Rabu, 31 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 8:21-30

Yesus bukan dari dunia ini

8:21. Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." 8:22 Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?"
8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
8:25 Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? 8:26 Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia."
8:27 Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa.
8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. 8:29 Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."
8:30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.


Sepertinya orang Yahudi secara tidak sengaja memutuskan perjanjian yang pernah diikat oleh nenek moyangnya. Mereka yang menganggap diri sebagai bangsa terpilih malahan terlena dan lupa diri bahwa yang ditunggu-tunggu sudah datang. Kebanyakan dari mereka tidak percaya bahwa Mesias yang menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia yang dirindukan, koq hanya seperti itu.

Mungkin sekarang ini kita merasa agak jelas bahwa Tuhan Yesus berkata bukan dari dunia ini. Dia berasal dari Kerajaan Allah nun di atas sana, sedangkan kita berasal dari bawah yaitu bumi tempat kita berpijak. Yang Esa sedang berperan sebagai Anak Manusia yang menjadi utusan Allah Bapa. Allah Bapa selalu menyertai Allah Putera karena memang Dia hanya satu, yang dapat berbuat apa saja menurut kehendak-Nya.

Bagaimana kehidupan yang di surga sana, mestinya kita bertanya kepada yang pernah tinggal dan hidup di sana. Selama masih hidup di dunia ini, rasanya tidak mungkin kita datang mengunjungi tempat itu. Mau berkunjung kepada walikota saja harus mendapat izin persetujuan. Sekarang yang dari atas sudah turun ke bumi, berarti yang tahu kehidupan di sana ya yang dari atas tersebut. Tinggal percaya atau tidak, atau ragu-ragu.

Yang begitu kudus malah dianggapnya sebagai kerasukan setan. Dan hal ini sama saja dengan meniadakan Allah yang hadir di tengah-tengah umat-Nya. Mereka akan mati dalam dosanya. Namun yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Mengapa mereka sampai tidak mengenal Mesias, padahal sudah tertulis dalam kitab suci. Apakah karena kedegilan mereka dan mengharapkan bahwa kedatangan Mesias harus yang begitu menakjubkan?

Anak Manusia ditinggikan sepertinya dapat dijabarkan bermacam-macam. Anak Manusia yang harus dipercaya dan diikuti karena Dialah Mesias. Atau mungkin ditinggikan karena disalib dan tidak membalas apapun. Dia tidak melawan secara phisik namun malah mewartakan kabar keselamatan bagi jiwa-jiwa yang percaya.

Pengertian bahwa Allah yang begitu tak terjangkau, membuat banyak orang Yahudi tidak bisa memahami Tuhan Yesus. Apalagi Tuhan Yesus memperkenalkan Allah yang mahatinggi sebagai Allah Bapa. Allah yang akan selalu menyertai setiap orang yang melakukan kehendak-Nya. Mungkin pada waktu itu mereka bertanya, sejak kapan Yahwe mempunyai Anak. Dan itu di luar nalar mereka yang mempercayai Allah yang Esa.

Secara tidak sadar, sebenarnya hidup kita diisi dan dibentuk oleh lingkungan dimana kita berada. Yang masuk dalam benak ini mau tidak mau akan menempel. Makin lama akan makin kuat menempel apabila belum pernah dilepas. Mungkin bagaikan kerak yang menempel di ceret, alat pemasak air. Akan sangat sulit untuk melepaskan segala macam yang sudah menempel di benak ini, untuk diganti dengan yang baru. Bagaikan sesulit melepas dari kebiasaan lama menuju ke kebiasaan baru.

Memahami Yohanes Bab 8:12-20

Yesus adalah Terang Dunia

8:12. Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
8:13 Kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar." 8:14 Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. 8:15 Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, 8:16 dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. 8:17 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; 8:18 Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."
8:19 Maka kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Bapa-Mu?" Jawab Yesus: "Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku." 8:20 Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorangpun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba.


Kita semua tahu apa yang disebut terang dan gelap. Dalam terang kita bisa melihat segala sesuatu, sedangkan dalam gelap menjadi tidak kelihatan atau samar-samar. Dalam terang kita bisa berjalan dengan lebih enak dan santai, bisa menghindar dari rintangan yang ada di hadapan kita. Dalam gelap paling tidak kita harus lebih hati-hati karena semuanya tidak kelihatan dengan jelas. Kita bisa tergores oleh onak duri, terantuk batu, terperosok dalam lobang atau bahkan tersesat.

Dunia yang kita tempati, bagaikan bumi apa adanya tanpa ada terang. Tanpa ada matahari, maka yang ada hanya kegelapan. Kita kemudian mengenal istilah siang dan malam. Bumi ini begitu tergantung kepada matahari yang rela memberikan cahayanya. “Akulah terang dunia” mengisyaratkan bahwa yang berkata itu bukan dari dunia. Dialah yang Illahi yang membawa cahaya untuk semua orang. Siapa saja yang hidup bersama Sang Terang, maka semuanya akan menjadi jelas, semakin kelihatan. Semakin bisa membedakan jalan mana yang harus dilalui agar sampai ke tujuan.

Siapa yang mengikut Tuhan Yesus, berarti berjalan bersama Dia, mengkuti cara berjalan-Nya, meniru segala macam gerak-gerik-Nya. Demikian juga hati, jiwa dan pikiran harus disesuaikan dengan langkah-Nya. Karena Dia adalah terang dunia, maka yang mengikut Dia pasti akan mendapatkan terang-Nya. Terang-Nya hanya bisa dirasakan dalam hidup ini, apabila betul-betul menjadi pengikut-Nya.

Tuhan Yesus datang bukan untuk menghakimi, malahan sebaliknya. Dia menunjukkan bahwa selama ini kita hidup dalam kegelapan. Di dalam gelap segalanya menjadi samar bahkan tidak kelihatan. Kita tidak bisa lagi melihat jalan benar yang harus kita lewati, bisa jadi malah kesasar. Dia datang untuk menuntun, mengarahkan orang untuk berubah arah, kembali ke jalan yang benar. Dia hanya meminta bahwa yang ditunggu-tunggu sudah berada di hadapan mereka, Sang Mesias sendiri. Dialah yang diutus oleh Allah Bapa, Sang Mahahakim.

Kalimat selanjutnya sepertinya perlu direnungkan dalam-dalam. “Baik Aku maupun Bapa-Ku tidak kalian kenal.” Sering kali kita menyebut Allah, mengatas namakan Allah, seakan-akan Allah begitu kita kenal. Allah yang sering kita sebut sebagai Yang Mahakasih, namun kita malah berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kasih itu sendiri. Allah yang Mahapengampun, namun kita malah berbuat sesuatu tanpa ampun. Allah yang Mahapenyayang, namun kita malah lebih jauh dari sifat penyayang. Allah yang Mahaadil, namun kita malah tidak berbuat dan memutuskan dengan adil. Allah yang Maharahim, tetapi kita malah sulit untuk memahami dan memaklumi orang lain. Konyolnya, apa yang kita perbuat tersebut membawa nama Allah, seakan-akan Dia yang merestui.

Sering kali kita merasa sudah begitu mengenal Allah, sehingga tahu persis sifat-sifat Allah, kesenangan-Nya, kebiasaan-Nya, permintaan-Nya dan sebagainya. Namun anehnya, kita malah tidak mengenal diri kita sendiri, siapakah sebenarnya kita. Jangan-jangan anggapan pengenalan kita terhadap Allah yang meyakinkan tersebut keliru. Keliru mengenali-Nya bahwa tidak seperti itu. Yang lebih konyol, keliru dengan allah lain yang mengaku sebagai Allah. Keliru memahami kehendak Allah yang sebenarnya.

Dengan mengenal Tuhan Yesus dan ajaran-Nya, mungkin itu baru proses untuk lebih mengenal Alah Bapa. yang begitu misteri. Dalam bayangan penulis, bisa terjadi bahwa pada zaman perjanjian lama masih banyak yang keliru menjabarkan atau menafsirkan perintah Allah. Bahkan mungkin sampai sekarang inipun masih banyak, atau paling tidak, masih ada yang keliru manafsirkannya. Dan salah tafsir dalam dogma berdampak cukup besar, jika tidak sampai menghebohkan, bahkan perang saudara.

Secara jujur, penulis berani mengakui bahwa pemahaman ini belum tentu benar sekali. Bahkan bisa meleset dari maksud kehendak Tuhan. Namun sebagai manusia biasa, paling tidak penulis ingin juga berproses untuk lebih mengenal siapa Anak Manusia. Ajaran-Nya tidak sulit untuk diwartakan, namun cukup berat untuk dilakukan.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mengatakan bahwa kita mengenal dan tahu persis akan anak-anak kita. Kita tahu persis siapa isteri kita atau suami kita dan kita percaya kepada mereka. Sewaktu ada kejadian yang begitu menghebohkan, kita kaget dan tidak percaya bahwa itu perbuatan keluarga kita. Dan itulah manusia yang masih mempunyai daging, dan kita pasrah dengan sebutan “manusiawi.” Kita belum siap untuk meninggalkan sebutan sebagai anak dunia, untuk diganti dengan sebutan anak Allah. Paling tidak kita masih mendua antara kedua sebutan tersebut. Rasanya sayang untuk melepaskan segala sesuatu yang pernah kita miliki.

Memahami Yohanes Bab 8:1-11

Perempuan yang berzinah

8:1. tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. 8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. 8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. 8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" 8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. 8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." 8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" 8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."


Kita bisa merasakan bahwa semua orang pada dasarnya pernah berbuat dosa. Apakah berbuat dosa berat ataupun ringan, yang jelas sebagai manusia yang lemah tidak akan luput dari kekhilafan. Mungkin orang lain tidak tahu sama sekali bahwa kita pernah berdosa, namun hati nurani kita tidak bisa mengelak dan menipu diri sendiri. Allah yang Mahamelihat melalui Roh-Nya berkarya menyentuh hati kita, dan sering kita abaikan.

Penulis tidak tahu mengapa hanya si perempuan saja yang dibawa ke hadapan Tuhan Yesus. Bagaimana dengan lelaki yang berbuat zinah tersebut? Apakah hukuman rajam hanya berlaku bagi pihak perempuan saja? Ataukah karena Hawa hanya tercipta dari tulang rusuk Adam? Kasihan betul nasib para perempuan pada zaman waktu itu! Ataukah di zaman sekarangpun perempuan masih diperlakukan berbeda dengan laki-laki? Dimanakah letak kekeliruannya, padahal sama-sama lahir dari rahim seorang ibu. Jikalau berbeda karena kodratnya, mungkin masih bisa dimaklumi. Laki-laki dengan segala kelebihan dan kekurangannya, demikian juga perempuan dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Jawaban Tuhan Yesus begitu mengena dan menusuk setiap hati yang sedang berada di situ. Para ahli Taurat dan kaum Farisi yang sudah dikenal sebagai pemuka agama, dalam kenyataannya tidak berani melempar batu kepada perempuan tersebut. Secara tidak langsung merekapun mengakui bahwa masih termasuk orang yang berdosa. Jangan-jangan dalam tampilan yang sok suci tersebut, di antara mereka bahkan pernah berzinah dengan perempuan itu.

Nasihat Tuhan Yesus pasti sangat menyejukkan bagi hati perempuan tersebut. Perkiraan akan mati dengan sengsara karena dilempari batu, nyatanya tidak terjadi. Dan yang menyelamatkannya dari kematian adalah Tuhan Yesus sendiri. Mungkin kita bisa membayangkan atau merabarasakan, segala macam gejolak yang tumbuh di hati sanubari perempuan itu. Perasaan gembira, bahagia, terharu, heran seakan tidak percaya, bersyukur dan yang lainnya bercampur baur. Dia hanya diminta untuk berubah menjadi manusia baru, tidak berbuat dosa lagi. Pasti pengalaman rohani yang begitu hebat tersebut akan mengubah cara hidupnya. Penulis tidak tahu siapakah perempuan tersebut. Apakah dia yang kita kenal sebagai Maria Magdalena?

Penulis juga tidak bisa membayangkan, sedang menulis apa Tuhan Yesus pada waktu itu. Dia mencorat-coret di tanah dengan jari-Nya, pasti dengan maksud tertentu. Ataukah Dia sedang menunggu reaksi yang lebih keras dari para ahli Taurat dan kaum Farisi? Sekali lagi kita diingatkan tentang sepuluh perintah Allah yang tidak boleh membunuh. Yang berkuasa memberikan pengadilan hanya Allah sendiri. Siapapun masih diberi kesempatan untuk bertobat dan berubah, untuk tidak berbuat dosa lagi.

Dalam pemahaman penulis, pada waktu itu Tuhan Yesus sepertinya menulis atau menggambar palang salib. Semua orang berkumpul kepada Dia dan ingin mendengar komentar-Nya. Kita bisa membayangkan bahwa semua orang dari timur, barat, utara dan selatan datang berduyun-duyun untuk mencari Dia. Dan itu bagaikan gambar palang salib dimana Tuhan Yesus berada di tengah.

Tidak ada seorangpun yang sempurna kalau tidak menemui Dia. Hanya Dialah yang sempurna, yang mengajak kita semua untuk seperti Dia. Dampaknya begitu menakjubkan karena semua orang pergi satu persatu, meninggalkan Tuhan Yesus dan perempuan tersebut. Secara tidak langsung mengakui bahwa merekapun masih mempunyai dosa. Tuhan Yesus sendiri juga tidak menghakimi, malahan menasihati. (22-05-07)

Secara tidak langsung kita telah diajar untuk menjadi orang yang pengampun, tidak menghakimi orang lain, selama kita sendiri masih memiliki dosa dan kesalahan. Mungkin azas praduga tidak bersalah mengadopsi dari ajaran Tuhan Yesus sendiri. Jika kita renungkan, betapa berat beban bagi para penegak hukum untuk melaksanakan pekerjaan dengan seadil-adilnya.

Jumat, 19 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 7:45-53

Yesus dibela oleh Nikodemus

7:45. Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" 7:46 Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" 7:47 Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? 7:48 Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? 7:49 Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!"
7:50 Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: 7:51 "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" 7:52 Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." 7:53 Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya,


Dalam pemahaman penulis, sebenarnya banyak orang pintar pada waktu itu yang tidak tahu persis asal-usul Tuhan Yesus. Mereka hanya tahu bahwa Tuhan Yesus berasal dari Nazaret yang di Galilea. Paling-paling keturunan orang Galilea yang lahirnya juga di daerah Galilea. Menurut mereka pokoknya tidak ada nabi atau bahkan Mesias yang berasal dari Galilea. Itu semua kata Kitab Suci.

Kitapun tidak akan tahu apabila tidak ditulis di dalam kitab Injil, bahwa Tuhan Yesus dilahirkan di Bethlehem. Dia lahir dengan begitu misteri, sehingga tidak banyak orang yang tahu, yang mungkin hanya Bunda Maria saja yang bisa bercerita.

Banyak imam-imam kepala dan kaum Farisi yang merasa bahwa merekalah wakil Tuhan di dunia ini. Mereka bagaikan orang-orang yang duduk di menara gading yang begitu tinggi, yang suaranya harus didengarkan dan dipatuhi. Mereka bahkan mengutuk orang yang terpesona akan ajaran Tuhan Yesus. Ajaran-Nya malah dianggap sesat, tanpa mau mencoba untuk direnungkan terlebih dahulu, dimana letak kesalahannya.

Apakah para penguasa agama tidak pernah melakukan turba (turun ke bawah)? Atau sebenarnya kawatir tersaingi oleh orang biasa yang bernama Yesus? Atau bahkan pada waktu itu mereka sedang diliputi kegelapan dalam segala hal, sehingga segalanya tidak kelihatan. Pokoknya tidak ada cerita bahwa akan ada nabi atau Mesias yang berasal dari Galilea. Orang baik yang dipilih Tuhan harus berasal dari Yudea sekitar Yerusalem.

Nikodemus sebagai pemuka agama, malah bisa berbicara dengan bijaksana. Sesuai hukum Taurat jika mengadili seseorang, maka harus ada saksi dan yang dituduh diberi kesempatan untuk membela diri. Saksi-saksi yang meringankan atau malahan yang memberatkan. Sebenarnya para penjaga tersebut sudah menjadi saksi yang meringankan, karena didapati dalam diri Tuhan Yesus tidak ada kesalahan malahan membikin terpesona.

Repotnya, yang namanya penguasa, sering lupa diri dan ingin menang sendiri, merasa paling benar. Penjaga yang hanya sebagai orang upahan, bisanya mencari selamat dan lebih aman diam. Satu orang Nikodemus melawan banyak orang yang sedang penuh emosi membuat situasi menjadi runyam. Ungkapan Jawa keluar “sing waras ngalah” dan akhirnya semua pulang tanpa suatu solusi akhir.

Yang menjadi pertanyaan penulis, apakah pada waktu itu tidak ada yang menelusuri riwayat hidup Tuhan Yesus? Paling tidak melalui Bunda Maria atau tetangganya di Nazaret, kira-kira dimana Yesus dilahirkan. Begitu gampangkah memvonis seseorang bahwa dia sesat? Jangan-jangan sampai sekarangpun banyak kelompok yang merasa paling dekat dengan Allah, tetap merasa paling benar sendiri.

Memahami Yohanes Bab 7:37-44

Air sumber hidup

7:37. Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! 7:38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
7:39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan. 7:40 Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." 7:41 Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! 7:42 Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." 7:43 Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. 7:44 Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuh-Nya.


Dalam pemahaman penulis, siapa yang percaya kepada Tuhan Yesus dan melaksanakan ajaran-Nya, secara misteri Roh Kudus akan mengalir membasahi hati. Mungkin Roh Kudus itu begitu lentur dan ingin memasuki setiap hati dan jiwa manusia. Siapa yang membuka diri dan pasrah kepada-Nya, akan merasakan kedamaian yang mempesona. Semakin kita bukan apa-apa, semakin kosong, maka Roh-Nya bisa semakin bebas berkarya dalam diri kita. Namun Dia akan minggir dan tidak memaksa kepada orang yang tidak mempercayainya, walaupun sentuhan-Nya tidak pernah berhenti. Seperti Tuhan Yesus turun ke dunia, demikian juga Roh Kudus datang untuk menyelamatkan, bukan melenyapkan manusia.

Hanya Dia yang .bisa memberikan kepuasan sewaktu kita merasakan dahaga akan kebenaran dan kebaikan yang sejati. Jadi, siapapun yang haus akan kebenaran maka dia harus mencari dan mencari air pelepas dahaga tersebut. Air yang menghidupkan itu hanya akan kita temui dalam diri Tuhan Yesus. Perasaan damai dan sejahtera yang tidak bisa diungkapkan, hanya akan diperoleh apabila percaya dan melaksanakan perbuatan sesuai ajaran-Nya. Roh-Nya yang begitu misteri, bisa berbuat apa saja kepada kita walaupun sepertinya tidak mungkin.

Jika kita renungkan dan rasakan, sepertinya Tuhan itu begitu jauh di langit sana sampai tak terlihat dan tak terjangkau. Namun kadang kala dapat merasakan juga betapa dekatnya Dia, walaupun tak terlihat secara kasat mata. Kita bisa merasakan suatu sentuhan atau sejenis bisikan di dalam hati dan jiwa kita, yang selalu menuntun ke jalan kebenaran dan kebaikan. Kita sering menyebutnya bahwa sedang terjadi perang batin apabila dihadapkan kepada dua pilihan yang bertentangan. Pilihan yang baik, benar dan bijaksana atau kebalikan dari itu semua.

Mungkin ada juga yang mengatakan bahwa malaikat pelindung kita sedang berdoa menghadap Allah untuk kita. Yang tidak kelihatan seperti angin ini menyentuh kita. Tergantung kita, bagaimana tanggapan dan reaksi kita menerima sentuhan Tuhan ini. Penulis hanya meyakini bahwa Sentuhan Tuhan selalu baik, benar dan bijaksana untuk perjalanan hidup rohani kita.

Memahami Yohanes Bab 7:25-36

Pertentangan tentang asal Yesus

7:25 Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? 7:26 Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? 7:27 Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya."
7:28 Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. 7:29 Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
7:30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba. 7:31 Tetapi di antara orang banyak itu ada banyak yang percaya kepada-Nya dan mereka berkata: "Apabila Kristus datang, mungkinkah Ia akan mengadakan lebih banyak mujizat dari pada yang telah diadakan oleh Dia ini?" 7:32 Orang-orang Farisi mendengar orang banyak membisikkan hal-hal itu mengenai Dia, dan karena itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi menyuruh penjaga-penjaga Bait Allah untuk menangkap-Nya. 7:33 Maka kata Yesus: "Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku. 7:34 Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada."
7:35 Orang-orang Yahudi itu berkata seorang kepada yang lain: "Ke manakah Ia akan pergi, sehingga kita tidak dapat bertemu dengan Dia? Adakah maksud-Nya untuk pergi kepada mereka yang tinggal di perantauan, di antara orang Yunani, untuk mengajar orang Yunani? 7:36 Apakah maksud perkataan yang diucapkan-Nya ini: Kamu akan mencari Aku, tetapi kamu tidak akan bertemu dengan Aku, dan: Kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada?"


Kelihatannya ungkapan Tuhan Yesus cukup membingungkan banyak orang. Hampir semua orang menerima secara duniawi yang kasat mata. Banyak orang bertanya-tanya siapa yang mengutus Dia. Kalau dari atas, berarti dari Allah sendiri, tetapi kan Dia dilahirkan oleh Perawan Maria dan bapak-Nya Yusuf tukang kayu. Mungkin tidak mengherankan jika Dia disebut sebagai orang yang kurang waras. Namun jika dianggap gila, bagaimana mungkin koq bisa berkotbah sedemikian rupa? Inilah yang membingungkan dan sulit untuk diterima nalar.

Sekarang saja kita mungkin bisa sedikit memahami, bahwa Dia yang menyebut diri sebagai Anak Manusia berasal dari sorga. Allah sejati yang menjilma menjadi manusia sejati. Dia yang telah mengenal Allah Bapa karena dialah Allah sendiri. Dia datang karena kehendak Bapa yang mengutus-Nya. Dia datang karena kasihnya kepada kita semua, dan ingin menyelamatkan kita. Sebagai Juru Selamat, Dia siap menanggung segala macam risiko yang dilakukan oleh umat ciptaan-Nya sendiri.

Pada saatnya Dia akan kembali ke sorga, dimana tidak ada seorangpun yang masih hidup ini tahu bagaimana itu sorga. Dengan kemampuan nalar kita, mungkin kita hanya bisa berandai-andai dan membayangkan. Dan bayangan tersebut mau tidak mau akan dipengaruhi oleh perjalanan hidup kita, yang selama ini kita ketahui. Pasti Kerajaan Sorga diluar kemampuan kita untuk membayangkannya. Jangan-jangan malah meleset jauh sekali dari perkiraan. Gampangnya, anggap saja suatu tempat atau keadaan yang begitu mulia tanpa ada siksa. Dan kita tidak mungkin bisa kesana, sehebat apapun kita. Semuanya tergantung kepada kasih karunia Allah sendiri.

Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menggambarkan sorga agak lebih benar. Orang-orang tersebut pasti mendapat karunia khusus dari Tuhan. Tanpa kehendak-Nya, maka tidak akan ada orang yang bisa menjelaskan, kecuali dengan perumpamaan dan ungkapan.

Penulis merasakan bahwa kelahiran Tuhan Yesus begitu misteri karena tidak seorangpun tahu. Yang tahu persis hanya Bunda Maria karena dia yang melahirkan-Nya. Jika muncul cerita atau dongeng tentang kelahiran-Nya, setiap orang sah-sah saja berkhayal, berandai-andai, berperkiraan sesuai imajinasinya masing-masing.

Banyak orang ingin menangkapnya, tetapi Dia tidak tersentuh oleh mereka. Sepertinya ada suatu daya kekuatan yang begitu misteri, sehingga keinginan menangkap seperti terhapuskan. Mungkin yang ada hanya daya pesona yang tak terucapkan, mempengaruhi seluruh tubuh seperti tidak berdaya.

Dalam pemaham penulis, sepertinya perjalanan ke Yerusalem ini sudah mendekati saat yang telah dinubuatkan. Tidak akan lama lagi Tuhan Yesus akan kembali ke Surga, bersatu dengan Allah Bapa. Berarti Dia akan segera menyelesaikan karya-Nya di dunia sebagai manusia biasa.

Memahami Yohanes Bab 7:14-24

Kesaksian Yesus tentang diri-Nya

7:14. Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. 7:15 Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!" 7:16 Jawab Yesus kepada mereka: "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. 7:17 Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. 7:18 Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya. 7:19 Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?"
7:20 Orang banyak itu menjawab: "Engkau kerasukan setan; siapakah yang berusaha membunuh Engkau?"
7:21 Jawab Yesus kepada mereka: "Hanya satu perbuatan yang Kulakukan dan kamu semua telah heran. 7:22 Jadi: Musa menetapkan supaya kamu bersunat--sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita--dan kamu menyunat orang pada hari Sabat! 7:23 Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat. 7:24 Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil."


Semua orang yang mendengar pengajaran Tuhan Yesus selalu terheran-heran. Penulis tidak tahu persis, apa saja yang diajarkan Tuhan Yesus pada waktu itu. Yang jelas banyak orang terpesona dengan pengajaran-Nya. Dalam keheranan, yang terpikir adalah dari mana Dia belajar sehingga bisa berkotbah dengan begitu baik dan lancar. Siapakah gurunya, dan banyak guru yang baik sudah mereka kenal.

Jawaban Tuhan Yesus juga mengherankan karena Dia menerima dari yang mengutus, yaitu Allah Bapa di surga. Komentar selanjutnya bahkan mungkin menyakitkan bagi mereka. Mereka dianggap tidak melakukan hukum Taurat dengan benar, padahal hukum Taurat menjadi pegangan hidup mereka. Salah satu perintah Alah adalah jangan membunuh, padahal ada dari mereka yang berniat untuk membunuh-Nya.

Dan mereka menyangkal dengan niat mencelakai, bahkan menyebut Dia kerasukan setan. Pembenaran diri sudah menjadi bagian hidup manusia. Segala macam alasan bisa dikemukakan, walaupun sudah ketangkap tangan.

Jangan-jangan hal tersebut sama dengan kita sekarang ini. Mengaku beragama dengan berpegang kitab sucinya, namun tidak pernah melakukan perbuatan sesuai yang ditulis dalam kitab suci. Kitab suci yang berisi firman Tuhan hanya menjadi buku pajangan, yang dibuka hanya pada waktu tertentu saja.

Jangan-jangan kitapun terjebak oleh berbagai macam tradisi dan kebiasaan yang mungkin tidak kita sadari, bahwa tidak sejalan dengan firman-Nya. Penulis menangkap bahwa sunat bukan dari hukum Taurat, melainkan dari tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang orang Yahudi. Apakah hal ini termasuk kebablasan yang sebenarnya suatu tradisi, namun lama kelamaan menjadi berbelok dan diundangkan sebagai hukum Tuhan? Kita mungkin ingat atau membaca cerita bahwa Abraham membuat perjanjian dengan Allah melalui sunat massal.

Jika kita memperhatikan perkataan Tuhan Yesus, sebenarnya sunat sudah ada dari zaman dahulu. Mungkin malah sebelum Abraham, yang merupakan tradisi bangsa Uhr-Kasdim. Jangan-jangan sewaktu masyarakat bertanya bagaimana asal mula sunat tersebut, maka dibuat cerita sedemikian rupa bahwa Abrahamlah yang memulainya seturut kehendak Allah. Jangan-jangan rencana penyembelihan Iskak sebenarnya ungkapan menyembelih kulit katan yang disaksikan oleh semua keluarga dan pembantunya. Memproklamirkan bahwa Iskak sebagai pewaris tunggal karena anak dari permaisuri yang sah. Kita bisa meraba rasakan bahwa anak pertama Abraham adalah Ismail. Dari sisi pandang bapak Abraham, tetaplah Ismail yang menjadi anak pertama yang dikasihi. Ismail pasti menjadi anak kesayangan Abraham, sebelum Iskak lahir. Dan Iskak lahir sewaktu Ismail sudah cukup besar.

Kita bisa membayangkan bagaimana Abraham mengasihi Ismail, karena menjadi anak satu-satunya selama belasan tahun. Tidak terbayangkan bahwa suatu ketika akan mempunyai anak lagi, sehingga kasihnya tertumpah kepada Ismail pada waktu itu. Perubahan akan muncul ketika sang permaisuri bisa mengandung dan melahirkan anak yang dinamai Iskak. Sebagai bapak, pasti Abraham mengasihi ke dua anaknya walau lain ibu. Kedua-duanya sedarah dengannya. Akan sangat berbeda jika dilihat dari sudut pandang perasaan dari Sara dan Hagar.(19-02-07)

Ungkapan, peribahasa atau bahasa tersamar memang sering membuat orang yang tidak tahu akan bingung. Peribahasa “kura-kura dalam perahu atau tong kosong berbunyi nyaring” bagi orang asing yang tidak mendalami pasti akan bertanya, apa yang dimaksud. Mulailah muncul penafsiran penafsiran. Jika banyak penafsiran yang berbeda dan dikembangkan masing-masing, dampaknya setelah sekian puluh tahun atau ratus tahun pasti besar. Jangan-jangan malah muncul penafsiran yang bertolak belakang antara yang satu dengan yang lain.

Jangan-jangan kalau kita mengetahui sesuatu yang benar dan meluruskan untuk kembali ke yang benar tersebut, malahan dicemooh atau ditentang. Biasanya dari dulu kan sudah begini, mengapa harus berubah? Memangnya yang benar tersebut berasal dari mana? Apakah itu betul dari ajaran gereja, perintah dari Vatikan? Yang lebih keras lagi, apakah dari Allah sendiri yang memberi tahu anda? Anak kemarin sore saja koq mengajari yang sudah makan asam garam. Dan mungkin masih banyak lagi komentar yang menolak, karena memang tidak siap untuk berubah menuju yang lebih baik dan benar.

Penulis merasa yakin bahwa masih banyak misteri yang belum terungkapkan, yang terkandung dalam Kitab Suci. Mungkin itu tugas para ahli untuk mengungkapkannya, namun bisa jadi Allah berkehendak lain. Beberapa misteri jangan-jangan malah diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya di luar perkiraan umum. Orang-orang biasa yang tidak masuk hitungan, yang pada awalnya melalui penolakan.

Secara rohani, janganlah menghakimi menurut apa yang nampak kasat mata. Karena dibalik yang kelihatan, ada yang tidak kelihatan bagaikan angin. Tidak ada tetapi ada, kosong tetapi isi.

Dalam pemahaman penulis, kita tidak bisa menghakimi siapapun selama kita tidak mengetahui luar dan dalamnya. Padahal dalam kehidupan sehari-hari yang kita lihat hanya yang kasat mata. Di balik tubuh dan perbuatan yang terlihat, kita tidak tahu persis, ada apa di dalamnya yang tidak terungkapkan. Dan yang bisa menghakimi mestinya hanya Allah sendiri yang bisa melihat luar dalamnya. Dialah Hakim yang adil.

Memahami Yohanes Bab 7:1-13

Yesus pergi ke Yerusalem untuk hari raya Pondok Daun

7:1. Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. 7:2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. 7:3 Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. 7:4 Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia." 7:5 Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya. 7:6 Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. 7:7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. 7:8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."

7:9 Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea. 7:10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. 7:11 Orang-orang Yahudi mencari Dia di pesta itu dan berkata: "Di manakah Ia?" 7:12 Dan banyak terdengar bisikan di antara orang banyak tentang Dia. Ada yang berkata: "Ia orang baik." Ada pula yang berkata: "Tidak, Ia menyesatkan rakyat." 7:13 Tetapi tidak seorangpun yang berani berkata terang-terangan tentang Dia karena takut terhadap orang-orang Yahudi.


Dalam pemahaman penulis, banyak perkataan Tuhan Yesus yang menimbulkan pro dan kontra. Tuhan Yesus berani berterus terang untuk mengatakan mana yang jahat dan mana yang tidak, mana yang keliru mana yang tidak. Risikonya cukup menggetarkan yaitu bisa dikejar-kejar, malahan percoban hendak dibunuh. Kehadiran-Nya membuat gerah banyak orang yang selama itu merasa biasa saja untuk berbuat salah atau jahat. Kekeliruan yang mungkin sudah membudaya atau kekeliruan kolektif yang didogmakan. Celaan yang disampaikan Tuhan Yesus membuat kelompok mereka panas hati dan ingin melenyapkan-Nya. Mungkin kelompok ini banyak tinggal di Yerusalem dan daerah Yudea. Alasan yang paling masuk akal adalah menyebutnya sebagai penyesat yang melawan hukum yang dibuat manusia itu sendiri.

Namun banyak juga orang yang berpihak kepada-Nya. Selama waktu itu Tuhan Yesus telah sering berbuat kebaikan, yang dapat dirasakan oleh banyak orang. Mungkin kelompok yang ini lebih banyak jumlahnya, karena mereka masyarakat kelas biasa. Masyarakat kecil yang menderita yang hampir tidak mampu membiayai hidupnya sendiri. Bisa dimaklumi karena memang sedang dijajah oleh bangsa lain yang belum mengenal Allah. Tuhan Yesus menjadi penyelamat, penghibur dan penyembuh yang tidak meminta imbalan apa-apa. Dia berkarya dengan terang-terangan di hadapan banyak orang, tidak memakai tipu muslihat dan mempromosikan diri.

Namun Dia juga mengecam orang-orang yang berbuat jahat, yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Mungkin kelompok ini yang mencari upaya dengan berbagai cara untuk menyingkirkan Dia. Salah satunya dengan mengatakan bahwa Dia akan menyesatkan rakyat. Penyesatan yang dipakai bukan dari sepuluh perintah Allah, namun pemahaman atau penafsiran yang selama waktu itu sudah mendarah daging. Allah yang begitu tinggi tak terjangkau tidak mungkin menjilma menjadi manusia. Tidak mungkin Allah yang di surga sekaligus bisa berada di dunia. Apakah mungkin Allah berada dimana-mana?

Pada zaman sekarang, secara teknologi suara manusia di suatu tempat bisa didengarkan di seluruh dunia jika kita menghidupkan radio. Televisi malah bisa menyiarkan gambar-gambar dan suara yang terjadi pada waktu itu juga. Semuanya ini masih buatan manusia, lha kalau Allah yang Mahakuasa, siapa yang dapat membayangkannya?

Seringkali kuasa Allah kita bayangkan seperti apa yang ada di benak kita yang masih terbatas. Kemudian kita menganggap seperti sudah mengenal Allah luar dan dalamnya. Beruntunglah bahwa Allah tidak marah. bahkan mungkin hanya tersenyum saja. Seperti kita melihat anak-anak kecil yang sedang berdebat atau bercerita dan kita merasa lucu dan memakluminya. Kita melihat bagaimana ada anak yang sok menangan dan ada juga yang kalahan. Jika mereka sampai berkelahi, ada yang menangis, kita turun tangan untuk melerai dan memberi nasihat.

Untuk menghindari bentrokan di Yerusalem, Tuhan Yesus mempunyai caranya sendiri karena memang belum waktunya. Dia ingin menyelesaikan semua karya yang diberikan oleh Allah Bapa. Apa yang direncanakan Allah, semuanya harus terjadi dan tidak bisa ditolak.

Penulis juga merasa bingung, mengapa saudara-saudara-Nya malah tidak bisa percaya. Berkumpul bersama selama puluhan tahun apakah membuat mereka merasa tahu betul siapakah saudaranya yang satu ini? Apakah selama masih di Nazaret Tuhan Yesus sama sekali tidak menampakkan kuasa-Nya? Betul-betul menjadi manusia biasa, seperti kita? Jawaban yang sederhana ya seperti yang Dia ucapkan :”Waktunya belum tiba.”

Senin, 15 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 6:67-71

Pengakuan Petrus

6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" 6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; 6:69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." 6:70 Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." 6:71 Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.


Sepertinya perkataan Tuhan Yesus cukup serius dan pedas. Salah satu murid-Nya yang dari duabelas adalah iblis. Kemungkinan besar di antara mereka sering terjadi perdebatan, siapakah kira-kira yang dimaksudkan oleh Gurunya. Kita bisa menyebut bahwa orang yang dimaksud adalah Yudas Iskariot karena pengkhianatannya sudah terjadi. Penulis tidak tahu, mengapa Tuhan Yesus berkata seperti itu, yang seolah-olah membiarkan para murid untuk menerka-nerka sampai pada waktunya.

Jika kita mencoba berpikir positf, mungkin ada baiknya hal tersebut dikemukakan terlebih dahulu, agar para murid semakin bertekun. Namun itulah kehendak Tuhan sendiri, yang pasti ada maksud tertentu yang lebih baik, dari pada pemikiran kita. Pasti tidak ada seorangpun yang mau berpikir bahwa dialah calon iblis tersebut. Bertekun, percaya dan pasrah kepada Sang Guru, paling tidak akan terjauhkan dari pencobaan. Mungkin Yohanes Penginjil hanya ingin lebih menegaskan bahwa sebelum terjadi, Tuhan Yesus sudah pernah mengatakan salah satu akan menyerahkan-Nya.

Yudas Iskariot sepertinya dipilih Tuhan Yesus untuk menggenapi nubuat yang harus terlaksana. Tanpa ada Yudas Iskariot, siapa yang harus menggantikannya? Seringkali penulis merasa bingung dan merasa kasihan kepada Yudas Iskariot ini. Dipilih untuk dimusuhi bahkan dibenci oleh banyak orang. Apalagi jika Yohanes Penginjil menuliskannya sebagai “Iblis,” betapa rendah dan tidak bernilainya dia.

Petrus yang keras di luarnya, sepertinya malah lebih tersentuh sampai ke dalam hati sanubari. Dia lebih percaya bahwa Gurunya adalah Yang Kudus dari Allah Bapa sendiri. Mungkin dia begitu percaya sekali, namun masih ada ganjalan yang membingungkan. Ganjalan merubah paradigma yang selama ini sudah berakar di dalam dirinya. Merubah cara pandang keyakinan yang sebelumnya ini sudah ditanamkan, dan sudah menjadi adat kebiasaan. Ganjalan untuk keluar dari kemapanan, tradisi atau kebiasaan memang selalu terjadi. Masak yang biasanya sudah begini koq diganti, koq berubah. Siapa sich yang mengajak berubah? Memangnya dia itu siapa? Apakah sudah meminta izin atau mendapat restu dari yang berwenang?

Mungkin contoh kecil sewaktu sembahyangan dan dilanjutkan doa penutup sebelum pulang. Sudah menjadi kebiasaan kita akan memohon Allah untuk mendampingi, melindungi agar sampai di rumah dengan selamat. Dalam pemahaman penulis, hal ini sepertinya salah kaprah, bener ning ora pener. Yang paling pokok, percayakah kita bahwa Tuhan selalu bersama atau beserta kita? Jika kita meyakini berarti kita harus percaya dan pasrah bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita. Yang menjadi ganjalan malahan apakah kita sudah membuka diri, hati kita untuk menjadi tempat bersemayam Allah. Tubuh kita menjadi Bait Allah dan Dia yang menguasai kita, kita menjadi hamba-Nya. Ternyata hal tersebut tidak mudah, karena ego kita yang lebih sering ingin menjadi raja dan Roh Kudus-Nya kita pinggirkan.

Kita lebih sering ragu apakah Dia Ada bersama kita. Dia bagaikan angin semilir yang menyentuh kita namun tidak bisa kita lihat secara kasat mata. Tubuh kita merasakan bagaimana angin tersebut memberikan sentuhan nyata. Beruntunglah kita manusia, bahwa Allah karena kerahiman-Nya yang tak terjangkau, tidak pernah marah. Apapun yang kita ucapkan dalam doa tidak pernah dikomentari oleh Tuhan. Yang berkomentar paling yang mendengarkan doa kita.

Paling tidak kita bisa merasakan kepasrahan Simon Petrus yang begitu percaya bahwa gurunya adalah Yang Kudus dari Allah. Bagaimana dengan kita? Masihkan terbersit keraguan tentang ke-Allahan-Nya?

Memahami Yohanes Bab 6:60-66

Murid-murid yang mengundurkan diri di Galilea

6:60. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" 6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.


Kita bisa membayangkan bahwa sebenarnya murid Tuhan Yesus cukup banyak, walaupun ada murid khusus yang kita sebut rasul. Dalam kenyataannya, banyak juga para murid yang belum mengerti dan tidak kuat bertahan untuk mengikut Dia. Jangan-jangan memang dari awalnya mereka mengharapkan sesuatu yang lebih duniawi, bukan yang rohani. Di zaman penderitaan karena menjadi bangsa yang terjajah oleh bangsa Romawi, ada suatu harapan semoga Gurunya adalah tokoh dunia yang bisa membebaskan dari belenggu penjajah. Dengan segala macam kesaktian-Nya, Gurunya memenuhi kriteria sebagai calon raja baru. Jika Sang Guru menjadi raja, maka sebagai murid paling tidak akan kecipratan rezeki jabatan atau apapun, yang dapat meningkatkan taraf kehidupan dunia.

Kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mereka berbalik arah, kembali kepada kehidupan duniawi yang semula. Yang tidak tahan dan tidak mengerti mundur satu persatu. Mungkin hanya karena sentuhan Allah Bapa saja yang bisa bertahan sampai kesudahannya. Bukan kita yang memilih Dia, namun Dia-lah yang memilih kita tanpa kita sadari. Ada sesuatu yang menyentuh di dalam hati dan jiwa kita, yang seolah-olah mendorong dan menggerakkan untuk mencari Dia

Pada kenyataannya Tuhan Yesus tidak tertarik akan kehidupan duniawi. Dia lebih menekankan tentang roh dan hidup. Daging tanpa roh atau jiwa, mungkin akan sama halnya dengan binatang ataupun bukan manusia. Roh-lah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Roh tidak bisa mati dan akan tetap hidup, walaupun tubuh sudah mati. Hanya, hidup setelah mati yang bagaimana yang diharapkan? Mestinya kehidupan kekal bersama Allah di Kerajaan-Nya. Bukan kehidupan sengsara kekal di luar Kerajaan Allah. Mungkin ungkapan hidup disini lebih mendekati hidup kekal, yang berbeda dengan ungkapan mati yang berkonotasi kematian kekal.

Jika mereka yang begitu dekat dengan Tuhan Yesus merasakan betapa keras ajaran-Nya, apalagi seperti penulis. Mereka lebih mengerti segala macam ungkapan yang disampaikan Tuhan Yesus. Di zaman sekarang, mungkin banyak ungkapan lama yang belum dipahami secara benar. Akhirnya banyak penafsiran yang belum tentu semuanya benar, pas seperti yang diharapkan oleh Tuhan sendiri. Termasuk penulis yang lebih banyak bingungnya untuk memahami apa yang dimaksud.

Memahami Yohanes Bab 6:25-59

Roti hidup

6:25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" 6:26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

6:28. Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" 6:29 Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." 6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? 6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." 6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. 6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."

6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." 6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. 6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. 6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. 6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. 6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. 6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." 6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"

6:43 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. 6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. 6:45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. 6:46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. 6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. 6:48 Akulah roti hidup. 6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. 6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. 6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

6:52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." 6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." 6:59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.


Yang datang dan percaya kepada Tuhan Yesus, tidak akan lapar dan haus. Janji yang dikatakan Tuhan Yesus begitu mendebarkan hati, menggembirakan namun juga penuh tanda tanya. Siapa yang datang kepada-Nya tidak akan dibuang dan disia-siakan. Dialah roti hidup yang harus kita makan kalau kita percaya kepada-Nya. Yang haus dan lapar harus mau memakan dan meminum daging dan darah-Nya.

Jika kita hidup di zaman waktu itu, kitapun akan terbengong-bengong dan bingung. Apa yang dimaksud dengan pengajaran Tuhan Yesus pada waktu itu? Rasanya tidak masuk akal jikalau harus memakan tubuh-Nya dan meminum darah-Nya. Mereka bukan kelompok kanibal yang memakan manusia dan meminum darahnya. Adakah sesuatu tersirat di balik ungkapan tersebut? Mereka tahu bahwa Tuhan Yesus berasal dari Nazaret. Orang tua-Nya mereka kenal sebagai Yusuf dan Maria. Dan sekarang berkata bahwa Bapa-Nya berada di surga, dan hanya Dia saja yang tahu siapa sebenarnya Allah Bapa. Hanya Dia yang tahu seperti apa itu kerajaan Allah, karena memang Dia yang berasal dari sana.

Mungkin mereka terpecah dalam beberapa kelompok yang berbeda pendapat dan penafsiran. Mereka sudah tahu tentang Taurat yang disampaikan oleh Musa. Mereka juga tahu bagaimana nenek moyangnya diselamatkan oleh Allah dari perbudakan di Mesir. Diberi makan manna dan minum air yang keluar dari bebatuan. Mereka juga tahu bahwa akan datang Mesias yang telah dijanjikan sebelumnya.

Mungkin pada waktu itu yang paling gampang adalah mengikuti saja kemana Tuhan Yesus berada. Mendengar dan melihat, apa saja yang dilakukan Tuhan Yesus. Jika dirasa dapat masuk di hati dan diterima oleh akal, jalannya ya mengkuti dan melaksanakan saja apa yang diajarkan-Nya. Namun sebelumnya kita diminta untuk bekerja terlebih dahulu. Berupaya untuk mencari Roti dan Anggur yang hanya akan diberikan oleh Anak Manusia. Kita hanya bisa merasakan dan menikmati lezatnya Tubuh dan Darah-Nya itu apabila kita percaya kepada-Nya. Pada saat itu mungkin yang dimaksud dengan roti dan anggur adalah firman, ajaran yang datang dari-Nya dan percaya.

Di zaman sekarang mungkin kita bisa berandai-andai bahwa yang dimaksud dalam ajaran-Nya adalah memakan roti dan anggur pada waktu mengikuti perjamuan kudus. Kita sudah mendengar bagaimana Tuhan Yesus menyerahkan Tubuh-Nya untuk disalibkan, Darah-Nya tertumpah habis-habisan untuk menebus dosa manusia.

Makan tubuh dan minum darah-Nya berarti Tuhan Yesus menyatu dengan kita. Jika Dia sebagai anak Manusia, maka kita menjadi saudara-saudaranya, menjadi anak-anak Allah Bapa yang di surga. Itulah janji Tuhan Yesus, selama kita mau mengikuti jalan-Nya.

Memahami Yohanes Bab 6:22-24

Orang banyak mencari Yesus

6:22. Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 6:23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 6:24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Mungkin kita bisa membayangkan bahwa pada waktu itu terjadi fenomena yang cukup menghebohkan karena karya Tuhan Yesus. Karya penyembuhan dan ajaran-Nya membuat banyak orang ingin segera bertemu untuk menimba sesuatu. Mungkin yang paling banyak adalah orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan penyembuhan. Entah itu sakit jasmani ataupun sakit rohani, kalau bisa agar segera sembuh berkat sentuhan-Nya maupun ucapan-Nya.

Kabar yang menggembirakan ini mau tidak mau akan segera menyebar dari mulut ke mulut. Apabila hal tersebut terjadi di zaman sekarang, maka kabar itu pasti cepat mendunia melalui segala macam media yang tersedia. Akhirnya bukan hanya orang Yahudi saja yang membutuhkan pertolongan-Nya, bahkan dari bangsa lainpun ikut beramai-ramai menemui Dia.

Sepertinya situasi saat itu sedang banyak penderitaan, entah menderita gangguan jiwa, menderita penyakit ataupun menderita karena dijajah. Yang namanya dijajah pasti tidak enak, yang membuat beban semakin berat. Penjajah bisa sewenang-wenang karena kekuasaannya. Kalau toch mereka berbuat yang kelihatan baik, pasti dibalik kebaikannya ada sesuatu yang merugikan yang dijajah.

Dalam situasi yang seperti itu, mungkin banyak orang yang mendambakan datangnya Ratu Adil. Raja yang bisa membawa perubahan menuju keadilan dan kesejahteraan yang lebih baik bagi banyak orang. Sosok Tuhan Yesus bisa jadi merupakan salah satu harapan bagi bangsa Israel yang sedang menderita. Namun bagi kelompok oportunis, kehadiran Tuhan Yesus malah tidak diharapkan. Dia merupakan pesaing yang dapat menghancurkan keberadaannya saat itu. Mereka yang sudah terbiasa dengan segala macam tipu muslihat demi diri atau kelompok, akan sangat terganggu dengan kehadiran Tuhan Yesus. Kebenaran yang selalu dilakukan dalam terang akan sangat bertolak belakang dengan tipu daya yang sembunyi-sembunyi dalam gelap.

Mungkin kita bisa membayangkan bahwa sebenarnya masih banyak orang Israel yang mencari Tuhan Yesus. Mereka membutuhkan Tuhan Yesus dengan berbagai macam alasan. Entah itu yang rohani, ataupun yang jasmani, atau bahkan kedua-duanya. Paling tidak kehadiran Tuhan Yesus memberikan fenomena tersendiri bagi masyarakat tertentu. Mau tidak mau kabar kehebatan-Nya cepat menyebar kemana-mana. Mungkin ada yang mencemooh, ada yang mengernyitkan dahi, namun ada pula yang percaya bahwa Dia Sang Juru Selamat.

Memahami Yohanes Bab 6:16-21

Yesus berjalan di atas air

6:16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu 6:17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, 6:18 sedang laut bergelora karena angin kencang. 6:19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. 6:20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" 6:21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

Dalam pemahaman penulis, kelihatannya Tuhan Yesus mendidik para murid setahap demi setahap. Dalam memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Putera, hampir semua orang tidak siap untuk menerima begitu saja. Bagaimana mungkin untuk langsung percaya bahwa Dia adalah Tuhan sendiri yang datang. Biarlah para muridpun sedikit demi sedikit mulai mengenal secara dekat akan daya kuasa-Nya. Pengalaman air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, memberi makan banyak orang sudah dilewati.

Dan sekarang biarlah para murid melihat sendiri, bagaimana air danau dan angin tunduk kepada-Nya. Alam bahkan lebih mengenal Tuhan Yesus dan menyediakan dirinya menghormati Sang Pencipta. Air bagaikan berubah menjadi jalan rata nan mulus, angin memberikan jalan dan membuka diri, menghantarkan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Mereka menyeberang tanpa halangan, seakan-akan air dan angin membantu mendorong lebih cepat sampai tujuan.

Kita bisa membayangkan bagaimana para murid dicekam perasaan takut pada waktu itu. Secara nalar hanya sejenis kayu atau barang yang berat jenisnya lebih rendah dari air, yang akan mengapung di atas air. Orang akan tenggelam jika tidak bisa berenang. Yang bisa mengapung atau bahkan berjalan di atas air, pasti tidak mempunyai berat. Yang terbersit langsung adalah hantu yang berbadan halus. Kata hantu dan Tuhan dalam bahasa Indonesia sepertinya begitu tipis.

Kita diajar untuk “jangan takut” akan segala sesuatu, selama kita bersama Tuhan sendiri. Dia tidak pernah meninggalkan kita, Dia selalu menyertai bahkan sebenarnya masuk di dalam kita. Hambatan untuk mengenal Dia bahwa selalu bersama di dalam diri kita, karena Dia tidak kita beri tempat yang selayaknya. Malahan sering kali kitalah yang menghindar dari dekapan Tuhan sendiri. Apa yang perlu ditakuti apabila kita bersama Tuhan. Tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan Dia, kecuali kelemahan diri kita sendiri.

Mungkin kita bisa mengatakan bahwa jika Roh Kudusnya berada di dalam kita, menguasai kita, mujizat selalu terjadi dalam hidup kita. Roh Allah yang menguasai kita, berarti dalam kebebasan kita, kita malah pasrah bongkokan kepada-Nya. Kepasrahan nyatanya bukan sesuatu yang gampang karena ego kita. Orang yang pasrah hampir sama dengan kalah, menjadi bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Memahami Yohanes Bab 6:1-15

Yesus memberi makan lima ribu orang

6:1. Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 6:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. 6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. 6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 6:5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" 6:6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. 6:7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." 6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: 6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" 6:10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." 6:13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. 6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."
6:15. Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.


Mungkin kita pernah atau bahkan sering mendengar cerita kesaksian bagaimana Tuhan Yesus memberi makan banyak orang dengan daya kuasa-Nya. Sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan sebuah gereja di tepi danau Galilea, dengan mozaik lima roti dan dua ekor ikan. Mungkin di sekitar situlah Tuhan Yesus dahulu berkarya yang membuat semua orang ingin mengangkat-Nya menjadi raja.

Mungkin harapan banyak orang, jika Tuhan Yesus menjadi raja maka mereka tidak akan kekurangan makanan. Jika zaman Musa, semua orang mendapatkan roti manna dan tidak kekurangan, maka Tuhan Yesus bisa memberikan roti dan ikan yang tidak akan habis. Namun Tuhan Yesus bukan menginginkan menjadi raja dunia. Dia lebih mengharapkan agar semua orang percaya kepada-Nya dengan melalui tanda mujizat. Hanya yang diutus Allah Bapa saja yang bisa berbuat begitu menakjubkan. Jika mereka bisa percaya bahwa Dia Mesias, maka diharapkan mereka bisa berubah pandangan. Ada makanan rohani yang lebih penting untuk dilahap dengan sukacita. Makanan rohani yang bisa membawa kedalam hidup kekal, menikmati Kerajaan Surga.

Sambil menunggu saat makan, mereka disuruh duduk di atas rumput yang kemungkinan besar berkelompok-kelompok.. Dalam saat menunggu, mereka bisa berbagi cerita, berbagi komentar ataupun pendapat. Pastilah dalam hal ini mereka membicarakan pengajaran Tuhan Yesus. Disamping itu, dengan berkelompok maka akan lebih gampang untuk menghitung secara kasar.

Setelah mereka semua makan roti dan ikan sampai kenyang, Tuhan Yesus meminta agar semua sisa potongan makanan dikumpulkan. Makanan yang membuat jasmani kita tetap hidup harus dihargai dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bukan karena kaya atau tidak membeli, terus kita boroskan dengan sia-sia. Banyak saudara kita mungkin pada saat bersamaan belum mendapat rezeki. Makanan tersebut masih berguna bagi orang lain karena bukan barang sisa dari mulut kita.

Paling tidak hal tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa yang sedikit, yang kecil yang tidak kelihatan berarti, masih ada gunanya jika kita mau berkarya. dan memanfaatkannya. Lima roti dan dua ikan di tangan Tuhan Yesus, bisa mengenyangkan banyak sekali orang. Sekecil apapun kita, sebodoh apapun kita, selama masih hidup pasti ada gunanya, kalau mau berbuat sesuatu. Kita tercipta dan hidup di dunia, pasti ada sesuatu rahasia Tuhan bagi kita agar Dia bisa dimuliakan. Kita bisa melihat garam dapur yang dimanfaatkan untuk bumbu masak. Garam yang harganya relatif murah, dengan jumlah sedikit namun bisa membuat masakan menjadi enak dan lezat. Apa jadinya kalau kebanyakan garam, bukan menambah semakin sedap malahan bahkan mungkin tidak termakan karena keasinan. Lebih baik jika sisa garam tersebut disimpan, siapa tahu nanti dipergunakan sewaktu-waktu.

Sepertinya kita diajar untuk menghargai segala sesuatu walaupun hal tersebut begitu sepele. Kita diajar untuk menghargai setiap orang walaupun orang tersebut sepertinya tidak ada apa-apanya. Segala sesuatu yang besar selalu dimulai dari yang kecil, bahkan yang tidak pernah diperhitungkan orang.

Jangan sampai ada sesuatu yang terbuang percuma, yang mungkin akan membikin kotor, berserakan, tidak terurus, selama masih bisa dimanfaatkan. Secara tidak langsung, kita diajar untuk semakin cerdas dalam hal memahami rohani dan duniawi. Tuhan Yesus lebih mengharapkan agar tidak seorangpun yang akan terbuang sia-sia. Dia datang untuk menyelamatkan, bukan untuk menghakimi. Masih ada waktu untuk berubah, kembali ke jalan Tuhan selama kita masih hidup.

Dalam mengarungi kehidupan itu sendiri, Dia juga mengharapkan agar bumi ini dijaga kelestariannya. Dari bumi ini kita memperoleh segala sesuatu yang kita butuhkan. Maka bumi ini perlu dijaga dan dipelihara, karena kita merupakan bagian dari isi bumi ini. Betapa indahnya apabila manusia bisa bersatu dengan alam dan Tuhan. Allah mengajak kerjasama, keterlibatan manusia ini untuk bersama-sama membangun dunia dengan segala macam isinya.

Tuhan Yesus yang kelihatan tidak mempunyai apa-apa namun bisa memberi makan ribuan orang. Dia sangat peduli dengan penuh belas kasih, kepada semua orang yang berharap kepada-Nya. Bagaimana dengan kita? Bisakah kita memberi makan kepada orang yang membutuhkan bantuan kita?

Sabtu, 13 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 5:19-47

Kesaksian Yesus tentang diri-Nya

5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. 5:20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. 5:21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 5:22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, 5:23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. 5:25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. 5:26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. 5:27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. 5:28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, 5:29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. 5:30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

5:31. Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; 5:32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. 5:33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 5:34 tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. 5:35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. 5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, 5:38 dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 5:40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. 5:41 Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. 5:42 Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. 5:43 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. 5:44 Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? 5:45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. 5:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. 5:47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"


Mungkin kita bisa memaklumi bahwa pengajaran Tuhan Yesus pada waktu itu sangat sulit untuk dicerna. Sepertinya Tuhan Yesus dengan sengaja tidak langsung memperkenalkan diri sebagai Mesias. Dia berinkarnasi sebagai manusia kebanyakan tanpa membawa embel-embel ke-Allahan-Nya. Memperkenalkan diri sebagai Anak Allah yang menjadi manusia biasa, pasti membikin banyak orang pada waktu itu menjadi marah. Mungkin harapan mereka, Mesias mestinya datang dengan segala macam kemegahan-Nya. Dia kan maha segalanya, jadi kehadiran-Nya juga harus dengan segala kehebatan-Nya. Mungkin disinilah kita sering dicelikkan oleh Tuhan sendiri, bahwa apa yang kita harapkan tidak jarang malah tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Orang Yahudi yang boleh dikatakan tidak berani menyebut nama Yahwe yang dianggap begitu tinggi tak terjangkau, sekarang diperkenalkan sebagai Allah Bapa. Kita semua menjadi anak-anak-Nya yang begitu dikasihi, walaupun bengal dan nakal. Hubungan Bapa dan anak-anak mestinya begitu dekat, yang bisa bermanja-manja maupun penuh hormat. Allah Bapa yang sering disebut pencemburu dan menakutkan apabila murka, diperkenalkan sebagai Allah Bapa yang lemah lembut penuh belas kasih dan maha memaklumi. Dan Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia datang dari Allah Bapa dan menyebut diri sebagai Anak Manusia.

Kita diajar untuk mendengar dan melihat bahwa apa yang dikerjakan-Nya, sebagai tanda bahwa Dia bukan berasal dari dunia ini. Kita diajar untuk melepaskan diri dari ikatan duniawi yang terbentuk oleh nalar dan kebiasaan dunia. Kita diajak untuk memahami bahwa Dia berkarya yang sangat cenderung menusuk ke rohani yang tidak kelihatan. Dia mengajarkan kebangkitan rohani, dimana jiwa atau roh ini tidak bisa mati. Kehidupan ini harus dikuasai oleh Roh yang menuntun ke arah kebenaran dan kebaikan; bukan oleh keinginan daging yang lebih berpihak kepada duniawi. Duniawi selalu menawarkan kenikmatan dunia yang dapat diraih dengan segala macam cara. Dan kenikmatan tersebut boleh dikatakan hanya sekejap, paling lama mungkin seratus tahun dan kemudian akan kita tinggalkan.

Jika kita renungkan, memang Allah Bapa tidak kelihatan dan tak terjangkau. Sedangkan di depan mata kita terhampar segala macam kenikmatan dunia yang dapat kita raih. Sering kita mengambil jalan pintas dan gampang, mengejar dahulu apa yang ada di depan kita agar kita dihormati oleh manusia di sekeliling kita. Kehendak Allah kita nomor sekiankan, kalau masih ada waktu tersisa. Mungkin banyak orang ingin berkata kepada Tuhan :”Tuhan, perlihatkan DiriMu dan berbicaralah terlebih dahulu agar aku percaya. Karena Engkau tidak bisa aku lihat dan dengarkan, maka aku mencari kenikmatan dunia yang bisa aku lihat dan rasakan. Kalau aku sudah puas mencicipi dunia ini, maka aku akan kembali kepada-Mu.”

Kita semua diajar untuk percaya bahwa Dialah yang telah dijanjikan oleh Allah Bapa, yang memperkenalkan diri sebagai Anak Manusia. Segala macam mujizat yang dilakukan-Nya belum pernah dlakukan oleh manusia. Dan itulah tanda yang diberikan, kemudian barulah segala ajaran rohani agar kita berubah. Berubah adalah proses menuju kepada yang lebih baik dan benar, yang diungkapkan dalam perbuatan nyata di tengah-tengah masyarakat.

Tuhan Yesus mengajak semua orang Yahudi yang percaya kepada nabinya, agar melihat kembali akan nubuat-nubuat tentang Mesias. Untuk itu dibutuhkan keyakinan bahwa yang akan datang telah datang ke dunia sebagai manusia biasa. Manusia biasa yang bisa berkarya dengan perbuatan yang mengherankan. Dia meluruskan atau mengembalikan kepada ajaran Taurat yang dibawa nabi Musa, sesuai yang dikehendaki Tuhan. Penjabaran Kitab Taurat yang menjadi tradisi sudah mulai kebablasan. Kitab Taurat untuk menuntun kehidupan manusia sudah mulai terbalik, malahan manusia untuk Taurat. Betapa sedihnya nabi Musa melihat perbuatan anak cucunya yang sudah terbelenggu oleh adat kebiasaan yang jauh melenceng dari Taurat.

Allah Bapa yang tidak kelihatan, pastilah sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk kita bayangkan dengan benar. Mungkin kita hanya bisa membayangkan wajah Tuhan Yesus yang telah menjadi manusia kebanyakan, yang kurang lebih wajah Timur Tengah. Wajah manusia biasa seperti wajah-wajah yang lain. Jika manusia dikatakan sebagai citra Allah, maka sebenarnya kita telah melihat wajah Tuhan Yesus yang berada di sekitar kita. Sosok orang yang begitu sederhana malah mendekati papa, yang mungkin begitu memelas. Wajah yang memerlukan belas kasihan karena begitu menderita, bagaikan tanpa sanak saudara.

Betapa Tuhan Yesus memberikan kelegaan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan-Nya. Dia tidak sekolah tetapi menjadi dokter segala macam penyakit dan kelemahan. Tanpa sekolah analis ataupun kimia Dia membuat anggur dari air biasa. Dan Dia tidak membutuhkan bayaran atas jerih payahnya.

Memahami Yohanes Bab 5:1-18

Penyembuhan pada hari Sabat di kolam Betesda

5:1. Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. 5:2 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya 5:3 dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. 5:4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. 5:5 Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. 5:6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" 5:7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." 5:8 Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." 5:9 Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. 5:10 Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu." 5:11 Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." 5:12 Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?"
5:13 Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. 5:14 Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." 5:15 Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. 5:16 Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.

5:17. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." 5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.


Kelihatannya pada waktu itu dipercayai bahwa kolam Betesda mempunyai mujizat yang bisa menyembuhkan. Dipercaya bahwa malaikat Tuhan selalu berkarya dengan menggoyang air kolam. Secara nalar mestinya orang buta selalu terlambat untuk masuk ke dalam air kolam. Mungkin para orang sakit tersebut banyak yang didampingi oleh keluarganya.

Kita bisa membayangkan bagaimana rasanya menderita sakit selama tiga puluh delapan tahun. Mungkin banyak orang tidak peduli dengan sakitnya orang lain, karena mereka kebanyakan sibuk sendiri dengan penyakitnya. Kalau perlu saling mendahului untuk mendapatkan kesembuhan. Yang peduli malahan Tuhan Yesus, dan menawarkan bantuan apabila mau menerima. Orang tersebut jelas belum mengenal siapa Tuhan Yesus, dan dia mengeluh tidak ada yang membantu memasukkan ke dalam air. Tawaran Tuhan Yesus diterima dengan harapan akan membantu masuk ke dalam air kolam.

Tuhan Yesus lebih berkuasa daripada para malaikat. Kuasa-Nya tidak harus melalui air kolam, cukup dengan perkataan saja segalanya dapat terjadi. Dia meminta orang tersebut untuk bangun! Bangun dari tempat tidur yang selama ini menjadi tempatnya bergantung. Bangun dari keterlenaan, bangun dari kedosaan, bangun dari segala macam keluhan ataupun kemarahan kepada orang lain.

Setelah orang tersebut bisa bangkit berdiri, yang mungkin dalam keheranan, dia disuruh mengangkat tilamnya. Dengan perasaan yang tidak menentu, nyatanya dia mampu mengangkat tilam. Hal tersebut pasti semakin membuat bingung dan bertanya-tanya, koq bisa. Pada saat seperti itu, apapun yang dikatakan Tuhan Yesus pasti dilaksanakan tanpa bertanya-tanya lagi. Dia disuruh berjalan dan membawa tilam yang selama ini menjadi sahabatnya. Dalam keadaan sukacita dengan perasaan yang tidak menentu, mungkin dia lupa untuk berterima kasih dan bertanya. Dan Tuhan Yesus sudah menyelinap di tengah orang banyak.

Hal tersebut sepertinya mengajar kepada kita untuk bangkit dan bergerak. Kita tidak harus tergantung kepada apapun yang ada di dunia ini, yang dapat membuat kita terlena dan lupa diri. Apapun itu harus kita angkat dan kita lepaskan, mungkin sewaktu-waktu saja kita manfaatkan apabila diperlukan. Kita diajar untuk merdeka, bebas dari segala macam belenggu duniawi yang ingin mengikat kita. Ada ungkapan bahwa uang bukan segala-galanya, walaupun segalanya sekarang ini diperhitungkan dengan uang.

Penulis tidak bisa membayangkan bahwa tradisi hari Sabat, orang Yahudi tidak boleh bekerja apapun. Mungkin pekerjaan yang diperbolehkan hanyalah makan dan minum. Melanggar larangan berbuat sesuatu pada hari Sabat, jangan-jangan akan dihukum atau dianiaya bahkan bisa mati. Padahal menganiaya juga sama berbuat sesuatu, yang membikin terasa ganjil. Memijit tombol lift saja dianggap sudah bekerja berbuat sesuatu, apalagi menganiaya. Maka tidak heran apabila pada hari Sabat atau hari Sabtu, lift di Israel akan bekerja secara otomatis. Lift akan naik turun dan membuka menutup di setiap lantai. Hidup orang Yahudi memang untuk hari Sabat dan harus dilaksanakan.

Tuhan Yesus adalah Allahnya hari Sabat, yang berarti Sabat untuk kehidupan manusia, bukan sebaliknya. Ajaran baru ini jelas dianggap pelanggaran terhadap tradisi yang sudah berjalan berabad-abad. Sebagai pembaharu, Tuhan Yesus mengajak kita semua untuk berproses dan berubah semakin maju ke depan. Paling tidak diajak untuk merenungkan kembali inti sepuluh perintah Allah yang hanya berisi tentang manusia dan Allah. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia, tanpa syarat dan pengecualian.

Begitu Tuhan Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, hal ini tidak bisa diterima oleh mereka. Menurut ajaran pada waktu itu, mungkin perkataan-Nya dianggap sudah keterlaluan. Allah yang Esa masak mempunyai Anak dan keluyuran ke bumi. Maka langsung dicap telah menghujat Allah, dan dampaknya Dia dikejar-kejar untuk dianiaya. Seringkali suatu pengajaran ataupun dogma dianggap sudah yang paling benar tak terbantahkan. Konyolnya, apabila ditanya tentang sebab musabab munculnya ajaran tersebut, tidak bisa menjelaskan. Pokoknya jangan dibantah, terima dan telan saja.

Allah yang tidak kelihatan dengan segala macam misterinya, seringkali diajarkan sedemikian rupa, seolah-olah mereka sudah begitu mengenal. Padahal belum pernah bertemu dan sama-sama belum pernah mengalami disentuh Tuhan. Pokoknya Allah itu bersemayam di surga yang tak terjangkau. Tempatnya atau keadaannya kurang lebih begini dan begitu.

Jika ada seseorang yang memberikan pengajaran yang berbeda, langsung saja dicap murtad, sesat, menghojat dan sebutan lainnya. Orang tersebut harus disingkirkan, malah bila perlu dibinasakan. Jangan sampai ajarannya membikin geger, membuat bimbang, malahan menjadi pengikutnya. Bila dibiarkan, jangan-jangan malah berkembang menjadi pesaing.

Jika kita renungkan, sebenarnya kitapun sangat sulit keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang selama ini telah kita lakukan. Kita tidak siap melangkah maju untuk perubahan yang tidak bisa kita bendung. Kita sudah terlena di dalam lingkungan aman yang selama ini kita jalani. Jika berpikir keluar, jangan-jangan tergoncang seperti air kolam Betesda yang memberikan perubahan dalam hidup. Kalau semakin enak dan nyaman tidak apa-apa, lha kalau semakin susah dan kacau? Muncullah perasaan kawatir, ragu-ragu yang sering menjadi batu sandungan untuk melangkah maju.

Dalam keadaan kawatir dan bimbang, seringkali kita menjadi sedikit buta, tidak bisa melihat. Kita tidak siap atau bahasa kasarnya kita tidak berani nekad, sehingga tidak melihat bahwa dibalik bayang-bayang kekawatiran ada celah-celah keindahan masa depan. Kita diajar untuk bangkit dan menyingkapkan tirai yang menutupi tilam, kemudian siap dan berani berjalan maju. Semua kelemahan harus kita lawan karena di belakang kita ada Kristus yang menawarkan Diri-Nya membantu kita.

Mungkinkah ajaran Kitab Kejadian dimana Allah istirahat pada hari ketujuh, yang menjadi biang keladi dan dijadikan adat kebiasaan, tradisi atau aturan yang tidak boleh dibantah? Ataukah cerita kejadian malah diciptakan untuk menguatkan tradisi yang sudah berjalan pada waktu itu? Dengan demikian maka semuanya sudah dilegalisir melalui dogma dan ajaran. Jangan-jangan dengan pertanyaan seperti inipun, penulis akan dikejar-kejar untuk dianiaya. Dalam pemahaman penulis, beriman itu perlu berpikir dan selalu bertanya. Malu bertanya sesat di jalan, suatu ungkapan yang maknanya begitu dalam. Paling tidak kita bisa bertanya kepada diri sendiri, sebelum berani bertanya kepada orang lain, bahkan kepada Allah sendiri.

Dari segala macam tanda ataupun mujizat yang telah Dia perbuat, mestinya paling tidak kita diajak berpikir. Dari mana Kristus Yesus koq bisa berbuat seperti itu, adakah sesuatu yang salah yang telah diperbuat-Nya. Paling tidak perbuatan yang Dia lakukan hanya bisa dilakukan oleh para nabi.

“Bapa-Ku bekerja sampai sekarang,” mengisyaratkan bahwa Allah tidak pernah “tidur” dan berhenti berkarya. Roh-Nya yang mahakuasa tidak bisa kita jangkau, sehebat apapun kita. Karya-Nya begitu misteri yang tidak bisa kita duga dengan nalar kita. Yang bisa tahu semestinya yang pernah bersama dengan Dia, yang berasal dari sana. Dan itu hanya Anak Manusia yang memang berasal dari Dia yang mahatinggi. Orang Jawa mengatakan :”Gusti Yesus kuwi ampuh tenanan.” pokoknya hebat bukan main.

Kamis, 11 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 4:46-54

Yesus menyembuhkan anak pegawai istana

4:46 Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. 4:47 Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. 4:48 Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." 4:49 Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." 4:50 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. 4:51 Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. 4:52 Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." 4:53 Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. 4:54 Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.

Kana di Galilea, menyiratkan bahwa kampung Kana bukan hanya satu tempat. Mungkin ada beberapa kampung Kana di wilayah Israel. Di Lebanon selatanpun dekat perbatasan dengan Israel ada kampung Kana. Kelihatannya Tuhan Yesus selama berkarya tidak pernah menetap di satu tempat. Dia berkeliling dari satu kampung ke kampung lain. Dari kota satu ke kota lainnya, karena memang itulah yang harus dilaksanakan..

Kita bisa menangkap bahwa apa yang dikatakan Tuhan Yesus, pada saat itu juga terjadi. Sabda-Nya menembus batas ruang dan waktu. Tidak ada sesuatupun yang bisa menghalangi kehendak Tuhan. Mujizat penyembuhan kepada anak seorang pegawai istana, membuat seluruh keluarga tersebut menjadi percaya kepada-Nya. Kemungkinan orang tersebut pegawai di istana Herodes yang di Galilea. Mungkin pada awalnya dia tidak begitu percaya kepada kuasa Tuhan Yesus. Namun dalam suatu upaya mencari kesembuhan, biasanya orang tidak akan bertanya tentang latar belakang siapakah sang penyembuh tersebut. Yang lebih penting adalah si sakit segera mengalami kesembuhan. Yang dia lakukan adalah mencari dan menemui Tuhan Yesus.

Sepertinya Tuhan Yesus menghendaki kerjasama kita dalam segala hal. Kita diminta untuk terlibat langsung apabila kita menginginkan sesuatu. Salah satunya adalah percaya bahwa Dia bisa berbuat apa saja. Gampang diucapkan namun dalam kenyataannya cukup sulit dilaksanakan. Mungkin hal ini yang menjadi ganjalan, penghambat untuk mencapai keinginan tersebut.

Selanjutnya adalah niat kita yang disertai upaya, usaha mencari, agar tercapai yang kita inginkan. Tanpa usaha, sepertinya Allah malah kita jadikan pembantu kita yang bisa disuruh-suruh. Suatu ketika kita jadikan dukun penyembuh, saat lainnya disuruh mencari rezeki. Di lain waktu disuruh mengerjakan soal ujian, dan lain sebagainya.

Kabar gethok tular dalam kehidupan sehari-hari kelihatannya lebih gampang merasuk ke dalam hati setiap orang. Akan sangat berbeda dengan model promosi diri, atau promosi dengan iklan. Promosi diri pasti menyampaikan kelebihan-kelebihan yang ditonjolkan, agar orang tertarik. Gethok tular adalah pengalaman orang yang pernah melihat, merasakan, mengalami sendiri dan diwartakan.

Jika kita renungkan, sebenarnya kitapun sulit untuk percaya akan sesuatu sebelum kita melihat sendiri. Kita sering ragu-ragu apabila mendengar seseorang menyampaikan kesaksian, mengalami penglihatan ataupun penyembuhan karena karunia Tuhan. Mengapa hal tersebut tidak terjadi pada diri kita? Padahal sepertinya segala sesuatu sudah dilakukan, seperti yang dialami oleh orang tersebut. Kita sering lupa bahwa karunia bukan tergantung kepada kita, namun kehendak Allah sendiri, suka-suka Tuhan. Mestinya kita ikut bersyukur bahwa Allah telah berkenan berkarya melalui orang lain, siapapun dia.

Mungkin kita belum bisa percaya seratus prosen, belum bisa pasrah sepenuh hati, atau ada hal-hal lain yang memang tidak kita ketahui. Kebimbangan, keraguan seringkali menjadi batu sandungan, seolah-olah kita telah membikin benteng pertahanan. Kita pribadi tidak ikut ambil bagian dalam karya keselamatan tersebut. Jangan-jangan malahan perasaan iri, merasa lebih pantas dan sejenisnya, yang menjadi batu sandungan. Penulis merasa yakin bahwa Tuhan selalu mendengar apa yang kita butuhkan, namun mungkin Tuhan mempunyai kehendak lain, di luar perkiraan kita. Kita tidak akan tahu rencana Tuhan, sebelum segalanya terjadi yang mungkin kita akan terpesona, heran ataupun bingung. Setelah kita merenungkan dengan hati, mungkin baru sadar bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu menjawab apapun yang kita omongkan selama hal tersebut baik. Hanya mungkin kita tidak bisa mendengar jawaban tersebut, walau telah mengusik hati kita..

Memahami Yohanes Bab 4:43-45

Kembali ke Galilea

4:43. Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, 4:44 sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. 4:45 Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu.

Kita bisa memahami bahwa mujizat di Kana ternyata diketahui oleh banyak orang. Kita bisa membayangkan bahwa Tuhan Yesus begitu tiba di Galilea sudah disambut oleh banyak orang. Mereka tidak hanya ingin mendengar pengajaran-Nya, namun juga membutuhkan bantuan yang lain. Bantuan untuk disembuhkan dari sakit dan kelemahan ataupun dari gangguan roh jahat.

Ungkapan Yohanes Penginjil sepertinya menyiratkan bahwa Tuhan Yesus malah tidak dipercaya di kampung halaman-Nya sendiri. Dia tidak pulang ke Nazaret yang menjadi tempat tinggalnya selama waktu itu. Di Galilea yang di sekitar danau, malah banyak orang yang membutuhkan pengajaran-Nya maupun pertolongan yang lain.

Jika kita mencoba merenung, apakah sebagai bapak ataupun ibu maupun sebagai anak. Secara pribadi mungkin kita merasakan bahwa banyak orang lain yang menaruh hormat kepada kita. Hormat tersebut mungkin karena kekayaan, pendidikan, pengalaman atau kemampuan lain yang cukup diakui. Orang luar pasti tidak tahu persis akan kehidupan kita di dalam keluarga yang kelihatan lebih tersebut. Kecuali yang dirahasiakan, pasti setiap anggota keluarga akan mengenal betul tabiat, kelakuan, kebiasaan dan lain-lainnya satu persatu.

Di luar rumah diiyakan dan dituruti, bisa jadi di dalam rumah malah dibantah kalau sedang tidak cocok. Di luar selalu mendapatkan senyum, di dalam malah bisa mendapatkan sikap cemberut. Karena begitu mengenal yang satu terhadap yang lain, maka segala kelemahan, kekurangan juga akan diketahui, selain kelebihannya. Sering kita lupa atau tidak sadar bahwa setiap waktu selalu berubah, demikian juga setiap anggota keluarga akan mengalami perubahan. Paling tidak berubah semakin tua atau semakin dewasa, selain perubahan-perubahan yang lain. Namun ingatan akan kelemahan atau kekurangan yang dahulu, sepertinya sulit untuk hilang. Dan hal tersebut sering dipergunakan sebagai senjata jika sedang terjadi konflik keluarga.

Memahami Yohanes Bab4:39-42

4:39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." 4:40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. 4:41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 4:42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Orang-orang Samaria yang selama itu dijauhi oleh orang-orang Yahudi, malah bisa mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat dunia. Paling tidak hal ini memberi gambaran kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak melulu berkarya kepada orang-orang Yahudi. Dia juga berkarya kepada bangsa atau kelompok lain, yang membedakan dengan nabi-nabi terdahulu. Tuhan Yesus bukan hanya milik bangsa Israel, namun milik segala bangsa yang ada di dunia ini.

Kita bisa berandai-andai membayangkan, bahwa dalam waktu dua hari Tuhan Yesus pasti banyak mengajar dan memberikan tanda-tanda ajaib ataupun simbol ungkapan yang bisa membuat orang Samaria percaya. Mulai dari hanya mendengar dari cerita si perempuan, kemudian mereka melihat dan mendengar serta mengalami sendiri berhadapan dengan Tuhan Yesus. Suatu kesaksian nyata karena dialami sendiri, akhirnya membuahkan keyakinan bahwa yang datang benar-benar Sang Juruselamat dunia.

Sepertinya Tuhan Yesus tidak pernah menegur, memojokkan atau menyalahkan orang secara langsung. Tuhan Yesus lebih cenderung mengajak orang untuk sadar, yang keluar dari dalam hatinya sendiri. Dia menuntun secara pelan-pelan dengan banyak ungkapan yang mungkin berlaku pada waktu itu. Setelah kesadaran tersebut tumbuh, Dia memberi nasihat agar mulai berubah. Apakah perubahan itu berjalan lambat atau cepat, tergantung dari setiap orang itu sendiri. Dalam benak penulis, pertobatan adalah suatu niat yang keluar dari diri sendiri untuk berubah, menuju ke yang lebih baik dan benar. Perubahan itu sendiri mestinya selalu diikuti oleh perbuatan nyata yang dapat diraba rasakan oleh orang lain, bahwa telah berubah.

Dalam kehidupan sehari-hari, sewaktu kita bertemu dengan seseorang yang bisa memberikan sesuatu yang bernilai dan cocok dengan kita, rasanya ingin ngobrol lebih lama. Dengan sukacita yang ickhlas, inginnya menahan untuk menginap agar bisa menggali pengetahuan, pengalaman dan lainnya.

Mungkin hampir sama dikala kita begitu sibuk untuk yang duniawi, rasanya tidak ada waktu untuk ngobrol dengan Tuhan. Doa lima menit saja rasanya begitu lama dan mungkin terbersit, harus ngobrol apa dengan Tuhan? Pada saat-saat tersebut rasanya doa menjadi beban karena sebenarnya kita ngomong sendiri, biarlah Tuhan yang mendengarkan saja.

Jika pada suatu saat kita bisa merenung dalam hening, merasakan dan mendengarkan suara hati, jangan-jangan kita akan kaget. Tanpa kita sadari terjadilah dialog antara roh kita dengan Roh Allah. Jangan-jangan kita malah lupa diri bahwa sudah menghabiskan waktu cukup lama untuk dialog rohani. Dalam kenyataannya, kita bisa berbicara apa saja dengan Tuhan, bagaikan obrolan dua orang sahabat yang begitu asyik.

Memahami Yohanes Bab4:27-38

4:27. Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" 4:28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: 4:29 "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" 4:30 Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 4:31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." 4:32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." 4:33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?"
4:34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 4:35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 4:36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. 4:37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 4:38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."


Kemudian sepertinya Tuhan Yesus memberikan pengajaran baru kepada para murid. Makanan yang rohani dan begitu berbeda dengan makanan jasmani. Manusia hidup bukan hanya dari roti, nasi atau panganan lainnya yang hanya bermanfaat bagi jasmani saja. Ada makanan lain yang lebih bernilai secara rohani dan bisa berdampak kepada jasmani, yaitu firman Tuhan. Siapa yang melakukan kehendak Allah secara baik dan benar, dialah yang telah melahap makanan rohani tersebut. Yang tidak melakukan, mungkin bagaikan orang yang hanya mencicipi di mulut terus dikeluarkan lagi. Makanan rohani tersebut hanya berhenti di mulut, tidak merasuk ke dalam tubuh yang sebenarnya dapat membuahkan kekuatan untuk bergerak, menjadi perbuatan nyata yang dapat dirasakan oleh orang lain.

Kita bisa merasakan bahwa Tuhan Yesus tidak hanya berkarya untuk orang Yahudi saja. Mungkin hal ini suatu proses penyadaran bagi para murid bahwa Sang Guru berkarya kepada segala bangsa, dimulai dari orang-orang yang berada di sekitar wilayah orang Yahudi. Kabar keselamatan harus disampaikan kepada semua bangsa.

Para murid dipersiapkan sebagai penuai ataupun penjala. Jika secara jasmani atau duniawi kita mengenal musim, maka secara rohani tidak ada perbedaan musim. Setiap waktu adalah musim menuai. Setiap saat harus berkarya menuai buah-buah yang ada di sekitar kita. Pada saat itu yang dituai adalah orang-orang Samaria yang berdatangan dan percaya kepada-Nya.

Menabur dan menuai merupakan pekerjaan yang berbeda. Bisa jadi yang menabur pada saatnya akan menuai hasil. Namun bisa juga terjadi bahwa penabur hanya akan mengerjakan penaburan benih saja. Yang akan menuai orang lain lagi sesudah buah-buah itu masak.

Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun ingin menaburkan benih-benih kebaikan dan kebenaran, minimal di dalam keluarga kita, anak-anak kita. Apakah benih-benih tersebut disiram, disiangi dan dipelihara agar jangan sampai terserang hama, tergantung kita. Kita pasti mengharapkan bahwa pada saatnya nanti kita bisa menuai hasilnya. Buah-buah kebenaran dan kebaikan yang dapat dinikmati dan dirasakan oleh banyak orang di sekitarnya.