah istilah Jawa yang maksudnya bagaikan menampi gandum untuk memisahkan dengan kulitnya setelah ditumbuk. Beras atau gandum tersebut digetarkan dan diputar-putar tidak karuan. Pada saatnya beras yang besar mengumpul dan yang kecil berkumpul dengan yang kecil, sedang kulit gabah kabur saat ditiup dengan mulut sewaktu penampi diputar.

Ungkapan tersebut sepertinya hanya ditujukan untuk Simon Petrus. Mungkin Petrus termasuk orang yang cepat jawab, berani dengan bahasa yang termasuk kasar, namun polos dan setia. Apa yang dirasakan langsung diucapkan tanpa berpikir panjang. Pada saatnya setelah merenung bahwa itu keliru, dia akan sangat menyesal dan tanpa rikuh akan menangisi kesalahannya. Nyatanya dialah yang akan terpilih untuk menjadi pemimpin, melanjutkan karya Tuhan Yesus. Di dalam penyesalannya, dia malah bisa memberikan kesaksian yang meneguhkan buat yang lain.

Sepertinya kita diajar oleh Tuhan Yesus sendiri, apabila kita sedang kacau menghadapi suatu hal yang cukup ekstrim. Antara bertahan untuk tetap bersama Dia, atau dengan keraguan karena sesuatu yang menggetarkan hati. Yang menggetarkan tersebut bisa bermacam-macam situasi. Mungkin berhubungan dengan keselamatan jiwa, tergulingnya periuk nasi, kebimbangan akan ajaran-Nya dengan ajaran lain yang sepertinya begitu hebat. Iman kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus jangan sampai gugur, walaupun dalam berdebat sepertinya kita kalah. Justru dalam kekalahan tersebut sudah seharusnya dan selayaknya jika semakin mendalami ajaran-Nya. Ajaran-Nya sudah barang tentu ada di dalam Kitab Suci.

Tuhan Yesus memaklumi keadaan tersebut dan Dia tetap mengharap agar kita kembali insaf. Mengharap dengan penuh kerinduan kapan kembali ke pangkuan-Nya. Jika dalam permenungan diri kita insaf dan kembali, maka pengalaman tersebut bisa menjadi suatu kesaksian untuk meneguhkan orang lain.

22:33 Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" 22:34 Tetapi Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku."
22:35 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?" 22:36 Jawab mereka: "Suatupun tidak." Kata-Nya kepada mereka: "Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. 22:37 Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi." 22:38 Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
Tanggapan Petrus nyatanya penuh keberanian dan kesetiaan bahwa siap mati bersama Sang Guru. Mungkin jawaban Tuhan Yesus yang langsung seperti itu, membuat semua rasul cukup terhenyak dan kaget. Apakah maksudnya? Biarlah apa yang terjadi terjadilah. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi, dan apakah sesuai dengan perkataan Sang Guru.

Mungkin hal ini sering kita alami juga, bahwa kita siap untuk berkarya, siap ditempatkan dimana saja. Dalam wawancara melamar pekerjaan, siap dengan segala yang baik, pokoknya siap menjadi pahlawan. Dalam perjalanan waktu, sumpah atau janji tersebut mulai meluntur bagaikan embun pagi. Penyakit tersinggung, merasa tersakiti, tidak diperhatikan, ketidak puasan dan sejenisnya menjadi batu sandungan. Kesetiaan memang perlu diuji melalui proses waktu yang panjang.

Ungkapan Tuhan Yesus selanjutnya membuat penulis bingung untuk memahaminya. Apakah yang dimaksud berhubungan dengan rencana penangkapan Tuhan Yesus sendiri? Dalam keadaan seperti itu, mau tidak mau mereka masih mempunyai rasa ketakutan dan perlu bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Dalam persembunyian, maka akan dibutuhkan pundi-pundi dan bekal untuk penyambung hidup. Yang tidak mempunyai bekal supaya mempersiapkan pedang, dua saja sudah cukup. Senjata untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga perlu dipersiapkan.

Setiap orang mempersiapkan diri sesuai dengan kemampuan, kemudian digabungkan menjadi satu menjadi kelompok yang bersatu padu dan saling mengisi. Alangkah indahnya apabila semua orang bisa saling memberi sesuai kemampuan, menghilangkan kesombongan ataupun rendah diri. Setiap orang pasti mempunyai sesuatu betapapun kecilnya, yang dapat dibagikan kepada orang lain yang tidak mempunyai sesuatu tersebut.

Penggenapan nubuat tentang Tuhan Yesus sedang berjalan seiring waktu yang semakin dekat. Dalam sejarah duniawi Dia akan menderita sebagai pesakitan, kelompok penjahat dan diperlakukan seperti seorang pemberontak. Hukuman didera dan disalib yang melambangkan kehinaan yang bukan main.

Di Taman Getsemani
22:39. Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. 22:40 Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." 22:41 Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: 22:42 "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." 22:43 Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. 22:44 Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. 22:45 Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. 22:46 Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."
Perintah Tuhan Yesus kepada para rasul untuk berdoa, sepertinya berlaku juga untuk kita saat ini. Berdoa dan berdoa agar diluputkan dari pencobaan, seperti dalam doa Bapa Kami. Berdoa dan berdoa dengan sepenuh hati jiwa dan akal budi, tidaklah gampang. Nyatanya akan banyak gangguan dan halangan yang menghambat niat tersebut. Menurut penulis, dalam kenyataannya hambatan tersebut malahan datang dari dalam diri sendiri. Mungkin kita semua pernah mengalami sewaktu doa rosario sendirian dengan niat sepenuh hati. Pada awalnya terasa mulus teratur, lama kelamaan ada perasaan kantuk yang tidak bisa ditolak. Pendarasan doa mulai tidak karuan, kelupaan sampai dimana tadi dan diulang kembali. Pada suatu saat segalanya hilang dari pikiran dan kemudian mata meram dan kebablasan tidur.

Dalam pemahaman penulis sewaktu Tuhan Yesus lapor kepada Allah Bapa, Dia betul-betul sebagai manusia sejati. Perasaan ngeri dan ketakutan itu harus dinyatakan karena Dia betul-betul manusia seperti kita. Peran manusia sejati pada saat itu harus dipisahkan dengan keallahan-Nya. Sampai-sampai malaikat dari langit datang menyertai Dia dan memberi penghiburan dan kekuatan. Dia tahu persis apa yang akan terjadi dengan diri-Nya sebentar lagi. Penyiksaan di luar batas kemanusiaan namun tidak sampai mati. Segala macam cemoohan, pukulan, penghinaan dan siksaan lainnya sudah menanti. Dan semuanya itu masih belum cukup, Dia harus menderita sampai mati di kayu salib.

Segala macam ketakutan sebagai manusia sejati harus dinyatakan secara jelas dalam doa-Nya. Betapa Dia sampai berkeringat darah, membasahi bumi yang menunjukkan bagaimana Dia bertekun dalam doa dengan hati yang bergetar. Dia tidak mau menyombongkan diri walaupun Dia Allah yang mahakuasa, yang dapat berbuat apa saja. Segalanya harus terjadi sesuai skenario yang telah disusun sebelumnya. Pada akhirnya Dia pasrah total kepada Bapa di surga, demi penebusan untuk semua manusia yang mau bertobat. Dia secara langsung memberi contoh bagaimana berdoa dengan bersungguh-sungguh, sepenuh hati jiwa dan akal budi serta kekuatan.

Memang ada suatu hal yang menggelitik pikiran penulis, bagaimana Lukas tahu bahwa Tuhan Yesus berdoa sampai meneteskan keringat darah. Jika Lukas mendengar dari para rasul, bagaimana rasul tersebut juga tahu dan melihat-Nya, karena mereka terlelap dan agak jauh dari tempat Tuhan Yesus berdoa.

Setelah semuanya dianggap cukup, Dia menemui para murid yang didapati sedang tidur. Dalam dukacita yang tak terhingga, sepertinya dapat menghabiskan semua kekuatan tubuh. Kecapaian pikiran yang dialami para murid menyebabkan mereka tertidur. Tidur berarti terlena tanpa ketahanan diri, yang akan mempermudah untuk jatuh dalam pencobaan. Yang paling gampang adalah kalah oleh rasa kantuk yang tak tertahankan. Dalam keadaan tidur, seluruh hati jiwa dan akal budi bagaikan terlena, istirahat penuh. Tidak ada persiapan untuk bertahan atau membela diri sewaktu pencobaan datang.

Pengalaman penulis sewaktu ke Taman Getsemani, ada sebuah pohon Zaitun yang begitu besar, yang diperkirakan sudah tumbuh di zaman itu. Pohon tersebut tumbuh di samping gereja yang diberi nama gereja segala bangsa. Tempat Tuhan Yesus berdoa berada di dalam gereja, yang berbentuk bongkahan atau gundukan batu cadas yang keras, persis di depan altar.

Sewaktu penulis memimpin doa bersama rombongan, penulis mencoba membayangkan situasi dan keadaan pada waktu itu. Dalam bayangan penulis, Tuhan Yesus berlutut di atas batu cadas yang keras dan tidak rata. Bagi penulis, sangat terasa betapa sakit lutut ini sewaktu berlutut. Sepertinya Tuhan Yesus agak merebahkan tubuh-Nya di gundukan batu cadas di depannya. Kedua tangan-Nya merentang keatas berpegangan batu. Bukan seperti lukisan pada umumnya dimana tubuh Tuhan Yesus berlutut tegak, mengatupkan kedua belah telapak tangan di depan dada agak keatas.

Begitu mulai berdoa, getaran hati yang bergelora membuat tembok air mata runtuh, isakan tangis membuat kata terbata-bata. Terjadilah koor isakan tangis dari sebagian besar rombongan, tanpa dikomando. Kita bisa merasakan bahwa kesakitan yang selama ini kita rasakan, kita alami, sebenarnya bukan apa-apa jika kita bandingkan dengan kesakitan yang dialami Tuhan Yesus. Kita begitu mudah untuk mengeluh, merasa beban begitu berat, sepertinya kita ini sudah yang paling sengsara di dunia.

Kita bisa merasakan bergeriming sedikit mengangkat bahu, sewaktu kita diberi cawan berisi cairan obat yang pahit, walaupun obat itu sebagai penyembuh. Lidah ini sepertinya sudah merasakan pahitnya walaupun belum diminum. Kita lebih sering lupa bahwa ada bagian lidah yang memang bisa merasakan pahit dan harus bisa kita nikmati. Mungkin ini suatu contoh kehidupan, bahwa kalau bisa lidah ini hanya merasakan yang manis, asin, gurih, pedas, pokoknya enak dan jangan yang pahit.

Ada suatu hal yang cukup menyentuh hati penulis, adalah berdoa dan berdoa. Berdoa dalam pengertian penulis adalah berbicara dengan yang kudus, namun konotasi kata doa sendiri sering membutuhkan syarat tertentu. Bagi penulis sendiri, kata doa tersebut sering diganti dengan kata ngobrol dengan yang kudus. Ngobrol dari hati ke hati, yang tidak memerlukan pakem, yang dapat dilakukan setiap saat, dimana saja dan kapan saja. Yang namanya ngobrol, berarti apapun bisa dibicarakan. Bukan hanya pujian dan permohonan serta ucapan syukur. Pasti yang kudus akan senang apabila sering diajak ngobrol, walau yang kudus tersebut tidak bisa kita lihat dan kita dengar secara nyata. Penulis merasakan bahwa sebenarnya ada suara dari yang kudus di dalam hati, yang merasuk kalbu. Sering seperti sapaan, nasihat bijaksana, mengingatkan, untuk direnungkan dan sebagainya.

Namun kembali, akal budi ini sering tidak tanggap, mengabaikan, membantah, enggan dan sejenisnya. Menjadi pelayan yang tempatnya di bawah, harus mengalah, direndahkan tidak boleh membantah, tidak mengumbar ketersinggungan, memang sangat sulit. Sering kita menyebunya sebagai manusiawi, padahal katanya sudah diangkat menjadi anak-anak Allah melalui pembaptisan.
Yesus ditangkap
22:47. Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. 22:48 Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" 22:49 Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?" 22:50 Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. 22:51 Tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu." Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.
22:52 Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? 22:53 Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu."
Peristiwa penangkapan ini bisa kita bayangkan bahwa terjadi di malam hari, ketika semua orang sedang tidur. Dalam kegelapan tanpa lampu di taman Getsemani, pastilah yang terlihat hanya bayangan sekelompok orang yang tidak begitu jelas. Selama ini boleh dikatakan bahwa Tuhan Yesus selalu berkarya di luar kota Yerusalem. Yudas Iskariot sebagai penunjuk jalan sudah pasti hafal dengan gurunya. Yudas sudah tahu dimana Guru dan kawan-kawannya akan berkumpul di malam hari. Agar tidak sampai keliru menangkap orang, maka Yudas mempergunakan tanda dengan ciuman. Rombongan penangkap pastilah jumlahnya cukup banyak, karena Tuhan Yesus selalu bersama para murid yang setia mendampinginya.

Mungkin yang terjadi pada saat gelap tersebut, begitu mendengar perkataan Sang Guru, maka para murid bersiap untuk berperang, kalau perlu mendahului. Mungkin Petrus yang menyerang lebih dahulu sehingga melukai telinga hamba Imam Besar. Betapa kagetnya mereka menerima serangan, dan mungkin semua orang yang berada di situ sudah bersiap untuk tawuran. Yang ketakutan akan terjadi sesuatu, ekstrimnya pembantaian, pastilah lari terbirit-birit berusaha menghindar.

Tuhan Yesus mendahului sebagai penengah dan melerai mereka. Dia masih sempat menyembuhkan orang yang terluka. Pasti yang terluka tersebut mendapat pengalaman pribadi tak terlupakan karena disembuhkan seketika.

Sindiran Tuhan Yesus kepada para penangkapnya pasti dirasakan cukup menohok hati. Pasti rona wajah mereka memerah dan tidak mampu menjawab sindiran tersebut. Untunglah kegelapan menutupi kejengahan dan kenyataannya mereka memang berusaha menangkap di waktu malam. Dalam kegelapan pastilah mereka dapat berlindung agar tidak diketahui oleh orang banyak. Akan sangat sulit untuk menuduh, siapa saja yang terlibat dalam penangkapan tersebut.

Ada kekawatiran kalau siang hari dapat menimbulkan huru hara. Para pengikut-Nya yang masih mendambakan penghiburan dan penyembuhan jangan-jangan malah menyerang mereka. Disinilah kuasa kegelapan menyelimuti mereka yang bisa kita katakan bahwa mereka melakukan penculikan secara sembunyi-sembunyi.

Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Yudas pada waktu itu. Perasaan yang bercampur baur ketika disindir, menerima uang dan anggapan para murid lainnya. Anggapan sebagai pengkhianat dan pastilah para murid lainnya menggerutu akan kelakuan Yudas yang tidak tahu berterima kasih.

Kita bisa belajar dalam kehidupan ini bahwa sesuatu yang baik dan kokoh bisa hancur berantakan karena adanya pengkhianat. Ketidak puasan karena tidak sesuai harapan yang diinginkan, sadar tidak sadar bisa menjadi benih yang berbahaya. Benih tidak puas tersebut bila dilontarkan ke luar, apalagi disambut baik dan disemaikan orang lain, krisis bisa terjadi setiap saat.
Petrus menyangkal
22:54. Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. 22:55 Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. 22:56 Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia." 22:57 Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!" 22:58 Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!" 22:59 Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea." 22:60 Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. 22:61 Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku." 22:62 Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Dalam pemahaman penulis, Petrus sebagai orang Kapernaum di Galilea, tidak begitu dikenal secara khusus di Yerusalem. Api unggun yang dinyalakan tidak memberikan pandangan secara jelas. Mungkin logat bicaranya juga agak berbeda dengan orang Yerusalem pada umumnya. Dalam kumpulan dimana Petrus sebagai orang asing, maka bisa ditebak pastilah dia salah satu pengikut Tuhan Yesus. Mungkin bentuk tubuh, raut wajah dan logat bicara mempunyai peran penting untuk membedakan asal seseorang.

Dengan yakin dan nekadnya Petrus menyangkal mereka, seolah-oleh tidak kenal dengan Sang Guru. Dia hanya ikut-ikutan berkumpul karena malam-malam koq ada keramaian di rumah Imam Besar. Pasti ada suatu kejadian besar yang perlu ditengok dan didatangi. Menyangkal kenal Sang Guru sampai tiga kali, dengan segala macam alasan. Mungkin yang dipikirkan Petrus pada waktu itu campur aduk tidak karuan. Hasrat bergelora ingin melihat bagaimana keadaan gurunya bercampur dengan kekawatiran manusiawi apabila ikut ditangkap dan diadili. Akal budi yang kacau bagaikan beras diinteri dalam penampi. Roh jahat ikut menyelinap ke dalam tubuh Petrus dan membantu akal budi untuk menyangkal dengan alasannya.

Kokok ayam di waktu menjelang pagi dan pandangan Tuhan Yesus yang berpaling kepadanya, seakan-akan langsung menyentuh hati sanubari. Teringatlah dia akan kata-kata Tuhan Yesus kepadanya. Dia merasakan dan mengerti apa yang dimaksud kata-kata Tuhan Yesus sebelumnya. Betapa imannya begitu kecil dan kalah oleh pengaruh iblis, sehingga terjadi perang batin bagai gandum diinteri atau ditampi. Keberanian yang baru beberapa waktu lalu dipertunjukkan, dengan begitu cepat berubah menjadi penyangkalan. Dia insyaf, sedih dan menyesal sepenuh hati sampai menangis seperti anak kecil. Tangisan penyesalan yang tulus dan tidak bisa ditahan. Hal tersebut menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Kemungkinan besar Petrus pergi menemui para rasul lainnya dan menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya. Kita bisa membayangkan bagaimana raut wajah Petrus yang masih lebam bekas tangis, mengakui tanpa malu-malu. Betapa kata-kata Sang Guru benar apa adanya bahwa dia akan menyangkal. Biarlah apa yang sudah terjadi, dan mulai sekarang perlu bersatu padu agar tetap teguh dalam iman. Berdoa dan berdoa agar dijauhkan dari segala macam pencobaan. Kesombongan rohani tidak perlu dipertahankan malah harus dilepaskan, agar tidak menjadi batu sandungan di kemudian hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita pernah mengalami sutiasi yang hampir mirip dengan Petrus. Kita berani berbicara dengan lantang sewaktu masih di dalam kelompok sendiri. Begitu dihadapkan kepada situasi sendirian dimuka orang-orang lain yang berbeda pandangan, apalagi jika wajahnya garang, kelantangan tersebut hilang lenyap tak berbekas. Bedanya mungkin hanya satu, kita tidak berani mengakui secara langsung di dalam kelompok, bahwa telah kalah oleh iblis. Mungkin jawaban gurau sebagai alasan pembenaran diri, yang waras ngalah.
Di hadapan Mahkamah Agama
22:63. Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. 22:64 Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" 22:65 Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya. 22:66 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, 22:67 katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; 22:68 dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. 22:69 Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa."
22:70 Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." 22:71 Lalu kata mereka: "Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri."
Kitab Suci tidak menceritakan bagaimana kesengsaraan dan penganiayaan yang dialami Tuhan Yesus. Mungkin kita pernah membaca cerita “penampakan” Tuhan Yesus kepada beberapa orang kudus. Betapa Dia menceritakan penderitaan yang dialami begitu sadis dan mengerikan. Jika tidak kuat, jangan-jangan kita akan menangis membayangkan penderitaan tersebut. Dalam sepenggal sisa malam itu, Dia dihajar habis-habisan oleh para penahan-Nya. Dan waktu tersebut masih cukup lama untuk menganiaya dan memukuli sepuasnya. Demi manusia, Dia rela menderita sampai mati dan Dia hanya meminta tidak banyak. Bertobat dan kembali ke jalan Allah yang lurus!

Pengalaman penulis sewaktu mengunjungi rumah Imam Besar, oleh pemandu kami ditunjukkan ruangan tersebut yang berada di bawah rumah. Ruangan tersebut seperti gua batu keras tidak rata dengan langit-langitnya yang tinggi. Sepertinya banyak ruang di bawah tanah dengan lorong-lorongnya yang berliku-liku. Di langit-langit batu yang tidak begitu tinggi ada dua lobang untuk memasukkan tangan pesakitan. Dijelaskan bahwa disitulah Tuhan Yesus pernah dianiaya, dipukuli sampai mata sebelah kanan bengkak besar dan hidung patah.

Sewaktu penulis membacakan sepenggal Injil dan memimpin doa bersama dengan rombongan, penulis tidak kuasa menahan sedu tangis sehingga terbata-bata. Isteri penulis bersandar di dinding batu yang tidak rata sambil berdoa dalam bisu. Setelah selesai doa bersama, pemandu bercerita bahwa dinding tempat sandaran isteri tersebut persis bekas Tuhan Yesus terpelanting kena hajaran dan darah dari kepala-Nya muncrat ke dinding.

Pada pagi harinya Tuhan Yesus dihadapkan ke Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi. Tuhan Yesus tidak mau bersilat lidah dengan mereka karena tidak akan bisa nyambung. Dia hanya menekankan bahwa pertanyaan mereka adalah jawaban yang keluar dari mulut mereka sendiri. Berani menyebut diri sebagai Anak Allah pada waktu itu, berarti dianggap menghujat Allah. Hukuman menghujat Allah adalah mati dan pengadilan agama sudah menjatuhkan putusan. Hal ini perlu disampaikan kepada penguasa pada waktu itu.

Tuhan Yesus hanya menjawab :”Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab.” Hal ini mengisyaratkan bahwa apapun yang akan dikatakan-Nya, walaupun segala macam nubuat para nabi diungkapkan satu persatu, mereka tetap tidak akan percaya. Demikian juga sebaliknya apabila mereka dikejar dengan pertanyaan Tuhan Yesus, pasti tidak akan menjawab. Jangan-jangan jawabannya malah akan memperlihatkan betapa mereka buta dan tuli dari segala macam tanda-tanda yang mendahului-Nya.

“Mulai sekarang Dia sudah duduk di sebelah kanan Allah” membuat penulis sulit untuk memahami. Apakah yang dimaksud dengan sekarang adalah sebentar lagi, ataukah ada ungkapan lain yang tersembunyi. Kemaha-kuasaan Tuhan Yesus yang begitu misteri, menembus segala batas, ruang dan waktu serta yang lainnya. Kita yang masih hidup ini masih penuh dengan batas-batas yang kita ciptakan, sesuai dengan kemampuan nalar kita. Kita masih mengenal batas siang dan malam, matahari terbit dan tenggelam. Coba kalau kita bayangkan, kita bisa naik terbang tinggi keluar batas bumi dan bulan. Mungkin kita tidak mengenal apa itu malam, karena matahari dengan sinarnya selalu kita lihat. Bumi yang kita lihat sepertinya berputar pelan-pelan, tergantung kita berada dimana.

Jumat, 11 Desember 2009

Memahami Lukas Bab21

Bab 21- Persembahan. Penderitaan dan Nubuat Keruntuhan Yerusalem
Persembahan Janda Miskin
21:1. Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. 21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. 21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. 21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Betapa Tuhan Yesus berpihak kepada janda miskin yang memberi lebih banyak dari pada orang lain. Kita bisa membayangkan persembahan seratus rupiah pada saat ini begitu tak bernilai bagi pandangan umum. Namun seratus dua ratus rupiah bagi si miskin pasti punya nilai tersendiri. Dari seratus duaratus yang dikumpulkan yang menjadi nafkah hidupnya, apabila dipersembahkan pasti ada sesuatu yang kurang dan tidak utuh. Prosentasi persembahan yang diberikan bernilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan segala miliknya. Mereka tidak bisa membayangkan betapa banyaknya uang dalam jumlah jutaan atau miliaran rupiah.

Mari kita bayangkan bahwa ada seorang miskin yang mau memberikan persembahan. Uang yang dimiliki hanya berjumlah sepuluh ribu rupiah, dan dia persembahkan yang seribu rupiah. Kita juga memberikan persembahan sebesar duapuluh lima ribu rupiah dengan tulus ikhlas. Dalam dompet kita masih berisi uang lima lembar ratusan ribu. Duapuluh lima ribu rupiah jelas lebih besar dari yang hanya seribu rupiah, duapuluh lima kali lipat. Si miskin memberi sepersepuluh miliknya, sedangkan kita memberi hanya seperduapuluh kurang.

Bagaimana dengan penulis? Sangat benar bahwa hanya memberikan persembahan dari kelebihan, yang sebenarnya amat sangat kecil sekali dibandingkan dengan semua harta benda yang dimiliki. Kita akan selalu beralasan bahwa persembahan itu kan sudah cukup besar dibandingkan dengan pada umumnya. Kan masih ada keperluan lain yang membutuhakan dana dan harus dibayar.

Persembahan yang pantas dan ikhlas memang sangat relatif yang tidak bisa diperdebatkan dengan mudah. Dalam hal ini Tuhan Yesus hanya ingin mengetuk hati kita untuk merenungkan apakah perkataan-Nya keliru atau benar. Jika perkataan-Nya kita anggap benar, bagaimana tindak lanjutnya. Apa yang akan kita lakukan?

Kita diajar untuk tidak pelit, karena semua kepunyaan yang kita miliki berasal dari Dia. Kita diajar untuk tidak kuatir akan hidup kita di dunia ini, walaupun telah memberikan derma cukup besar. Jika kita renungkan dalam-dalam, sewaktu masih muda, apakah yang kita miliki? Kekayaan? Jangan-jangan karena warisan orang tua, sejak muda sudah kaya raya. Namun kalau kita melihat dari pekerjaan yang kita lakukan, kita mestinya akan menerima upah yang sesuai dengan hasil kerja kita. Hasil jerih payah ini yang kita kumpulkan dan pada waktunya untuk membeli segala macam. Karena berderma, kita tidak akan bangkrut seperti mulai dari nol lagi. Akan sangat berbeda kalau kita terkena musibah, yang bisa memunahkan segalanya.
Bait Allah akan diruntuhkan
21:5. Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: 21:6 "Apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
Sekali lagi Tuhan Yesus meramalkan atau lebih cocok menubuatkan, atau malah meyakinkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Beberapa puluh tahun kemudian Bait Allah akan luluh lantak rata dengan tanah. Tinggal sejengkal saja tembok yang berdiri tersisa, dan dikenal sebagai Tembok Ratapan. Kita bisa berkata karena sudah terjadi.

Pada saat itu pasti semua orang bingung berpikir, apa yang dimaksud dengan perkataan tersebut. Apakah itu suatu ramalan kejadian ataukah suatu ungkapan terselubung, atau masih ada maksud lain yang tersembunyi. Daripada bingung memikirkan dan tidak tahu apa jawabannya, ya disimpan dalam hati saja. Paling-paling ya kita lihat saja nanti apa dan bagaimana perkembangannya, apabila masih bisa mengalami kejadian tersebut.

Bagaimana dengan Bait Allah di dalam hati kita? Hanya kita sendiri yang tahu. Tuhan mengharapkan agar kita menyiapkan singgasana di dalam hati kita, dimana Roh-Nya yang kudus meraja. Jiwa, hati dan akal budi kita menjadi hamba-Nya, yang seharusnya taat kepada Sang Raja. Kita bisa menyebutnya sebagai Bait Allah kecil dan menjadi pusat pemerintahan yang rohani. Apakah akan kita pertahankan ataukah kita biarkan dihancurkan oleh mereka yang ingin menjajah kita?

Sang raja kegelapan dunia yang ingin menjajah, biasanya mempengaruhi akal budi ini melalui panca indera kita. Dengan pintarnya dia membujuk melalui rasa yang diterima indera, betapa indah dan nikmatnya duniawi ini. Tanpa bosan secara pelan menyentuh emosi, mengapa mau menjadi hamba. Geserlah yang duduk di singgasana itu sedikit demi sedikit makin ke pinggir. Penguasa dunia ini berkata :”Hai Akal Budi, engkau tidak usah berdialog dengan Hati dan Jiwa. Mereka berdua itu menjadi batu sandunganmu untuk berkuasa.”

Dan hebatnya Penguasa Dunia, dia bisa mempengaruhi dengan segala macam cara, dari yang sederhana sampai yang ilmiah kelas tinggi. Mungkin disinilah misteri Tuhan Yesus mengatakan bahwa pewartaan-Nya malah tersembunyi bagi orang pandai dan orang bijak, namun dinyatakan kepada orang sederhana.
Permulaan Penderitaan
21:7 Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" 21:8 Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. 21:9 Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."
Mungkin kita bisa menangkap isyarat tentang terjadinya peperangan dan pemberontakan. Dalam keadaan terjajah maka muncullah segala macam issue atau gosip untuk menuju ke kemerdekaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka segala macam perlu ditempuh, termasuk memanfaatkan agama maupun kepercayaan yang ada. Mereka diingatkan untuk selalu waspada, jangan sampai disesatkan. Pada saat itu akan muncul mesias-mesias palsu yang memanfaatkan situasi. Mereka tetap tidak percaya kepada Tuhan Yesus Sang Mesias asli. Hal ini menyiratkan bahwa kejadian tersebut akan terlaksana setelah Tuhan Yesus sudah tidak bersama para murid, mekrad kembali ke surga mulia.

Karena tidak percaya akan Yesus Kristus, maka sampai sekarangpun bangsa Israel yang beragama Yahudi masih tetap menantikan datangnya Mesias. Entah Mesias yang seperti apa yang mereka nantikan tersebut. Penulis tidak tahu apakah hal tersebut hampir sama dengan penantian akan datangnya imam mahdi ataupun ratu adil di dalam tradisi kita.

Karena pemberontakan ingin merdeka dari penjajahan, maka akan datanglah pembalasan yang lebih kejam dari tentara bangsa Romawi. Peperangan tersebut yang meluluh lantakkan Israel, sehingga tercerai berai. Yerusalem dengan Bait Allahnya hancur lebur berserakan.

21:10 Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, 21:11 dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. 21:12 Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. 21:13 Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. 21:14 Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. 21:15 Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. 21:16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh 21:17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. 21:18 Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. 21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus berbicara lebih jauh lagi ke masa depan. Akan terjadi peperangan dahsyat yang menewaskan ribuan orang demi suatu pengakuan kekuasaan. Zaman itu sepertinya menuju zaman peperangan dimana-mana, mungkin setingkat dengan perang dunia atau bahkan lebih bengis lagi. Bangsa bangsa dan kerajaan saling berperang, menjelajah kemana-mana, saling menaklukkan. Bangkai-bangkai manusia bergeletakan dimana-mana tidak ada yang menguburkan. Mungkin dari hal tersebut dampaknya muncul penyakit sampar, pes yang menular dan mematikan. Cangkul dan bajak diolah kembali menjadi alat perang. Tanah pertanian terinjak-injak tak terurus yang menurunkan produksi pangan. Dampaknya terjadi kelaparan global yang menghantui semua penduduk. Kengerian itu masih diperparah oleh kejadian-kejadian hebat gempa bumi, fenomena dahsyat dari langit dan yang lainnya. Mungkin pada saat tersebut banyak orang yang mengira bahwa kiamat sudah dekat.

Kematian begitu banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, apalagi kematian bukan karena perang, membuat semua penguasa bingung. Dari mana datangnya kematian tersebut? Kemungkinan besar pada waktu itu para ahli agama dan kepercayaan, para ahli nujum dan sejenisnya mulai didengar kesaksiannya. Dengan sendirinya peperangan akan berhenti tanpa dikomando untuk beberapa waktu. Mungkin sejarah hanya mencatat bahwa ada jedah peperangan antar bangsa, yang tidak begitu jelas mengapa terjadi demikian.

Sewaktu para rasul mulai berkarya mewartakan kabar gembira, hal mengerikan tersebut mungkin sedang akan terjadi. Namun mereka sudah diberitahu bahwa akan ada penganiayaan dan bahkan kematian yang akan mereka alami. Pada saat itu mereka akan berkesempatan untuk bersaksi kepada para raja dan penguasa. Mereka diajar untuk tidak usah mereka-reka atau menyiapkan argumentasi pembelaan. Biarlah Roh Kudus yang menguasai seluruh hati jiwa dan akal budi, sehingga Dia bisa berkarya dengan kata-kata hikmat. Siapa yang bertahan akan memperoleh hidup, yang tidak bisa mati lagi.

Jelas banyak orang dan mungkin penguasa yang tidak setuju dengan ajaran Tuhan Yesus. Ajaran kasih yang lebih berpihak dan peduli kepada orang miskin dan sederhana menjadi tidak populer. Kehidupan yang kita hadapi dari dahulu sampai sekarang sepertinya tidak berubah. Saling berebut dan saling menyikut agar bisa di depan sudah menjadi bagian hidup. Kalau perlu memakai ilmu katak yang menekan ke bawah agar bisa meloncat ke atas.

Sepertinya harus ada rekayasa sedemikian rupa, agar ajaran-Nya dapat diterima di dunia ini. Paling tidak bisa mencerminkan adanya keseimbangan antara yang rohani dan duniawi. Yang rohani didahulukan, kemudian yang duniawi tidak diabaikan. Bukan sebaliknya, yang duniawi diprioritaskan yang rohani tidak dilupakan.

Jika kita renungkan dalam-dalam mengapa mereka atau bahkan kita sekarang ini, dibenci oleh kelompok lain yang tidak sepaham; Jawabnya hanya sederhana, karena yang dibenci itu sebenarnya Yesus Kristus sendiri yang menjadi juru selamat kita. Coba kalau kita tidak menjadi pengikut Kristus dan menjadi sepaham dengan mereka, jangan-jangan malah akan dielu-elukan dan dihormati.
Tentang runtuhnya Yerusalem
21:20. "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. 21:21 Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, 21:22 sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. 21:23 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, 21:24 dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."
Ramalan Tuhan Yesus tentang bangsa Israel, dengan segalanya tanda-tandanya sudah disampaikan. Bangsa yang tidak mengenal Allah salah satunya adalah bangsa Romawi. Bala tentaranya bisa jadi dari segala macam bangsa, anggaplah sebagai tentara bayaran. Kita bisa membayangkan bagaimana bala tentara yang begitu kuat menggilas bangsa Israel yang begitu rapuh karena kesombongannya.

Mengungsi dan melarikan diri dalam kepanikan, bagi rakyat biasa benar-benar neraka yang menyesakkan. Yang paling celaka adalah ibu-ibu hamil dan sedang menyusui. Kita bisa membayangkan bagaimana kacau balau dan paniknya mereka, saat akan mengungsi atau melarikan diri dari tentara Romawi. Hari pembalasan terhadap kelakuan mereka akan tiba bagaikan kiamat, mungkin muncul pemikiran bahwa murka Tuhan sudah tidak dapat dihalangi. Mereka akan tercerai berai tidak karuan, melarikan diri, mengungsi ataupun menjadi tawanan dan dijadikan budak. Namun pada saatnya nanti, pasti penindasan itu akan berakhir juga, entah sampai kapan.

Kita bisa membaca sejarah tentang runtuhnya kejayaan bangsa-bangsa, termasuk dinasti Romawi sampai dinasti kaum Monggol. Sepertinya tiada hari tanpa peperangan, kejayaan dan keruntuhan yang selalu berulang-ulang, silih berganti. Kita juga pernah mendengar cerita tentang perang dunia pertama maupun kedua. Perang dan perang, mulai dari perang batin, tawuran, perang antar suku sampai perang antar bangsa. Perang secara halus tidak terasa sampai perang berdarah-darah. Dan semuanya itu pasti tidak dikehendaki oleh Allah, yang selalu mengajarkan kasih dan kasih. Termasuk perang yang mengatas- namakan agama maupun asma Tuhan Yesus itu sendiri. Salah satu akar penyebab perang itu sendiri pasti bersumber dari ego keinginan lebih yang cenderung serakah. Bukan masalah agama ataupun kepercayaan, namun sebagai pemicu memang keyakinan bisa menjadi bahan bakar yang mujarab. Mau dibungkus atau dikemas dengan cara apapun, ya silahkan saja. Dan nyatanya ya sah-sah saja di dunia ini serta malah dibesar-besarkan karena bisa mempengaruhi massa yang sealiran.

Kita mungkin hanya bisa membayangkan saja bagaimana megahnya Yerusalem dan Bait Allah-nya pada waktu selesai dibangun oleh Salomo. Setelah pembuangan orang Yahudi ke Babel, isi Bait Allah pasti sudah banyak berubah karena penjarahan dan pencurian. Zaman sekarang ini yang bisa kita lihat hanya tembok sisa peninggalan dan sering disebut sebagai Tembaok ratapan.
Kedatangan Anak Manusia
21:25 "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. 21:26 Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 21:27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 21:28 Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."
Penulis bingung dengan kalimat selanjutnya. Sepertinya Tuhan Yesus berbicara tentang zaman akhir dunia. Tanda-tanda dahsyat dari matahari bulan bintang dan bumi sepertinya menunjukkan tanda kiamat. Jika matahari, dan bintang-bintang berulah aneh tidak seperti biasanya, pasti akan mempengaruhi gerak bumi dan bulan. Mungkin yang paling terasa adalah perubahan gerak air laut dan gempa bumi yang dahsyat. Seperti apa itu, penulis tidak bisa membayangkan. Tuhan Yesus sendiri akan datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan. Siapa yang bisa bangkit dan mengangkat wajahnya akan diselamatkan.

Jika hal ini bercerita tentang kiamat dunia, rasanya kita akan sulit bahkan tidak mungkin untuk membayangkan dan memperkirakan kapan terjadinya. Kata-kata Tuhan Yesus sudah lebih dua ribu tahun yang lalu diucapkan. Sudah berapa generasi yang dilewati sampai sekarang ini. Maka yang lebih gampang untuk dicerna adalah kiamat pribadi yang akan kita alami masing-masing.

Jika penulis renungkan, jangan-jangan kitapun akan mengalami ketakutan menghadapi kematian kita. Dan kematian tersebut pasti terjadi, entah kapan atau dengan cara bagaimana kita tidak tahu. Banyak hal dan alasan yang membuat kita takut dan kawatir, kalau mati kemudian bagaimana. Mungkin, yang paling baik adalah berjaga-jaga dan mempersiapkan diri, bagaikan besok kita akan mati. Mempersiapkan dan memperbanyak harta rohani yang selalu melekat dalam diri kita, sehingga kapanpun dipanggil akan selalu siap. Yang jelas bukan hal yang mudah, karena sekecil apapun sering muncul kebimbangan. Masih bisakah melihat Anak Manusia yang datang, dan mampukah untuk bangkit menatap Wajah-Nya dan mengulurkan tangan menyambut Tangan-Nya?

Mungkin kita pernah merasakan yang namanya sakit kepala sampai berkunang-kunang. Pandangan kita sepertinya melihat bagaimana bintang-bintang berjatuhan, langit berputar seakan terbalik-balik. Bumi yang kita pijak bagaikan gempa bumi, bergoyang tidak karuan, bagaikan di atas kapal ditengah laut yang bergelora. Pada saat seperti itu mungkin yang terpikir adalah bahwa kiamat diri sudah dekat, kemudian segalanya menjadi gelap. Apabila kita sudah bisa sadar kembali, kita dapat bercerita pengalaman tersebut seperti apa. Versi ceritanya bisa bermacam-macam, tergantung pengalaman masing-masing.
Perumpamaan tentang Pohon Ara
21:29. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. 21:30 Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. 21:31 Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. 21:32 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. 21:33 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."
Dalam pemahaman penulis, kita diajar untuk bisa melihat tanda-tanda zaman yang mengisyaratkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Angkatan atau era ini tidak akan berlalu sebelum semuanya terjadi, dan ini cukup membingungkan penulis.

Pertama, firman Tuhan Yesus ditujukan kepada bangsa Israel pada waktu itu. Angkatan yang mengenal Tuhan Yesus secara langsung tersebut akan mengalami keruntuhan bangsanya. Banyak yang akan mati binasa, entah dalam peperangan ataupun penganiayaan hebat. Yang sadar dan mau bertobat, mengakui ke-Allah-an Tuhan Yesus, akan bisa merasakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Musim panas sudah dekat mungkin bisa diibaratkan saat yang mulai memanas antara yang dijajah dengan yang menjajah. Tinggal menunggu waktu kapan peperangan akan dimulai dan meledak. Yang mendengarkan sabda ini pasti akan teringat, bahwa hal tersebut sudah pernah dikatakan.

Kedua, firman Tuhan Yesus ditujukan kepada kita sekarang ini. Secara pribadi mungkin kita pernah merasakan dan mengalami yang namanya perang batin hebat. Perang antara mengikuti ajaran Tuhan dengan melawan ajaran-Nya. Perang antara hati jiwa dengan akal budi, sebelum mereka bisa berdamai. Perang antara mengikuti nafsu dengan melawan nafsu, dan masih banyak perang yang lain. Pada saat peperangan tersebut, sebenarnya Kerajaan Allah sudah dekat. Dia begitu dekat dengan kita, namun kita belum bisa merasakan kehadiran-Nya.

Ketiga, firman Tuhan yang ditujukan kepada kita dan lebih pribadi sekali. Perang sewaktu menghadapi sakratul maut. Secara umum, pasti banyak orang akan mengalami ketakutan dan kengerian, apabila akan dipanggil Tuhan. Perang pungkasan antara mau bertobat, mengakui segala macam kesalahan, atau tidak usah mengakui karena merasa sudah cukup baik selama hidup. Siapa yang bisa melihat Anak Manusia, akan bangkit menengadah dan mengulurkan tangan untuk menyambut Dia, berarti keselamatan akan diraihnya. Rohnya bangkit meninggalkan badan wadag, mengikuti Dia dan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Langit dan bumi boleh berlalu, tetapi firman-Nya tidak akan berlalu. Firman-Nya berlaku sampai akhir zaman, yang akan dialami oleh setiap angkatan, setiap orang.
Nasihat supaya Berjaga-jaga
21:34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. 21:35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. 21:36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
21:37 Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun. 21:38 Dan pagi-pagi semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia.
Dalam pemahaman penulis, jerat adalah sesuatu yang bagaikan perangkap dan harus diwaspadai karena mengakibatkan tidak bisa lolos apabila masuk ke dalamnya. Di sekitar atau malahan di dalam jerat pasti ada sesuatu yang menarik, bahkan bisa kebalikannya tidak menarik sama sekali tergantung cara pandang kita.

Untuk menghadapi hal tersebut di atas, kita diajar untuk selalu berjaga-jaga dan berdoa dengan sepenuh hati jiwa dan akal budi. Kuasa doa adalah suatu misteri yang memberi kekuatan dahsyat. Kekuatan untuk terbebas dari jerat, kekuatan untuk tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. Kita diajar untuk berdiri tegak dan percaya diri, seperti seseorang yang akan diinterogasi, karena memang tidak berbuat keliru. Selama tidak berbuat salah dan keliru, apa yang harus ditakuti? Akan sangat berbeda jikalau memang kita akui di dalam diri sendiri, bahwa memang berbuat salah. Apalagi jika kesalahan tersebut disaksikan oleh orang lain. Bahasa tubuh, rona wajah, pandangan mata maupun bicara mulut ini akan sangat sulit untuk diajak kompak berdusta. Jangan-jangan yang terjadi merasa mual sakit perut, malahan pingsan menggelosor.

Apabila hari Tuhan datang kepada kita, kita sudah siap sedia menyambutNya, tidak tersipu-sipu jengah dan salah tingkah. Tidak seorangpun penduduk bumi ini bisa terlepas dari harinya Tuhan, yang akan luput dari kematian. Dalam peziarahan hidup ini kita diajar untuk selalu setiti ngati-ati selama lumaku tumuju. Dalam perjalanan akan banyak dijumpai hambatan, halangan, tidak rata, naik turun dan berkelok-kelok. Dan semuanya itu tetap harus ditempuh, agar bisa sampai ke tujuan akhir yang didambakan. Itulah peziarahan hidup yang memang harus dilewati, dan tidak boleh menyerah walaupun sulit dan menderita. Jer basuki mawa beya.