Sabtu, 13 Februari 2010

Memahami Yohanes : Bab 1

1:15. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." 1:16 Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; 1:17 sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. 1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Dalam pemahaman penulis, kita diajar bahwa secara jasmani dunia, Yohanes Pembaptis lebih tua beberapa bulan dibandingkan dengan Kristus Yesus. Namun secara rohani Dia sudah ada sebelum dunia dijadikan. Hal ini kesaksian bahwa Dialah Allah yang membawa kasih karunia dan kebenaran. Dari Dialah kita diajar untuk menyebut Allah sebagai Bapa dan kita menjadi anak-anak-Nya. Tuhan Yesus sendiri sebagai manusia menyebut diri-Nya sebagai Anak yang sulung dan kita dijadikan saudara-saudara-Nya.

Allah sejati yang menjilma menjadi manusia sejati, menyamakan Diri-Nya dengan manusia kebanyakan. Pada waktu itu Dia berperan sebagai manusia, maka Dia mengajak dan mengajar kita untuk menyebut Allah Sang Pencipta sebagai Bapa. Bukan Allah yang begitu jauh dan menakutkan, bahkan pencemburu dan pembalas. Tetapi Bapa yang begitu dekat dan penuh belas kasih bahkan maha pengampun.

Mungkin inilah karunia yang paling besar bagi umat manusia, bahwa Allah berkenan turun sendiri. Sang Kebenaran yang begitu setia bukan hanya membungkuk dari atas sana, namun terjun langsung menyambangi umat-Nya dalam wujud manusia sejati.

Dalam bayangan penulis, mungkin hal tersebut hampir bisa dianalogikan sewaktu memperhatikan cecak yang menempel di tembok. Penulis melihat cecak tersebut berjalan mencari makan, dan penulispun melihat bahwa di tembok atas juga ada binatang kecil yang menempel. Sayang si cecak tidak melihatnya, mungkin sedang tertuju ke tempat lain. Walau penulis ngomong memberi tahu, tetap saja si cecak tidak tanggap. Penulis merenung, kalau penulis bisa berubah menjadi cecak dan berbahasa cecak, mungkin bisa berkomunikasi langsung.

Seperti apa Allah Bapa yang berada di surga, tidak ada seorangpun yang tahu. Manusia hanya percaya bahwa ada Sang Pencipta yang telah menjadikan alam semesta, langit dan bumi serta segala isinya. Segalanya serba teratur dan seimbang, selama tidak dirusak oleh penghuni alam semesta itu sendiri. Hanya Sang Anak yang tahu siapakah Allah Bapa sebenarnya, karena ya Dialah Allah itu sendiri. Dialah yang menyatakan-Nya.

Penulis merasa yakin bahwa kita tidak akan bisa menggambarkan, mengira-ira bagaimana Allah berkarya dan untuk apa. Rasanya tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan, mengapa Allah berkarya, menjilma menjadi manusia dan memilih di bangsa Israel. Mengapa tidak menjilma di Indonesia atau di Asia? Jawaban yang paling gampang, semua itu memang sudah kehendak-Nya.

Memahami Yohanes : Bab1

Yohanes Pembaptis

1:6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. 1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. 1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. 1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. 1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; 1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Kemudian Yohanes Penginjil sepertinya memulai kesaksiannya dengan menampilkan guru rohaninya yang adalah Yohanes Pembaptis. Seorang nabi yang diakui oleh Tuhan Yesus sebagai nabi besar.

Yohanes Pembaptis yang diutus Allah, adalah nabi yang mendahului sebelum kedatangan Sang Firman itu sendiri. Ia memberikan kesaksian bahwa Terang yang ditunggu-tunggu itu sudah datang dan ada di antara mereka. Dia yang datang tersebut seperti manusia biasa, tidak ada tanda-tanda khusus yang membedakan bahwa Dia begitu istimewa. Allah yang datang menjilma menjadi manusia sejati seperti orang kebanyakan. Manusia sejati yang penuh dengan Roh Allah itu sendiri.

Karena tidak memperlihatkan kuasa-Nya sebagai Allah, maka banyak orang tidak mengenal Dia bahkan tidak mempercayainya. Namun bagi yang percaya dan mau menerima-Nya mereka akan disebut sebagai anak-anak Allah. Berubah dari anak-anak dunia menjadi anak-anak Allah secara rohani. Bukan anak-anak karena perbuatan daging yang berasal dari laki-laki dan perempuan.

Yohanes Penginjil sepertinya ingin menekankan bahwa Kristus Yesus betul-betul Allah. Salah satu referensinya adalah Yohanes Pembaptis yang dianggap sebagai nabi, yang mendahului kedatangan-Nya. Yohanes Pembaptis yang mungkin termasuk orang yang dianggap aneh pada zaman itu, telah menyampaikan kabar akan kehadiran-Nya, yang mungkin diucapkan berkali-kali.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita keliru menilai seseorang yang begitu sederhana penampilannya. Bisa saja orang tersebut seorang pastur yang sedang menyapu membersihkan halaman dengan hanya memakai celana pendek dan dianggap sebagai pembantu pastoran. Demikian juga seorang kaya yang sedang bersepeda atau mencangkul halaman dengan pakaian yang kelihatan lusuh. Penampilan yang tidak mencerminkan bahwa dia termasuk dalam kelompok yang agak disegani. Dan itulah penilaian secara umum menurut kacamata biasanya.

Jangan-jangan kalau kita hidup di masa itu, juga tidak percaya bahwa yang berbicara seorang nabi besar. Yang dibicarakan sebagai Sang Mesias sudah hadir di antara kita dan kita tidak mengenal-Nya. Dalam benak kita sering sudah diisi bahwa orang yang hebat itu akan memancarkan penampilan berbeda, yang lebih duniawi.

Memahami Yohanes : Bab 1

Firman telah menjadi Manusia
1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. 1:5. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Penulis mencoba membayangkan bahwa kalimat pertama Yohanes bagaikan bercerita tentang kejadian awal mula. Ungkapan Jawa “Sangkan paraning dumadi” yang semua bersumber dari dan kepada Sang Pencipta. Tuhan yang Ada sebelum segala abad, sebelum segalanya diciptakan dan Dialah Sang Awal. Sang Firman yang dalam pemahaman penulis adalah Tuhan Yesus, adalah Allah itu sendiri. Seperti apa itu Allah, jelas tidak terbayangkan oleh penulis. Mungkin yang dimaksudkan Yohanes bukan penciptaan, namun penekanan bahwa Firman sebagai ungkapan untuk Kristus Yesus benar-benar Allah sejati, yang tiada lain Sang Pencipta.

Penulis mencoba membayangkan sesuai kemampuan penulis yang begitu dangkal. Allah bagaikan gumpalan energi maha besar yang tak terbayangkan. Dialah Roh Hu Allah yang maha segalanya. Dari dalam-Nya keluarlah beribu-ribu atau malahan berjuta-juta spora kabut hangat. Dengan kuasa-Nya maka spora kabut tersebut setelah mengalami proses berjuta-juta tahun, membentuk alam raya yang maha luas tak terhingga. Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya, yang salah satunya menjadi bumi ini. Proses berjuta tahun ini apabila dilihat dari bumi dengan hitungan hari bumi. Bentuk daratan bumi belum seperti sekarang ini, yang mungkin banyak benua masih menjadi satu.

Pada saatnya, bagian dari spora kabut hangat itu diciptakan manusia, sebut saja Roh Hu Alam laki-laki dan perempuan. Sebut saja manusia awal tersebut sebagai Alma untuk yang laki-laki dan Huma untuk perempuan, yang mungkin belum mengenal dirinya sendiri. Mereka belum mengenal kebutuhan apa-apa kecuali makan dan minum dan beranak pinak. Mereka menyebar kemana-mana mengisi bumi ini. Karena proses evolusi, yang tergantung kepada kondisi, situasi dan sebagainya, maka terbentuklah manusia yang berbeda-beda postur tubuh, warna kulit, rambut dan ikutannya yang lain.

Singkat cerita, salah satu keturunan Alma dan Huma setelah beribu atau berjuta tahun adalah nenek moyang Abraham, suku bangsa Uhrzani-Kasdim. Kita mengenal Alma dan Huma sebagai Adam dan Hawa yang pada waktu itu tinggal di Taman Eden mungkin daerah Asia Tengah (11-08-06).

Setelah begitu lama, sampailah kepada nubuat yang harus terjadi. Sang Firman turun ke dunia menjilma menjadi manusia biasa, agar bisa berkomunikasi dengan umat ciptaan-Nya. Dalam Dia ada hidup, yang penulis pahami adalah hidup yang kekal di alam kelanggengan. Dialah penghuni dan pemilik hidup itu, yang sering kita beri nama surga. Tidak ada seorangpun yang hidup di dunia ini tahu dan mengerti seperti apa itu papan termulia yang tanpa siksa. Sang Firman datang sendiri untuk memberi terang kepada manusia. Ke-Terang-an yang disampaikan Sang Firman sering kita sebut sebagai Sabda atau Firman itu sendiri. Sang Terang memberikan cahaya yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh manusia, agar tidak terbelenggu oleh kegelapan. Cahaya-Nya akan memberikan pencerahan, sehingga yang tadinya tidak kelihatan menjadi terlihat.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita ini sering gelap mata dan lupa diri, sehingga tidak tahu lagi mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang benar dan mana yang keliru. Yang penting pada saat itu bisa menumpahkan segala macam ganjalan karena ego kita sendiri. Yang penting mencari menangnya sendiri dengan berbagai alasan pembenaran. Setelah sadar betul-betul, kita baru bisa merasakan secercah cahaya yang menerangi hati dan perasaan kita. Cahaya Sang Terang akan membuka mata hati kita untuk melihat dan membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak. Kita tidak bisa berbohong dengan diri sendiri dan tidak akan menang melawan Kebenaran itu sendiri.

Pembukan Yohanes Penginjil, sepertinya begitu menegaskan bahwa Kristus Yesus adalah Allah. Allah dari Allah oleh kehendak Allah, Yang Ada sebelum segalanya ada. Dia berinkarnasi, menjilma menjadi manusia dan memilih menjadi manusia kebanyakan. Misteri ini tidak akan terjelaskan oleh manusia, sepandai apapun orang tersebut.

Memahami Yohanes : Dari Penulis

Dari Penulis

Orang awam mencoba memahami ajaran Tuhan Yesus, mungkin agak aneh dan tidak umum. Awam dengan pengertian bukan hanya kaum awam, namun juga betul-betul tanpa pengetahuan tentang Alkitab. Mungkin penulis hampir walaupun sangat kecil, seperti para rasul yang hanya jebolan pencari ikan, bukan penjala ikan kelas nelayan. Bisa memancing saja sudah merupakan kebahagiaan tersendiri walaupun lebih sering tidak dapat alias gagal.

Apabila banyak pemahaman yang keluar dari ajaran gereja, rasanya perlu dimaklumi. Setidak-tidaknya bertanya dalam hati, mengapa begini dan begitu, koq agak berbeda dengan Injil yang lain. Mau tidak mau akan tertuang dalam tulisan dan pemahaman, yang mungkin bisa dianggap nyleneh, tidak umum. Mungkin disinilah perlunya gembala memberikan pencerahan, agar penulis tidak tersesat semakin dalam. Jangan-jangan bagaikan orang yang masuk ke dalam hutan belantara, tanpa peta dan tanpa kompas, sehingga tidak tahu jalan keluarnya.

Penulis mencoba membayangkan, merenung dan melantur, sesuai dengan pengalaman hidup yang selama ini dijalani. Pesan apa yang diberikan Tuhan Yesus untuk kehidupan sehari-hari di masa sekarang. Perjalanan hidup selama setengah abad lebih mau tidak mau akan mempengaruhi alur pemahaman, yang mungkin agak keluar dari inti pengajaran itu sendiri. Namun demikian penulis tetap percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang selama ini menjadi pegangan hidup penulis.

Justinus Darmono
Jln. Jatihandap 194/72 RT04/08
Kel. Jatihandap Kec. Mandalajati
Kota Bandung. 40193
022.76110413 / 7201038

Memahami Yohanes : Pengantar

Pengantar

Yohanes adalah orang Galilea, putra Zebedeus, saudara kandung Yakobus Besar, dimana mereka berdua dinamakan Boanerges, putera-putera guruh atau halilintar oleh Yesus (Markus 3:17). Dia adalah juga seorang nelayan, yang kemungkinan besar murid Santo Yohanes Pembaptis yang bersama-sama Andreas saudara Simon Petrus (Yoh. 1:35-40) datang mengikuti Yesus. Ia dipercaya merupakan salah satu penginjil (penulis kitab Injil), dan yang sering disebut-sebut sebagai "murid yang terkasih" (Yohanes 19:26, 21:20). Jika hal ini betul, kelihatannya murid pertama Yesus adalah Yohanes dan Andreas, berdasarkan cerita Yohanes (Yoh.1:35-40).

Bersama Petrus dan Yakobus bin Zebedeus, hanya mereka bertiga yang diajak Yesus ketika: putri Yairus dibangkitkan dari kematian (Markus 5:21-43), transfigurasi Yesus di atas bukit (Matius 17:1-8), sengsara Yesus di Taman Getsemani (Matius 26:36-46). Mereka bertiga sepertinya menjadi murid istimewa, yang mendapatkan pengetahuan lebih dibandingkan dengan murid yang lain.

Menurut Yohanes, ia adalah satu-satunya yang tidak meninggalkan Yesus ketika saat-saat sengsara penyaliban Yesus. Dari kayu salib, Yesus Kristus menyatakan Bunda Maria sebagai ibu kepada Yohanes dan sebaliknya menyatakan kepada Bunda Maria bahwa Yohanes adalah anaknya (Yoh19:26-27). Yohanes mewakili seluruh umat Kristen dan dengan demikian Bunda Maria menjadi ibu bagi segenap umat manusia (Luk 1:48).

Dipercaya bahwa rasul Yohanes mengarang Kitab Injil ke-empat, tiga Surat Yohanes, dan Kitab Wahyu. Injil karangannya punya karakter yang berbeda secara mencolok. Kalau Injil Matius, Markus dan Lukas dikategorikan sebagai Injil sinoptik - disebut demikian karena isinya berupa ringkasan ministri Yesus, Injil Yohanes ditulis dengan 'gaya bebas' dan topikal, sesuai tujuan yang ingin dicapai oleh sang penulis, dan mengandung makna teologis yang mendalam.

Menurut tradisi, dia dibawa ke Roma dan atas perintah Kaisar Domitian dia dimasukkan kedalam belanga berisi minyak mendidih tetapi Yohanes selamat tanpa cedera sedikitpun. Yohanes lantas diasingkan ke pulau Patmos selama setahun. Diperkirakan bahwa Surat Wahyu dituliskan di pulau Patmos.

Rasul Yohanes adalah satu-satunya diantara bilangan para Rasul, yang diketahui secara pasti tidak meninggal sebagai martir. Menarik untuk direnungkan apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Injil Yohanes 21:20-23 : Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?"....Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" .... Maka tersiarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati.

Yohanes memang sungguh-sungguh berumur panjang. Dipercaya bahwa ia tinggal di Efesus, di Asia Kecil untuk beberapa lamanya dan masih hidup ketika Roma dipimpin oleh Paus Santo Clement I yang suratnya kepada umat di Korintus sangat terkenal dan dijadikan bahan bukti untuk mendukung otoritas Sri Paus. Yohanes meninggal secara alami pada sekitar tahun 100 dan diatas makamnya dibangun gereja yang megah. Akan tetapi berabad-abad sesudahnya, penguasa Islam merubah gereja itu menjadi mesjid.

Dalam dunia seni, dia dilambangkan dengan seekor elang, sebagai simbol kehebatan isi kitab Injil karangannya, potret kemampuan dirinya yang menonjol dalam menyelami misteri-misteri Allah. Lambang lainnya yaitu kaliks (piala) yang dililit oleh seekor ular. Menurut legenda, dia diberi piala berisi racun untuk diminum dalam suatu usaha untuk membunuhnya. Dirayakan tiap tanggal 27 Desember (Ritus Roma/Latin) dan 8 Mei (Ritus Bizantium/Timur).
Diambil dari berbagai sumber