Senin, 19 April 2010

Memahami Yohanes

Kata Pungkasan

Demikianlah yang penulis pahami, walaupun masih banyak tanda tanya besar. Semakin membaca untuk memahami semakin berkembang tanpa batas. Bagaikan minum anggur yang membuat semakin haus dan kemudian memabukkan. Dalam kemabukan mungkin membuat menjadi lepas bebas tak terkendali, atau malahan diam sama sekali.

Apabila menuruti hati untuk terus memahami, maka tulisan inipun tidak pernah akan selesai. Setiap saat pemahaman bisa bertambah sesuai bergulirnya waktu, tergantung dari sudut mana kita akan mengacu. Biarlah orang lain yang menambah dan mengurangi, atau malahan berhenti hanya di dalam mimpi. Mungkin hierarki bisa memberikan pencerahan apabila penulis dirasa kebablasan.

Sampai saat inipun penulis masih merenungkan hukum kasih yang gampang-gampang sulit. Masih mencoba menghayati penyangkalan diri yang sering berbelit-belit. Semoga Tuhan Yesus bisa memaklumi apabila penulis belum terlepas dari rantai pembenaran diri. Tidak ada yang perlu disimpulkan karena sang benang terurai lepas kemana-mana. tanpa batas.

Memahami Yohanes Bab 21:24-25

Kata penutup

21:24 Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. 21:25 Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Dalam penutupnya Yohanes ingin menekankan bahwa sebenarnya ajaran Tuhan Yesus begitu banyak. Yang tertulis dalam kitab ini hanya sebagian saja karena tidak semuanya dihafal dan diingat. Mungkin inilah hal-hal penting yang perlu diketahui oleh banyak orang. Hal-hal penting berarti bukan cerita secara urut dari awal sampai akhir. Kemungkinan besar ceritanya tidak berurutan, sesuai tanggal bulan dan tahun.

Mungkin Yohanes ingin menegaskan bagaimana para murid sendiri berproses dari sedikit demi sedikit. Mereka tidak langsung bisa percaya bahwa Gurunya adalah Allah sejati. Mereka sepertinya dituntun selangkah demi selangkah dengan berbagai tanda dan ajaran, sehingga iman berproses sedikit demi sedikit. Pada saatnya mereka betul-betul mengimani, mengasihi dan bersedia melayani Tuhan Yesus sampai mati

Untuk menyejukkan hati, kitapun tidak usah ragu dan bimbang apabila kita jatuh bangun dalam mengimani Tuhan Yesus sebagai manusia dan Allah. Selama kita masih hidup, kita masih bisa berproses untuk menjadi lebih baik dan benar. Tangan Tuhan selalu terbuka untuk segera memeluk kita masing-masing. Dia menunggu tanpa bosan-bosannya, kapan kita mau datang menemui dan berserah diri kepada-Nya. Kerahiman-Nya tak terhingga yang tidak akan terselami oleh manusia.

Memahgami Yohanes Bab 21:20-

Murid yang dikasihi Yesus

21:20. Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?" 21:21 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" 21:22 Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku." 21:23 Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu."

Sebagai orang yang mendapat perintah khusus sebagai penggembala domba, Petrus mencoba bertanya tentang nasib Yohanes dan mungkin juga sahabat-sahabat yang lain. Jawaban Tuhan Yesus yang mungkin tidak begitu jelas membuat para murid yang lain geger. Yohanes tidak akan mati! Padahal dikatakan “jikalau” yang mungkin dapat diterjemahkan bermacam-macam.

Dalam benak penulis menduga-duga, Yohanes Penginjil menuliskan hal ini setelah para sahabatnya khususnya Petrus, sudah meninggal menjadi martir. Segalanya yang sudah terjadi direnungkan dan dikaitkan dengan perkataan Tuhan Yesus sendiri. Mungkin banyak perkataan Tuhan Yesus yang sulit untuk dipahami pada waktu itu, kemudian terungkap setelah semuanya terjadi.

Dalam dongeng yang tersiar tentang para rasul, diceritakan bahwa mereka semua menjadi martir kecuali Yohanes. Para rasul akan mengalami penganiayaan dan penderitaan sewaktu mereka mewartakan kabar sukacita dan keselamatan. Dan akhirnya mereka dibunuh dengan berbagai cara. Yohanes Penginjil sendiri dikabarkan mengalami penganiayaan hebat, namun kehendak Tuhan lain, ia tidak mati. Diceritakan bahwa ia meninggal setelah tua sekali. Mungkin itulah maksud ungkapan yang disampaikan Tuhan Yesus tentang Yohanes.

Satu hal yang dapat penulis tangkap, sepertinya Petrus diajak sendirian oleh Tuhan Yesus. Petrus mendapat wejangan khusus dan hanya dia yang boleh menerimanya. Jika penulis boleh berandai-andai, duabelas rasul terpilih masih dipilih lagi dan diambil tiga orang. Kemudian dari yang tiga orang masih dipilih lagi yang seorang, yang dipersiapkan menjadi pemimpin dari semuanya.

Memahami Yohanes Bab 21:15-19

Gembalakanlah domba-domba-Ku

21:15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. 21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." 21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Sepertinya percakapan di hari itu agak berbeda dengan biasanya. Simon Petrus yang kelihatannya termasuk orang keras yang mungkin gampang untuk ceplas ceplos mulai berubah. Sepertinya dia menjawab dengan penuh hormat, karena di hadapannya adalah Tuhan Allah sendiri.

Pertanyaan yang sama dan diulang sampai tiga kali pasti membuat bingung, apa maksudnya. Dalam kesesakannya Simon Petrus begitu sedih yang mungkin sampai mengeluarkan air mata. Dia yang seorang nelayan sekarang diminta untuk menggembalakan domba-domba. Dimana domba-domba tersebut, karena Tuhan Yesus datang sendirian tanpa membawa ternak.

Namun kita mungkin bisa memahami bahwa hal tersebut sebagai suatu pertobatan total, untuk berubah melalui perbuatan nyata. Sebelumnya Petrus sudah menyangkal sampai tiga kali demi keselamatan dirinya. Mempertahankan hidup di dunia ini dirasakan lebih penting yang membuahkan ketakutan apabila dihadapkan kepada penderitaan dan kematian. Kita semua hampir tidak siap untuk dipanggil Tuhan, dan menawar jangan sekarang, kalau bisa nanti saja setelah ........ (terserah alasan kita). Jika memang harus dan tidak bisa ditolak, masih menawar jangan sampai mengalami penderitaan dan kesakitan.

Walaupun Petrus sudah menyesali perbuatannya, kelihatannya Tuhan Yesus ingin lebih menegaskan kembali dan ditanya sampai tiga kali. Mengasihi Tuhan Yesus seperti Dia mengasihi kita sampai mati di salib, berarti meniru apa yang telah dikerjakan oleh Sang Guru sendiri. Siap dan berani menghadapi penderitaan dan kematian, bagaikan gembala sejati yang siap berkorban demi domba-dombanya. Petrus diberi wewenang untuk menggembalakan domba-domba yang akan tersebar di seluruh dunia.

Petrus diuji dengan tiga pertanyaan yang maksudnya sama dan inilah yang membuat bingung dan sedih, yang mungkin harus berpikir keras. Penyangkalan tiga kali mestinya belum hilang dari pikiran Petrus. Menyangkal berarti tidak mengakui dan melepaskan ikatan yang selama waktu itu sudah dijalin, antara Guru dan murid. Hubungan kasih dan persaudaraan bagaikan diputuskan oleh satu pihak. Mungkin disinilah Tuhan Yesus yang malah menyambungkan kembali tali kasih yang terputus dengan pertanyaan. Jawaban Petrus menyiratkan bahwa ia siap disambung kembali, masuk ke dalam ikatan tali kasih. Hal tersebut harus dibuktikan secara nyata, malahan diberi wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar.

Ungkapan Tuhan Yesus selanjutnya begitu sulit untuk dipahami, apabila tidak dikatakan oleh Yohanes setelah semuanya terjadi. Petrus akan mengembara untuk mewartakan kabar sukacita ke mana-mana, sampai menyeberangi lautan. Namun pada saatnya dia akan dihukum mati oleh kelompok yang tidak menyukai ajaran Tuhan Yesus. Dia akan pasrah menyerahkan dirinya untuk dihukum, yang mungkin begitu merindukan kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus.

Kelihatannya Simon Petrus dipersiapkan secara khusus untuk menjadi pemimpin sahabat-sahabatnya yang lain. Dia dibawa Tuhan Yesus dan memisahkan diri dari murid-murid yang lain. Mungkin ada suatu pengajaran khusus dan hanya Petrus saja yang tahu.

Memahami Yohanes Bab 21:1-14

Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias

21:1. Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 21:2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 21:5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." 21:6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 21:8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
21:10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." 21:11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 21:12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 21:13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 21:14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.


Kelihatannya Tuhan Yesus tidak setiap hari menampakkan diri kepada para murid-Nya. Para murid sepertinya pulang ke Galilea dan kembali ke pekerjaan semula sebagai nelayan. Mungkin sebagian pulang ke daerah asalnya terlebih dahulu. Tuhan Yesus yang telah bangkit sepertinya bukan seperti dahulu lagi, sebagai manusia sejati. Dia sepertinya sudah dipermuliakan dengan Tubuh yang mungkin begitu misteri. Kadang bisa dilihat, kadang hilang dari pandangan, seturut kehendak-Nya. Dan para murid sudah tidak bisa mengenal-Nya secara langsung. Sepertinya ada perubahan yang begitu misteri, atau jarak pandang yang membuatnya tidak jelas.

Sebagai nelayan yang biasa menjala ikan, namun pada malam itu mereka tidak mendapatkannya. Semalaman menjala tanpa hasil bisa membuat kesal, namun itulah pekerjaannya yang harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Mungkin dalam keputus-asaan mereka mau mendengarkan seseorang yang menyuruhnya melemparkan jala ke kanan perahu. Secara nalar mestinya mereka sudah berbuat seperti itu, entak di kanan perahu ataupun di kiri perahu dan tidak mendapat ikan.

Begitu menarik jala dengan banyak ikan, Yohanes sepertinya langsung menangkap signal bahwa yang berkata itu pasti Tuhan Yesus. Tidak ada seorangpun yang bisa berkata begitu dan terjadi apa yang diucapkannya. Dan mereka sepertinya sudah mulai agak berubah dalam menghadapi Tuhan Yesus. Jika sebelumnya terasa begitu dekat walaupun penuh hormat, namun setelah kebangkitan-Nya, mereka lebih takut dan penuh hormat yang berbeda. Mereka sudah mempercayai bahwa Gurunya adalah Allah sejati, yang harus diperlakukan sedikit berbeda. Mereka menjadi lebih pendiam tidak seperti hari-hari biasanya.

Memahami Yohanes Bab 20:30-31

Maksudnya Injil ini dicatat

20:30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, 20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

Yohanes sudah menjelaskan bahwa tanda-tanda atau mujizat yang dibuat Tuhan Yesus begitu banyak. Saking banyaknya, maka tidak semuanya tertuliskan karena harus diingat satu persatu. Satu hal yang ingin ditekankan Yohanes Penginjil, bahwa Yesus dari Nazaret adalah betul-betul Mesias, Yang Terurapi. Dialah Anak Allah yang turun ke dunia, seperti yang pernah dijanjikan. Siapa yang percaya akan ke-Allahan-Nya hampir dipastikan memperoleh hidup di dalam nama-Nya.

Jadi dalam pemahaman penulis, Injil merupakan kitab kesaksian para saksi mata yang mengalami sendiri, bagaimana Tuhan Yesus berkarya. Bagaimana Tuhan Yesus mengharapkan kita untuk berubah dan melakukan perbuatan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Pada intinya Dia mengharapkan kita untuk saling mengasihi sesama kita, tanpa pandang bulu.

Hukum Kasih yang begitu mudah untuk diucapkan namun sebenarnya cukup sulit untuk dilaksanakan. Rasanya lebih banyak gangguan yang menghalangi, yang disebabkan oleh ego kita masing-masing. Lebih mudah untuk pembenaran diri dari pada penyangkalan diri. Lebih enak membuang salib dari pada memanggul salib. Namun ya itulah hukum Kasih yang harus kita lakukan, walaupun harus melalui proses yang cukup panjang. Belajar dengan niat untuk berubah dan berubah menjadi lebih baik dan benar. Salib dan kasih bukan lagi menjadi beban, tetapi menjadi kebutuhan selama mengarungi kehidupan ini.

Memahami Yohanes Bab 20:24-29

20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. 20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."

20:26. Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" 20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." 20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" 20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."


Memang untuk mempercayai sesuatu yang tidak dilihatnya sendiri bukanlah hal yang mudah. Tomas Didimus yang tidak menyaksikan sendiri walaupun sepuluh saudaranya mengatakan telah bertemu Tuhan Yesus, sulit diyakinkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut juga berlaku sampai sekarang. Kita akan sulit untuk percaya cerita pengalaman seseorang yang merasa disentuh Tuhan. Apakah Tuhan Yesus menampakkan diri atau hanya melalui mimpi, atau bahkan melalui seseorang yang berbicara. Mungkin hanya sekelompok orang yang sama-sama pernah mengalami sentuhan Tuhan saja yang bisa percaya. Padahal sentuhan Tuhan bisa bermacam-macam cara, menurut sekehendak Tuhan sendiri. Yang sering muncul adalah pertanyaan meragukan, masak segampang itu. Penulis sendiri merasa yakin dan percaya bahwa Tuhan yang begitu mengasihi umat-Nya, sebenarnya selalu menyentuh kita dengan berbagai macam cara. Masalahnya, apakah kita bisa merasakan dan peka dengan sentuhan Tuhan tersebut. Sentuhan Tuhan tidaklah harus yang hebat-hebat, namun bisa begitu sederhana dan kelihatan sepele. Gereja mengajarkan kepada kita yang selalu disampaikan oleh para wakilnya :”Tuhan bersamamu, Tuhan sertamu.” Dia begitu dekat malah seringkali masuk ke dalam hati kita, selama kita mau membuka diri kepada-Nya.

Tomas baru percaya setelah melihat sendiri dan akhirnya hanya bisa berucap :”Ya Tuhanku dan Allahku.” Dalam bayangan penulis, Tomas begitu menyesal, mengapa sampai tidak percaya akan ucapan para saudaranya. Dia tidak berani lagi untuk mencucukkan jari ke tangan Tuhan Yesus, apalagi mencucukkan tangan ke lambung-Nya. Yang ada pada sat itu hanya rasa bersalah, menyesal mengapa begitu bodoh dan tegar hati, yang mungkin malahan keluar air mata.

Berbahagialah orang yang tidak melihat dan mengalami, namun percaya. Ucapan ini bisa ditujukan kepada siapa saja, bukan hanya Tomas. Dan siapa saja yang percaya serta melakukan ajaran-Nya, pasti akan membuahkan sesuatu yang mengherankan. Buah-buah itu bisa dirasakan oleh orang-orang yang ada disekitarnya.

Memahami Yohanes Bab 20:19-23

Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-NYa

20:19. Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" 20:20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
20:21 Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
20:22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. 20:23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."


Jika Maria Magdalena melihat Tuhan Yesus yang telah bangkit di waktu pagi, maka para murid melihat-Nya di waktu malam hari. Kehadiran Tuhan Yesus sepertinya begitu tiba-tiba tanpa diketahui dari mana datangnya. Kita mungkin bisa membayangkan betapa terkejutnya pada saat itu, yang jangan-jangan malah dikira hantu. Bersyukurlah Tuhan Yesus menyampaikan salam damai sejahtera dan menunjukkan bekas luka-luka yang diderita-Nya. Kekagetan dan ketakutan mendadak sontak berubah menjadi sukacita yang bukan main. Sang Guru telah bangkit dari mati, dengan Tubuh mulia-Nya menampakkan diri.

Pada saat itu Tuhan mulai dengan perintah-Nya kepada para murid. Jika sebelumnya Allah Bapa mengutus Sang Putera, sekaranglah Sang Putera mengutus para murid-Nya. Merekalah para saksi mata pertama yang kita sebut sebagai rasul terpilih, yang harus mewartakan kabar gembira. Mereka “disuwuk” diberkati dengan hembusan agar Roh Kudus beserta mereka.

Mungkin inilah salah satu sakramen yang kita kenal selama ini. Mereka diberi wewenang untuk mengampuni dosa maupun sebaliknya. Mungkin wewenang yang begitu misteri tersebut, hanya berlaku selama Roh Kudus beserta mereka. Jadi tetap saja bahwa yang mengampuni itu Tuhan sendiri melalui karya Roh Kudus-Nya. Wewenang tersebut diwariskan kepada para murid, yang selanjutnya sampai kepada para imam, pastor yang kita kenal selama ini.

Mehami Yohanes Bab 20:11-18

Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena


20:11. Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 20:12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 20:13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." 20:14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
20:15 Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." 20:16 Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. 20:17 Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.


Jika memperhatikan cerita Yohanes Penginjil, sepertinya Maria Magdalena kembali lagi ke kubur dan menangis di sana. Mungkin waktunya berkisar antara pukul empat dan lima, karena masih pagi-pagi benar. Segalanya belum terlihat jelas, karena sinar matahari belum memberikan cahayanya. Perempuan yang selama waktu itu seperti dinomor duakan, namun dalam hal ini seperti mendapat kehormatan. Tuhan Yesus menampakkan Diri-Nya pertama kali malahan kepada Maria Magdalena, bukan kepada murid laki-laki. Mungkin hal ini sebagai peringatan bagi kita semua, bahwa wanita sebenarnya sejajar dengan pria. Jangan merendahkan orang lain, jika tidak ingin direndahkan.

Tuhan Yesus tidak sendirian tetapi didampingi oleh para malaikat-Nya. Dalam keadaan sembab oleh air mata dan pengalaman melihat Tubuh Tuhan Yesus yang hancur, Maria Magdalena tidak segera bisa merasakan bahwa Tuhan Yesus berada di dekatnya. Kalau itu Tuhan Yesus, mestinya dalam keadaan berantakan, karena baru beberapa hari yang lalu dikubur. Sepertinya Tuhan Yesus mengajak bergurau dengan cara bertanya, seperti malaikat yang bertanya sebelumnya. Panggilan dengan menyebut namanya yang mungkin dengan suara khas, yang menyadarkan bahwa yang memanggil seperti itu hanya Tuhan Yesus. Secara spontan karena perasaan yang tidak teruraikan, tidak ada cara lain selain ingin memegang Sang Guru.

Penulis agak bingung mengapa Tuhan Yesus tidak berkenan untuk dipegang Maria Magdalena. Mungkin Yohanes ingin menegaskan bahwa sejak kebangkitan-Nya, Tubuh Tuhan Yesus tidak lagi seperti semula. Tubuh-Nya sudah dipermuliakan, yang tidak sembarang orang boleh menyentuh begitu saja. Sentuhan hanya bisa dilakukan apabila Tuhan Yesus sendiri yang memberi perkenan.

Tuhan Yesus sepertinya menegaskan kembali bahwa Dia akan kembali kepada Allah Bapa, Allah kita semua. Betapa Tuhan Yesus lebih menekankan bahwa Allah yang begitu jauh tak terjangkau, sebenarnya begitu dekat dengan kita. Karena belas kasih-Nya yang tak terhingga kepada kita maka kita semua disebutnya sebagai anak-anak-Nya. Kita diperkenankan untuk menyebut Bapa, sehingga terasa begitu dekat. Bapa yang sangat memaklumi akan kelakuan anak-anak-Nya yang sering nakal dan kebablasan, Yang tetap akan diampuni selama masih mau bertobat dan berubah menjadi lebih baik dan benar.

Memahami Yohanes Bab 20:1-10

Kebangkitan Yesus

20:1. Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 20:2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." 20:3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 20:4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 20:5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. 20:6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 20:7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. 20:8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 20:9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. 20:10 Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah.

Hari pertama minggu itu diperkirakan jatuh pada hari Minggu, karena Sabat atau Sabtu baru saja selesai. Minggu sendiri dihitung sejak sejak Sabtu sore, seperti hitungan hari pasaran orang Jawa. Pengalaman Maria Magdalena menjenguk kubur Tuhan Yesus sepertinya begitu menggetarkan hatinya. Kubur yang terbuka dan jenazah Sang Guru tidak berada di tempatnya. Siapa yang begitu tega mengambil jenazah dan untuk apa malam-malam menyempatkan diri mencuri mayat yang berantakan tak berwujud?

Kelihatannya para murid dan beberapa wanita yang mengikuti Tuhan Yesus selama ini menginap di suatu rumah. Mungkin rumah tersebut adalah yang dipergunakan untuk perjamuan malam, sebelum Tuhan Yesus ditangkap. Kemungkinan rumah tersebut milik Yusuf dari Arimatea atau Nikodemus. Kabar hilangnya jenazah Tuhan Yesus menggerakkan hati Simon Petrus dan Yohanes untuk membuktikan diri.

Mungkin saat itulah mereka baru percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus, yang selama waktu itu menimbulkan tanda tanya. Antara percaya dan ragu-ragu mungkin masih menyelimuti pikiran, karena belum mendapatkan bukti keberadaan Sang Guru. Mungkin Yohanes lebih bisa merasakan ajaran Kitab Suci karena berguru kemana-mana. Nubuat Kitab Suci pasti ditujukan kepada Gurunya, bahwa Dia akan bangkit dari mati. Kematian telah dikalahkan walaupun hal tersebut dialami sendiri oleh Tuhan Yesus. Selama waktu itu yang disaksikan para murid adalah menghidupkan orang yang sudah mati. Hari itulah kematian tidak berlaku bagi Tuhan Yesus, Dia membangkitkan Diri-Nya sendiri!

Sabtu, 17 April 2010

Memahami Yohanes Bab 19:16-27

Yesus disalibkan

19:16. Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (19-16b) Mereka menerima Yesus. 19:17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. 19:18 Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. 19:19. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." 19:20 Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. 19:21 Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." 19:22 Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."
19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. 19:24 Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.
19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. 19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" 19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.


Kelihatannya sebagai penguasa, Pilatus masih memperlihatkan kuasanya kepada para imam kepala. Dia memerintahkan memasang tulisan bahwa Tuhan Yesus yang berasal dari Nazaret raja orang Yahudi. Penulis tidak tahu apakah tulisan tersebut sebagai tanda penghormatan kepada Tuhan Yesus, ataukah sebagai ejekan kepada para imam yang dianggapnya keterlaluan.

Dalam bayangan penulis, di Golgota sudah ada dua orang yang disalibkan lebih dahulu. Kemudian barulah Tuhan Yesus ditelanjangi, dipaku tangan dan kaki-Nya di salib. Salibnya ditancapkan di antara kedua orang yang disalib terdahulu, agak lebih maju ke depan. Seolah-olah Dialah yang menjadi pemimpin para penjahat yang disalibkan. Tuhan Yesus begitu dihinakan, dengan ditelanjangi di kayu salib. Mereka begitu menghina dan merendahkan, namun masih dengan pamrih. Semua pakaian yang ada diambil dan dibagi-bagi di antara mereka.

Kelihatannya pakaian dan jubah Tuhan Yesus begitu istimewa, sampai-sampai pakaian tersebut dibagi berempat. Jubah-Nya yang tanpa jahitan menjadi jubah yang begitu langka, maka perlu diundi siapa yang akan mendapatkannya. Mungkinkah para prajurit begitu menginginkan pakaian yang sudah begitu kotor oleh darah dan debu. Untuk apakah pakaian bekas tersebut? Dipercayai bahwa jubah Tuhan Yesus dijahit oleh Bunda Maria sendiri, sewaktu Dia masih kecil. Jubah itu ikut membesar secara istimewa seiring dengan bertambah dewasanya Tuhan Yesus, sampai ke penyalibannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, entah karena dengki, iri atau jengkel, kita juga sering menelanjangi orang lain. Telanjang bukan karena pakaian, tetapi hanya luapan emosi ingin mempermalukan orang lain. Mungkin pada saat itu ada perasaan puas, lega telah berhasil membuat malu. Kita lupa bagaimana perasaan orang yang kita permalukan tersebut, apa lagi jika di hadapan banyak orang. Jika kita merenung dan hal tersebut terjadi pada diri kita, apa yang akan kita rasakan?

Kemudian Yohanes menuliskan bahwa dia bersama Bunda Maria dan yang lain berdiri di bawah salib. Ketiga Injil yang lain tidak menyebutkan bahwa di dekat salib mereka berkumpul. Mereka hanya menyaksikan dari tempat yang agak jauh, yang bisa dimaklumi karena perasaan tidak tega, kasihan, tidak sampai hati dan bermacam rasa yang lain. Kemungkinan para prajurit tidak memperbolehkan para murid-Nya mendekat. Betapa mereka akan diolok-olok, dihina oleh para pembenci Gurunya. Di hadapan Sang Guru yang tersalib dan dicaci maki yang tidak keruan, sepertinya dihindari. Kemungkinan besar hanya Bunda Maria yang diperbolehkan untuk mendekati Puteranya. Bunda Maria yang begitu mengasihi Sang Putera, pasti tidak akan menghiraukan segala macam cemoohan, penghinaan. Hubungan pribadi antara ibu dan anak akan mengalahkan segala macam hambatan, dan itulah saat-saat terakhir yang harus dimanfaatkan.

Pesan bahwa Bunda Maria sebagai ibu semua murid-Nya adalah pesan yang begitu penting. Semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus berarti menjadi murid-Nya. Dan sebagai murid, mau tidak mau harus mengakui bahwa Bunda Maria adalah ibu kita semua. Kita menjadi anak-anaknya secara rohani yang begitu misteri. Betapa hubungan Tuhan Yesus dengan Bunda Maria begitu dekat. Apa yang dikatakan Bunda Maria selalu diindahkan dan dituruti. Bunda Maria sebagai Bunda Pengantara akan selalu meneruskan semua permohonan yang disampaikan anak-anaknya, kepada Puteranya sampai selama-lamanya. Mungkin inilah yang ingin disampaikan oleh Yohanes kepada kita. Tanpa kehadiran Bunda Maria maka rencana keselamatan tidak akan terwujud.

Salib pada waku itu mungkin digunakan untuk suatu hukuman yang betul-betul merendahkan. Penghinaan sebagai penjahat yang tidak terampunkan yang sudah selayaknya dihukum dengan cara disalibkan. Betapa orang yang disalib dianggap begitu jahatnya, maka perlu diketahui banyak orang dan ditempatkan secara terbuka.

Dalam perjalanan waktu, salib malah menjadi simbul kemenangan, simbul berkat yang dianggap bisa memberikan kekuatan. Tetapi salib bisa juga dimaknai sebagai penderitaan yang harus dijalani sebagai konsekuensi menjadi pengikut Kristus. Orang Katolik pasti sangat mengenal apa itu tanda salib, yang mungkin setiap hari selalu dilakukan.

Salib bisa menjadi simbul bagaimana seseorang mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Dan salib itu sendiri seharusnya selalu melekat di dalam diri kita. Kita diajak untuk memikul salib kita masing-masing sampai ke puncak tujuan. Tidak masalah apabila salib tersebut membuat kita terjatuh dan terengah-engah. Yang penting kita harus bangkit dari kejatuhan tersebut, karena tujuan akhir kita masih di atas sana.

Ada kepercayaan bahwa Adam meninggal dan dikuburkan di tempat Tuhan Yesus tersalib. Tengkorak yang diketemukan di sana dipercaya sebagai kepala Adam. Adam lama yang mewariskan dosa kepada kita diganti dengan Adam baru yang membawa keselamatan atas dosa tinggalan tersebut.

Memahami Yohanes Bab 19:38-42

Yesus dikuburkan

19:38. Sesudah itu Yusuf dari Arimatea--ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi--meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu. 19:39 Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. 19:40 Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. 19:41 Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. 19:42 Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.

Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus beserta temannya malahan yang berinisiatif untuk menurunkan mayat Tuhan Yesus. Kemanakah murid-murid yang selama ini begitu dekat dengan Dia? Mungkin pertanyaan ini agak aneh, apabila murid yang dikasihi-Nya juga berada di dekat salib. Sudah semestinya dia ikut bekerja menurunkan mayat dari salib, bersama dengan Yusuf Arimatea dan Nikodemus. Rasanya ada sesuatu yang ganjil untuk dipahami. Mungkinkah ajaran-Nya bahwa Bunda Maria menjadi ibu kita semua terjadi sebelum penangkapan? Atau komunikasi pribadi antara Tuhan Yesus dengan Bunda Maria sebelum wafat-Nya? Kemudian Bunda Maria menyampaikan kepada para murid, seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus?

Segalanya seperti sudah diatur, ada kuburan baru di dekat Golgota dan belum pernah dipakai. Waktu yang tinggal sedikit itu betul-betul dimanfaatkan untuk mengurus jenazah Tuhan Yesus. Hari Sabat orang Yahudi tidak diperbolehkan bekerja, dan Sabat dihitung mulai hari Jumat petang hari. Maka bisa diperkirakan bahwa penguburan tersebut dilakukan dengan tegesa-gesa. Kemungkinan tubuh-Nya dibungkus kain kapan dan kain peluh, tanpa dibersihkan secara selayaknya terlebih dahulu. Nanti saja setelah hari Sabat lewat, barulah jazad-Nya diurus dengan sebaik-baiknya.

Tuhan Yesus dimasukkan ke dalam liang kubur dengan membawa segala macam dosa, kesalahan dan kelemahan kita. Mungkin disinilah sukacita yang harus kita rayakan dengan penuh syukur. Belenggu tali temali dosa kita telah dipatahkan dan diambil dijadikan duri, paku dan tombak. Mungkin kita membayangkan bagaimana Tubuh Tuhan Yesus yang tercabik-cabik bagaikan monster, tidak menyerupai manusia lagi. Dan setiap serpihan daging, darah dan air maupun keringat-Nya adalah kumpulan dosa, kesalahan dan kelemahan kita.

Tuhan Yesus masuk ke dalam perut bumi pertiwi, berkumpul dengan semua orang yang sudah meninggal terlebih dahulu. Selanjutnya penulis tidak bisa membayangkan, bagaimana di dalam kubur. Mungkin saja Dia masuk ke dalam dunia orang mati dan mengajar mereka. Ada yang percaya, ada yang tidak mengenal-Nya dan tidak percaya atau yang ragu-ragu. Mungkin banyak roh yang bersukacita karena memang sudah mengharap kehadiran-Nya. Mungkin mereka begitu merindukan untuk segera diajak naik ke surga mulia, berkumpul bersama dengan para kudus yang sudah berada di sana. Biarlah hal ini menjadi urusan Tuhan Yesus sendiri.

Memahami Yohanes Bab 19:31-37

Lambung Yesus ditikam

19:31. Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib--sebab Sabat itu adalah hari yang besar--maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. 19:32 Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; 19:33 tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, 19:34 tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. 19:35 Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. 19:36 Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." 19:37 Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."

Kelihatannya menjadi tidak baik jika pada hari Sabat masih ada mayat tergantung di kayu salib. Jika yang disalib itu masih hidup maka kakinya dipatahkan agar cepat mati. Orang-orang Yahudi sepertinya menginginkan seseorang yang disalib agar cepat mati jika menjelang hari Sabat. Secara tidak langsung, sebenarnya mereka telah membunuh orang yang belum waktunya mati. Semua itu demi hari Sabat, dan diikuti oleh para prajurit atas perintah Pilatus.

Tuhan Yesus yang telah wafat tidak jadi dipatahkan kaki-Nya, namun mereka masih menyempatkan diri untuk menombak lambung-Nya. Darah dan air keluar dari bekas lambung yang tertikam, yang mestinya menjadi suatu pemandangan yang mengherankan. Jika darah yang tersisa belum membeku, mestinya hanya darah saja yang keluar. Namun kenyataannya masih ada darah dan air yang mengalir dari Tubuh-Nya.

Penulis tidak bisa membayangkan seperti apa air dan darah yang keluar tersebut. Mungkin inilah yang membuat para penikam melihat dengan ternganga, terpesona atas apa yang telah diperbuatnya. Darah dan air adalah simbul kehidupan, dimana orang tidak akan bisa hidup jika di dalam badannya tidak ada cairan dan darah.

Darah dan air-Nya akan mengaliri jiwa-jiwa yang gersang, yang haus ingin meneguk setetes saja sebagai penghapus dahaga. Dialah yang menyediakan kehidupan yang mengairi pada-padang tandus menjadi dataran menghijau nan subur. Siapa yang mau datang kepada-Nya tidak akan haus dan lapar lagi.

Orang sakit sering kali menerima infus cairan tambahan ataupun darah segar, agar tidak kekurangan cairan maupun darah. Penulis hanya bisa membayangkan betapa Tubuh Tuhan Yesus penuh dengan hiasan luka. Kulit yang hancur, bekas mahkota duri, bekas paku dan tombak, bagaikan dibatik dengan segala macam bentuk luka. Kasihan sekali, orang yang tidak pernah berbuat salah namun disiksa sedemikian rupa. Semuanya harus terjadi dan nubuat itu harus dipenuhi, agar penebusan dari kuasa dosa terlaksana.

Tuhan Yesus, kami bersyukur karena Engkau telah menebus dunia. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami. Amin.

Memahami Yohanes Bab 19:28-30

Yesus wafat

19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!" 19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Dalam bayangan penulis, saat-saat tersebut begitu mencekam, begitu mengharukan, begitu menyentuh hati yang tanpa terasa melelehkan air mata. Penulis tidak tahan membayangkannya, karena betapa penderitaan tersebut bagaikan menyiksa diri penulis. Bertahan di kayu salib membuat pernafasan akan sangat terganggu. Gerakan sedikit saja akan membuat rasa sakit yang luar biasa, dan darah akan terus mengalir melalui paku-paku yang terancap di kaki dan tangan-Nya. Kehabisan darah akan membuat rasa haus yang tak terhingga. Dan darah tersebut merupakan darah perjanjian yang dimeteraikan sebagai penebusan dosa dan kelemahan kita.

Perjanjian darah memerlukan konsekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perjanjian yang keluar dari mulut ataupun di atas kertas. Darah sebagai simbul kehidupan harus betul-betul dipegang dan dituruti, karena menyangkut kehidupan itu sendiri. Perjanjian darah bagaikan kita berjanji kepada Allah sendiri, untuk berani hidup suci, sportif dan konsekuen atas risiko dari janji suci. Kita mengenal janji-janji sewaktu dibaptis, melakukan pengakuan dosa dan pertobatan. Janji dalam sakramen pernikahan, janji untuk hidup selibat bagai para biarawan atau biarawati. Darah-Nya ditumpahkan sehabis-habisnya hanya demi kita manusia, agar hubungan dengan Allah Bapa dapat dijalin kembali. Yang menjadi jembatan terputusnya hubungan antara manusia dengan Alla Bapa, hanya Yesus Kristus Tuhan sendiri.

Pada akhirnya kematian menjemput-Nya yang disertai suasana kedukaan yang begitu mendalam. Bumi dan alam raya dengan caranya, terlibat dalam saat-saat mencekam, mengantar kepergian Tuhan Yesus menuju alam maut. Selesailah sudah, segalanya sudah disampaikan, diajarkan. Anggur asam menjadi penutup seluruh karya-Nya yang harus diselesaikan dengan sempurna.

Dalam pemikiran penulis, ada dua hal yang saling berkaitan yang sepertinya tidak bisa dilepaskan. Antara kedukaan dan bersyukur saling melilit menjadi satu. Berduka karena melihat kesengsaraan dan penderitaan yang begitu hebat, namun juga bersyukur karena kematian-Nya membawa segala macam dosa, kesalahan dan kelemahan yang kita sandang. Tanpa melalui kematian-Nya, maka penebusan menuju keselamatan belum terjadi. Melalui dukacita secara jasmani ini malah menumbuhkan sukacita secara rohani. Dia langsung diterima dan dimuliakan, menjadi satu dengan Allah Bapa di surga

Memahami Yohanes Bab 18:38b-40

Yesus dihukum mati

(18-38b) Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. 18:39 Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?" 18:40 Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun.

Penulis tidak tahu apa yang dimaksud dengan penyamun yang ditujukan kepada Barabas. Jika dia seorang penyamun yang sama dengan perampok dan pembunuh, rasanya agak aneh juga jika kelompok para imam ini berpihak kepada penyamun. Namun kebencian yang menggelegak yang diselimuti oleh kegelapan hati, segalanya menjadi tidak aneh. Nubuat harus terjadi, Tuhan Yesus dianggap lebih jahat daripada Barabas yang jelas-jelas penyamun, bahkan mungkin pembunuh dan pemberontak.

Mungkin bagi Pilatus malah menggelikan jika para imam lebih berpihak kepada Barabas. Pilatus malah bisa menilai bagaimana kadar keimaman mereka dan hal tersebut bisa dimanfaatkan secara politis. Kelompok imam yang merasa najis untuk masuk ke ruang pengadilan namun bersekutu dengan penyamun, pasti ada kelemahan yang bisa dijadikan senjata untuk menekan mereka.

Jika istilah penyamun itu ditujukan sebagai pemberontak kepada penjajah, rasanya masih masuk akal. Barabas bisa menjadi pahlawan bagi bangsanya dan mestinya berterima kasih kepada Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus, dia bisa terbebaskan dari belenggu penjara yang bisa berakhir kematian melalui penderitaan. Bagaimana perjalanan hidup Barabas selanjutnya, tidak tertulis dalam Kitab Suci.

Yang jelas, Tuhan Yesus dimasukkan ke dalam kategori penjahat besar yang tak terampunkan oleh kelompok elit bangsa Yahudi. Anehnya, bagi Pilatus yang berkuasa, tidak diketemukan kesalahan yang dituduhkan tersebut. Dalam ungkapan Jawa “ndilalah kersaning Allah, tumbu oleh tutup.” Pilatus secara politis ingin mendapatkan simpati dari kelompok yang dijajah. Dia memanfaatkan celah-celah yang ada, walaupun secara jujur mengakui bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah.

Memahami Yohanes Bab 18:28-38

Yesus di hadapan Pilatus

18:28. Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. 18:29 Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" 18:30 Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" 18:31 Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." 18:32 Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
18:33 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" 18:34 Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" 18:35 Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" 18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
18:37 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." 18:38 Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"


Para imam ini memang cukup aneh, yang mungkin sama juga dengan kita yang hidup di zaman sekarang. Mereka mengatakan tidak boleh membunuh seseorang sesuai dengan salah satu sepuluh perintah Allah. Namun di dalam kelompoknya mereka berkata bahwa lebih baik seorang mati untuk seluruh bangsa. Ungkapan Jawa “nabok nyilih tangan” yang berarti berbuat sesuatu melalui tangan orang lain, agar tidak dipersalahkan dunia.

Sepertinya Pilatus baru mengalami bertemu dengan seseorang yang lain dari pada yang umumnya. Seseorang itu Tuhan Yesus yang mengaku sebagai seorang raja bukan dari dunia ini. Dia adalah Raja Kebenaran, dimana para rakyat-Nya adalah orang-orang yang berasal dan melakukan kebenaran. Apakah kebenaran itu? Mungkin pada waktu itu terjadi dialog yang cukup panjang, berbicara tentang kebenaran yang hakiki. Berbicara tentang Kerajaan yang bukan berasal dari dunia pasti cukup menarik. Mungkin Pilatus mencoba untuk memahami tentang kerajaan yang tidak berasal dari dunia. Berarti ada suatu tempat entah dimana, yang juga ada suatu kerajaan. Kita bisa berandai-andai menurut selera kita, sehingga menyebabkan Pilatus lebih cenderung berpihak kepada Tuhan Yesus. Orang yang belum mengenal Allah malah bisa bersimpati kepada Tuhan Yesus. Sedangkan yang mengaku menyembah Allah malahan membenci dan menolak-Nya.

Bagaimana di zaman sekarang ini? Mungkin tidak begitu jauh perbedaannya, hanya situasi dan kondisinya saja tidak sama. Sampai sekarang bangsa Yahudi tetap tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka tetap menantikan kedatangan Mesias, entah yang seperti apa.

Mungkin sekarang ini kita memahami bahwa kerajaan Tuhan Yesus adalah Kerajaan Sorga. Dari kerajaan-Nya Dia menciptakan alam raya dengan segala macam isinya. Betapa Tuhan mencintai segala macam ciptaan, yang selalu diperhatikan dan dipelihara. Alam raya yang Dia ciptakan terus berkembang dan berubah, berproses tanpa henti. Salah satu ciptaan-Nya adalah bumi dimana makhluk yang dikasihi bernaung. Mereka tidak mau ketinggalan dan menciptakan kerajaan-kerajaan dunia. Allah tidak berkeberatan dengan kreativitas manusia, dengan harapan tetap dalam keseimbangan sesuai dengan keperluannya.

Yang namanya manusia dengan segala macam keinginan yang tidak pernah puas, membuat semakin serakah. Keinginan lebih sering melupakan bahwa yang lain juga membutuhkan. Jalan keluarnya, segala macam cara dilakukan untuk mencapai cita-cita keinginan lebih tersebut. Dampaknya adalah saling berebut dalam segala hal, saling berkelahi dan saling berperang. Mulailah saling merusak, termasuk merusak bumi dengan segala cara. Keseimbangan mulai runtuh, kedamaian dan kesejahteraan semakin jauh di awang-awang.

Sewaktu Sang Pencipta datang, manusia mulai menyusun strategi bagaimana meniadakan yang datang tersebut. Jika yang datang dibiarkan berkarya, jangan-jangan semuanya akan diambil kembali. Penguasa dunia memang pandai berdalih selama masih boleh berdiam di bumi ini. Bumi menjadi tempat yang paling bebas untuk berbuat apa saja, dari yang paling baik sampai yang paling jahat. Dari yang paling terang sampai yang paling gelap.

Sepertinya ada dua kekuatan yang saling bertentangan di bumi ini. Secara umum Penguasa dunia meraja di wilayah yang kasat mata, sedangkan Tuhan Yesus lebih cenderung meraja di hati, jiwa dan akal budi yang tidak kelihatan. Manusia dihadapkan kepada dua pilihan yang begitu berbeda. Manusia memilih yang semuanya paling enak jika boleh, hidup di dunia kaya raya, berfoya-foya dan berbahagia, setelah mati hidup mulia di sorga. Sayangnya dalam hal sorga, manusia hanya bisa berharap-harap cemas. Keputusan akhir berada di tangan Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.

Dalam bayangan penulis, sepertinya Tuhan Yesus selalu dikelilingi oleh para malaikat yang tidak kelihatan. Para malaikat bagaikan prajurit yang tunduk dan setia kepada Sang Raja. Selama Sang Raja tidak memerintahkan sesuatu, mereka tetap diam setia, walaupun mereka juga sedih, terharu.

Memahami Yohanes Bab 18:12-27

Yesus di hadapan Hanas - Petrus menyangkal Yesus

18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
18:13. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; 18:14 dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa." 18:15 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar, 18:16 tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk. 18:17 Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!" 18:18 Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. 18:19 Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan tentang ajaran-Nya.
18:20 Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. 18:21 Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."
18:22 Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?" 18:23 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?"
18:24 Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu. 18:25 Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?" 18:26 Ia menyangkalnya, katanya: "Bukan." Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?" 18:27 Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.


Orang yang terbelenggu pada umumnya mereka yang berbuat salah, jangan sampai melarikan diri. Jadi Tuhan Yesuspun dianggap sebagai orang yang bersalah yang bisa sewaktu-waktu melarikan diri dengan segala macam kepandaiannya. Kekawatiran melarikan diri bisa dimaklumi karena selama ini Dia begitu dikenal yang bisa berbuat apa saja. Suara-Nya saja sudah bisa menjatuhkan banyak orang, bagaikan mengandung kekuatan daya dorong yang tidak kasat mata.

Penulis tidak tahu persis siapakah murid yang telah kenal dengan Imam Besar tersebut. Namun perkiraan penulis dia adalah Yohanes yang menulis Injil ini. Kelihatannya murid ini termasuk lebih luas pergaulannya dibandingkan dengan murid-murid yang lain. Dia mungkin termasuk orang yang senang mempelajari Kitab Suci dan berguru kemana-mana sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus. Dia salah seorang murid Yohanes Pembaptis.

Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana suasana pada malam tersebut. Udara luar yang dingin dapat diperkirakan bahwa musimnya memang sedang tidak bersahabat. Bisa jadi perbedaan suhu pada siang hari dengan malam hari pada waktu itu cukup besar, sehingga terasa dingin. Mungkin mereka berkelompok mengelilingi api arang untuk melawan hawa dingin, sambil ngobrol tentang kejadian pada malam itu. Wajah yang tidak begitu jelas ditambah selubung jubah untuk mengurangi rasa dingin, sulit untuk mengenal jika tidak betul-betul sudah dikenal. Mungkin hanya dialek daerah yang bisa membedakan bahwa Petrus bukan orang Yerusalem.

Malam-malam menjelang pagi dimana penangkapan Tuhan Yesus dilakukan secara diam-diam, mestinya tidak ada orang asing yang keluyuran ikut bergabung. Mungkin lebih nyaman tidur berselimutkan jubah hangat dari pada keluar malam. Namun yang namanya alasan, seribu satu macam dapat dikeluarkan. Apalagi mendekati hari Sabat dan Paskah maka siapapun bisa berdatangan ke Yerusalem untuk berziarah ke Bait Allah. Petruspun bisa menyangkal dengan berbagai alasan, agar jangan sampai ditangkap.

Jika dipikir memang cukup aneh dan tidak umum, pada malam hari menanyai seseorang seperti di pengadilan. Kan masih ada hari esok yang sebentar lagi pagi, sehingga banyak orang bisa terlibat dan bersaksi. Penangkapan Tuhan Yesus kelihatannya lebih cenderung kepada penculikan karena maksud tertentu. Namun untuk pembenaran diri, maka perlu direkayasa sedemikian rupa agar semuanya kelihatan sah, sesuai tradisi yang berlaku.

Jawaban Tuhan Yesus rasanya begitu mengena dan menohok yang menginterogasi. Orang yang bersalah, kalau ditanya pasti mencoba berkilah untuk pembenaran diri. Tuhan Yesus tidak pernah berbuat yang aneh-aneh, semuanya terbuka di hadapan banyak orang. Dia berbicara di Sinagoga ataupun di Bait Allah dan bisa ditelusuri, apa saja yang diajarkan. Jika ada orang atau kelompok yang merasa disinggung, tinggal bertanya kepada diri sendiri, apakah singgungan tersebut benar atau tidak. Jika ya, mengapa mesti tersinggung kalau benar adanya. Mestinya kan berubah menjadi lebih baik kalau masih ada orang yang mau mengingatkan. Kalau tidak benar, berarti bukan termasuk yang disinggung tersebut.

Jawaban Tuhan Yesus malah membuat marah seorang penjaga dan menampar-Nya. Imam Besar mungkin mendongkol namun karena jabatan keimamannya, hal tersebut bisa diredam seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Paling tidak untuk memperlihatkan diri bahwa ia bijaksana, tidak termasuk pemarah. Yang namanya penjaga, apalagi hidupnya tergantung dari upah dari pekerjaan menjaga. Dia menampar dan berbicara agar bisa dilihat, bahwa perbuatan tersebut mempunyai nilai tertentu. Dia merasa berjasa telah berbuat sesuatu yang dianggapnya benar. Mestinya mendapat upah walaupun hanya sekedar ucapan terima kasih.

Tuhan Yesus bukan membela diri, namun hanya ingin menunjukkan kebenaran. Tidak ada kesalahan yang telah diperbuatnya, mengapa harus ditampar. Penulis merasa yakin bahwa penjaga tersebut tidak menduga bahwa Tuhan Yesus akan berkomentar sedemikian rupa. Pada umumnya atau pengalaman selama ini hampir semua orang diam dan takut untuk melawan penguasa. Karena kekuasaan dan terpatri oleh tradisi, mereka bagaikan dewa-dewa dengan para penjaganya. Mereka sudah diproklamirkan sebagai wakil-wakil Allah yang Mahatinggi.

Mungkin Hanas sendiri bingung untuk menjatuhkan tuduhan terhadap Tuhan Yesus. Paling tidak ia sudah melihat sendiri siapakah Yesus itu sebenaranya. Orang yang begitu berwibawa, tidak takut kepada orang lain walaupun yang dihadapi para pejabat tinggi. Dia tidak mau berdebat yang tidak ada gunanya.

Kembali kepada Petrus, dia pasti kaget menerima pertanyaan bahwa ia salah satu murid-Nya. Tidak ada waktu untuk berpikir mencari kata-kata yang tepat, kecuali menyangkal. Pada saat tersebut dia sudah lupa dan tak terpikirkan akan kata-kata nubuat Tuhan Yesus tentang penyangkalannya. Dan itu terulang sampai tiga kali. Pasti perasaannya bercampur aduk menjadi satu, tidak bisa lagi berpikir terang. Tekanan yang diterimanya begitu hebat.

Memahami Yohanes Bab 18:1-11

Yesus ditangkap

18:1. Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 18:2 Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. 18:3 Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. 18:4 Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" 18:5 Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
18:6 Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. 18:7 Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." 18:8 Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi." 18:9 Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa."
18:10 Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. 18:11 Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"


Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana gelap dan sepinya daerah, yang kita kenal sebagai Taman Getsemani di waktu malam pada waktu itu. Dalam kegelapan yang membutakan, sulit untuk membedakan seorang dengan yang lain. Mungkin hanya orang yang sudah biasa berkumpul bersama yang bisa membedakan satu dengan yang lainnya.

Sepasukan penjaga Bait Allah bersama dengan Yudas Iskariot mencari Tuhan Yesus di tengah malam gulita. Di tengah kegelapan, segalanya mungkin saja bisa terjadi. Maka perlu persiapan khusus, antara lain membawa alat penerangan dan senjata untuk berjaga-jaga menghadapi segala kemungkinan. Yang namanya akan ditangkap, siapa tahu yang bersangkutan akan memberikan perlawanan, atau bahkan para sahabatnya yang sedang bersama akan membantu.

Di tengah malam buta, adalah saat yang paling baik untuk menangkap seseorang, apalagi yang disegani orang banyak. Saat-saat dimana orang sedang terlelap tidur, mereka tidak akan menyangka bahwa orang yang selama ini dikagumi diambil paksa. Kita bisa membayangkan apabila penangkapan dilakukan di waktu siang hari. Pasti banyak orang yang akan berpihak kepada Tuhan Yesus, khususnya yang selama ini sudah merasakan dan mengalami sendiri mujizat-Nya.

Tuhan Yesus kelihatannya maju memperlihatkan diri-Nya dan para murid berada di belakang. Sang Guru dengan gagah berani melindungi para pengikut-Nya, dan bukan bersembunyi di balik punggung orang lain. Perbuatan dan perkataan-Nya membuat kaget orang-orang yang akan menangkapnya. Mereka mundur malahan jatuh ke tanah. Siapa yang tidak ragu dan takut bila disuruh menghadapi orang yang selama ini begitu sakti? Tuhan Yesus bahkan maju seolah-olah sudah bersiap untuk melawan dengan segala macam kehebatannya. Mereka pasti berpikir, jangan-jangan Tuhan Yesus akan berbuat sesuatu yang dapat mengakibatkan mereka celaka. Jika tidak takut dan taat kepada perintah para imam kepala dan kaum Farisi yang selama ini memberi upah, lebih baik tidur di rumah bersama keluarga.

Kenyataannya Tuhan Yesus tidak berbuat apa-apa, malahan bersedia dibawa dengan sukarela. Namun Dia berpesan agar tidak mengganggu para murid-Nya. Mungkin hanya Petrus yang dengan keberaniannya mengeluarkan senjata dan mencoba untuk mempertahankan Sang Guru. Malkhus yang merasakan sayatan pedang di telinganya. Dalam Injil lain, telinga itu dikembalikan Tuhan Yesus ke tempatnya dan sembuh seperti sediakala. Semuanya harus terjadi seperti yang telah dinubuatkan, dan itulah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.

Tersirat bahwa sebenarnya Tuhan Yesus bisa melepaskan diri dari para penangkapnya. Suara-Nya saja sudah bisa menggetarkan banyak orang sampai terjatuh. Kuasanya masih diperlihatkan sewaktu Malkhus disembuhkan dan telinganya pulih seperti sedia kala. Jika Dia mau, maka para penangkap itu tidak ada apa-apanya. Tetapi Dia lebih memilih setia kepada Allah Bapa dengan meminum cawan yang diberikan Bapa. Penebusan melalui penderitaan hebat harus tetap berjalan sesuai skenario yang telah dinubuatkan.

Kemungkinan besar setelah itu para murid melarikan diri dan bersembunyi di tengah kegelapan. Mereka pasti bingung mengapa Sang Guru begitu gampang menerima untuk dibawa ke para imam kepala, yang selama ini memusuhi Dia. Malam itu menjadi malam yang menggelisahkan, membingungkan, menakutkan dan segala macam rasa yang sulit untuk diuraikan. Pasti ada rasa mendongkol kepada Yudas Iskariot yang selama ini dikenal salalu bersama-sama. Buntut-buntutnya malahan orang yang begitu dekat yang menjadi pengkhianat. Tanpa bantuan Yudas Iskariot, bagaimana mungkin pasukan para imam kepala dapat mengetahui tempat mereka menginap. Paling tidak akan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menjelajahi tempat tersebut, karena harus di malam hari.

Memahami Yohanes Bab 19:1-15

19:1. Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. 19:2 Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, 19:3 dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
19:4 Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." 19:5 Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" 19:6 Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
19:7 Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." 19:8 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, 19:9 lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. 19:10 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" 19:11 Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
19:12 Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." 19:13 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. 19:14 Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" 19:15 Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"


Mungkin kita bisa mencoba membayangkan bagaimana Tuhan Yesus disesah, disiksa dengan segala macam alat yang dipergunakan pada waktu itu. Yang namanya tentara penjajah, pasti mempunyai kelompok algojo yang dilengkapi dengan alat-alat penyiksa bagi tahanan. Sebagai manusia sejati sudah pasti Tuhan Yesuspun merasakan kesakitan yang luar biasa. Penderitaan dari penganiayaan itu harus diterima dengan lapang dada. Mengaduh dan mengeluh karena kesakitan yang luar biasa adalah bagian hidup yang harus dilalui. Itulah cawan yang diberikan oleh Allah Bapa yang harus diminum dan dirasakan betapa pahit dan tidak enaknya. Dia menyediakan Diri-Nya untuk menjadi korban sebagai pengganti hewan korban yang selama itu dipergunakan untuk penebusan salah dan dosa.

Darah-Nya bisa dipastikan tertumpah kemana-mana, membasahi bumi pertiwi sebagai pupuk dan tumbal. Para algojo pasti ahli menyiksa yang begitu menyakitkan, namun tidak sampai mematikan. Seluruh daging di Tubuh-Nya tercabik-cabik, sehingga sudah tidak mirip sebagai manusia lagi. Mahkota duri bisa kita bayangkan yang dibuat dari tumbuhan berduri panjang dan menjalar. Duri-duri yang tajam dan panjang tersebut ditancapkan di Kepala-Nya menjadi semacam mahkota. Rasa kesakitan pasti tidak terbayangkan dan darah mengalir dari semua titik tempat duri menancap. Penulis tidak tahu apakah itu sindiran atau ejekan karena Dia dianggap sebagai raja orang Yahudi.

Mungkin Pilatus ingin menunjukkan betapa Tuhan Yesus sudah disiksa dan sudah tidak berbentuk manusia normal lagi. Eche homo, lihatlah manusia itu, yang sudah porak poranda karena kekejaman yang luar biasa. Harapannya orang-orang yang berkumpul di situ merasa iba dan kasihan, kemudian berubah pikiran. Nyatanya kekerasan hati dan kebencian mereka sudah diluar batas manusia pada umumnya. Mereka masih memaksakan untuk disalib, sebagai tindakan seolah-olah betapa jahat Tuhan Yesus itu. Mereka lupa dengan ucapan sebelumnya bahwa tidak boleh membunuh seseorang. Dan saat itu mereka ingin menghukum mati Dia dan dihinakan serendah-rendahnya.

Dari obrolan sebelumnya, Pilatus mungkin merasakan bahwa sebenarnya kelompok para imam dan kaum Farisi bukan mencari kebenaran. Mereka lebih cenderung diliputi oleh kebencian yang diselimuti oleh ajaran dan dogma, seakan-akan itulah hukum agama mereka. Bersyukurlah Pilatus bahwa dosa besar itu akan ditanggung oleh mereka. Dosa mereka lebih besar karena dari merekalah sebenarnya hukuman mati itu diminta. Pilatus sudah terlanjur menawarkan pilihan, siapa yang harus dilepaskan dalam rangka Paskah. Dan mereka sudah menentukan pilihan bahwa Barabas yang harus dilepaskan. Walau sudah diusahakan untuk bisa melepaskan Tuhan Yesus, namun akhirnya Pilatus kalah dan mencuci tangan. Keputusan tersebut harus ditanggung oleh mereka yang bernafsu ingin menyalibkan Dia.

Mungkin pada saat itu kelompok imam dan kaum Farisi sedang bersilat lidah, bahwa mereka mendukung kaisar Romawi. Tidak ada raja kecuali kaisar dan penulis bingung dengan jabatan Herodes yang masih bertahta pada waktu itu. Mereka sepertinya menunjukkan diri yang seolah-olah mengakui dan mendukung diperintah oleh kaisar. Kaisarlah satu-satunya raja, pimpinan tertinggi yang diakui oleh mereka. Biarlah sebagai pimpinan daerah, Pilatus merasa diangkat dan diterima oleh rakyat Israel. Mungkinkah Herodes hanyalah seorang penguasa boneka yang sebenarnya tidak disukai oleh rakyatnya? Ataukah karena Herodes bukan penguasa di wilayah Yudea, tetapi wilayah Galilea?

Dalam bayangan penulis, sewaktu Tuhan Yesus disesah sedemikian rupa, para malaikat melayani Dia dengan caranya yang tidak kelihatan. Jika tidak ada yang menguatkan, sepertinya badan wadag ini tidak akan mampu bertahan menghadapi siksaan yang demikian berat. Mulai dari ditangkap di taman Getsemani, penganiayaan sudah mulai berjalan tanpa ada waktu untuk istirahat. Keseokan harinya dibawa kesana kemari dalam keadaan menderita lahir batin.

Jumat, 16 April 2010

Memahami Yohanes Bab 17:17-26

17:17. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. 17:18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; 17:19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.

17:20. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

17:24. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 17:25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; 17:26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."

Doa Tuhan Yesus tidak hanya untuk para murid, tetapi berlaku bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Kepada semua orang yang percaya akan kesaksian yang diwartakan oleh para murid dan penerusnya, sampai akhir zaman. Semua orang percaya diminta untuk menjadi satu, menjadi Gereja yang satu karena Allah Bapa dan Allah Putera juga satu.

Satu hal yang sering menggelitik hati penulis, mengapa dalam perjalanannya gereja perdana yang satu itu mulai terpecah dan tercerai berai. Penulis tidak tahu persis apa sebenarnya penyebab perpecahan tersebut, karena pasti setiap kelompok yang terpecah mempunyai alasan pembenaran diri dan kemudian memisahkan diri. Tubuh Tuhan Yesus secara pelan dipotong-potong, yang mungkin hanya karena beberapa oknum yang tidak puas, merasa direndahkan, tersinggung, tidak setuju dan sebagainya.

Mungkin kita pernah mendengar adanya kelompok gereja Timur atau Ortodox, gereja Barat atau Roma Katolik, dan gereja Protestan. Masih ada lagi gereja Anglikan dan mungkin gereja-gereja lain lagi. Alangkah hebat dan indahnya apabila semua gereja tersebut bersatu hati mempersatukan Tubuh Kristus yang selama ini hancur. Memang tidak mudah karena harus berani melawan ego pribadi ataupun ego kelompok, saling berani mengakui kekurangan masing-masing. Penyangkalan diri dan memikul salib lebih gampang untuk diucapkan dari pada untuk dilaksanakan.

Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia meminta kepada Allah Bapa dan menjanjikan bahwa semua orang yang dipilih-Nya bisa memandang kemuliaan-Nya. Siapa yang bisa melihat kemuliaan-Nya berarti mereka yang bisa bersama-sama dengan Dia sepanjang segala masa. Namun kelihatannya bisa juga dipahami bahwa siapa saja yang bisa mengasihi Dia melalui perbuatan nyata, akan merasakan kemuliaan-Nya walaupun begitu misteri. Kasih itu sendiri berasal dari Dia dan Dialah Kasih itu sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita bisa merasakan sewaktu kita melakukan suatu perbuatan kasih. Kasih bukan karena terpaksa namun karena tulus dan ikhlas akan memberikan perasaan damai sejahtera, sukacita. Saat-saat seperti itulah Roh Kudus secara misteri bersama dan menguasai kita. Namun untuk mempertahankan perasaan yang tak terungkapkan tersebut begitu sulitnya. Karena sesuatu hal yang kelihatan sepele, yang mungkin kita anggap sebagai pencobaan, ego kita bisa bangkit berontak. Sang Aku menuntut peng-aku-an, bahwa ia ada, jangan disepelekan, jangan diabaikan, jangan dipojokkan dan sebagainya. Saat seperti itu bukan Roh Kudus yang berkuasa namun Sang Aku. Roh Kudus yang begitu lentur tidak memaksa, kelihatannya mengalah dan mau saja dipinggirkan.

Dari keempat Injil yang ada, mungkin inilah doa Tuhan Yesus yang paling panjang. Doa yang sering diulang karena begitu pentingnya untuk diraba-rasakan. Tuhan di dalam kita dan kita di dalam Tuhan, seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa. Mungkin ungkapan Jawa “manunggaling kawula lan Gusti” merupakan ungkapan yang diambil dari ajaran-Nya. Entah ajaran tersebut diajarkan melalui siapa, namun sesuai dengan yang dikatakan Tuhan Yesus sendiri dua ribu tahun yang lalu.

Mungkin dalam tahapan tertentu, sewaktu kita ngobrol dari hati ke Hati dengan Tuhan, kita tidak lagi mengucapkan aku dan Engkau. Ucapan tersebut berubah menjadi kita, karena aku di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam aku. Jadi sebenarnya kita tidak pernah sendirian, selama Tuhan beserta kita. Pertanyaannya, percayakah kita bahwa Tuhan selalu beserta kita?

Jika kita percaya dan menyadari hal tersebut, adakah sesuatu yang berubah dalam sikap kita? Yang namanya ngobrol intim dengan sahabat, pasti berbeda dengan berbicara kepada guru, orang tua, apa lagi yang kita hormati. Kedekatan atau keintiman bisa memecahkan tembok basa-basi yang selama ini membelenggu. Segala macam bentuk topeng bisa kita lepaskan dan menjadi merdeka. Sahabat sejati pasti bisa memaklumi akan kekurangan kita, termasuk dalam berbahasa dan tingkah laku. Mungkin agak berbeda apabila dua sahabat tersebut berkumpul dengan orang lain.

Memahami Yohanes Bab 17:11-

17:11. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. 17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. 17:13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. 17:14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 17:15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. 17:16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

Dalam pemahaman penulis, memang dunia ini sebenarnya sudah dikuasai oleh yang jahat. Kita bisa membaca Kitab Wahyu bagaimana Iblis dan kawan-kawan dikalahkan pasukan Mikhael dan dilemparkan ke dunia. Dan akhirnya menjadi penguasa dunia, sampai-sampai Tuhan Yesuspun dicobai agar menyembahnya. Jangan-jangan di setiap tempat mereka bercokol, di laut, di gunung, di lembah, di sungai, di hutan dan di sekitar kita.

Semuanya itu dikatakan di hadapan para murid, agar mereka kuat dan teguh penuh sukacita. Ada suatu kekuatan yang tidak terlihat bahwa Allah akan selalu melindungi dari yang jahat. Mereka tidak akan binasa selamanya kecuali yang memang harus binasa kekal. Semua orang yang dipilih oleh Tuhan akan menjadi anak-anak Allah, bukan menjadi anak-anak dunia lagi.

Masalah jatuh bangun dalam mengarungi peziarahan ini rasanya bisa dimaklumi, sebab pencobaan akan selalu datang bertubi-tubi tanpa henti. Semakin manusia dekat dengan Allah, maka Iblis akan sangat marah dan berusaha keras untuk mempengaruhinya. Namun kita tetap harus bangkit berdiri, melanjutkan pendakian menuju puncak yang kita harapkan. Dalam perjalanan ini kita dituntut untuk selalu waspada dan hati-hati, jangan sampai terperosok ke lembah curam yang menganga, seolah-olah siap memangsa.

Memahami Yohanes Bab 17:1-10

Doa Yesus untuk murid-murid-Nya

17:1. Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. 17:2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. 17:4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. 17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus sedang berbicara kepada Allah Bapa, agar didengar oleh para murid yang sedang berkumpul bersama. Allah Putera di dalam Allah Bapa yang saling mempermuliakan. Allah Putera memberi janji hidup yang kekal kepada semua orang yang telah diberikan kepada-Nya. Para murid diperkenalkan kepada Allah Bapa, satu-satunya Allah yang benar dan Dia sendiri sebagai Allah Putera yang disebut sebagai Yesus Kristus. Sebagi Anak Manusia yang berada di dunia, ditegaskan bahwa kemuliaan yang dimiliki-Nya sudah dari sejak semula, sebelum dunia ada. Dengan kata lain, sebenarnya Dialah Allah itu sendiri, yang sedang berperan sebagai Anak Manusia.

Pada saat itu penulis tidak bisa membayangkan bagaimana kira-kira perasaan para murid yang sedang berkumpul. Kemungkinan yang terjadi bisa bermacam-macam penafsiran, yang berkacamuk tidak karuan. Mungkin kita bisa merasakan apabila kita berbicara dengan seseorang yang keluar dari adat dan kebiasaan. Atau kita mempelajari suatu agama lain yang berbeda. Lho koq begini, mengapa begitu, tetapi terusik juga bahwa di dalamnya ada suatu kebenaran yang universal.

17:6. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. 17:7 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. 17:8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 17:9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu 17:10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
Para murid sepertinya sudah mulai percaya dan yakin bahwa Sang Guru adalah Allah Putera. Dan Sang Guru berdoa bukan untuk dunia, namun untuk mereka yang telah menuruti firman Allah. Siapapun yang menuruti firman Allah dan melakukannya menjadi milik Allah. Mereka sudah dibebaskan dari belenggu dunia dan dijadikan anak-anak Allah. Milik Allah Bapa sama juga milik Allah Putera karena Dia-Dia juga, Yang Tunggal dan tidak bisa dipisahkan.

Memang kelihatannya secara nalar sulit dicerna, Allah Bapa mengutus Allah Putera dan kemudian mengutus Roh Kudus-Nya. Sepertinya Allah Bapa berbeda dengan Allah Putera, demikian juga dengan Roh Kudus. Mungkin kita pernah melihat film atau membaca cerita, bagaimana seorang yang sakti bisa memperbanyak badannya sehingga lawan menjadi bingung. Kemudian cerita “ngrogoh sukma” dimana roh seseorang dengan kesaktiannya bisa keluar dari tubuhnya dan mengembara.

Lha kalau cerita dongeng tersebut bisa terjadi dan dilakukan oleh manusia, apalagi Allah yang Mahakuasa. Karena semua yang ada di alam raya ini milik dan ciptaan-Nya, maka apapun dapat diperbuat oleh Allah, diluar kemampuan ilmu dan teknologi. Bagi Allah, segalanya mungkin, tidak ada lagi batas, ruang dan waktu yang menghalangi.

Rabu, 14 April 2010

Memahami Yohanes Bab 16:16-33

Dukacita yang mendahului kemenangan

16:16. "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku." 16:17 Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?" 16:18 Maka kata mereka: "Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya."
16:19 Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? 16:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. 16:21 Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. 16:22 Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.

16:23. Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. 16:24 Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. 16:25 Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. 16:26 Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, 16:27 sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. 16:28. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa."
16:29 Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. 16:30 Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."
16:31 Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? 16:32 Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. 16:33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."


Jika kita membayangkan kejadian pada waktu itu, mungkin kitapun akan bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Tuhan Yesus berkata tentang segala hal yang belum terjadi dan penuh kiasan. Bagaimana caranya untuk mempercayai bahwa yang dikatakannya begitu samar-samar dan semuanya akan terjadi. Mungkin karena Tuhan Yesus cenderung lebih ke kehidupan rohani, dari pada kehidupan jasmani. Sedangkan dalam benak kita lebih mengutamakan yang jasmani dan duniawi.

Mungkin sekarang ini kita bisa memperkirakan bahwa tinggal sesaat lagi Tuhan Yesus akan ditangkap, diadili dan dihukum mati di kayu salib. Waktunya sudah begitu mendesak maka dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Betapa para murid akan diliputi kesedihan karena ditinggal oleh Sang Guru, bagaikan anak ayam yang tanpa induk. Mereka akan tercerai berai ketakutan dan bersembunyi, meninggalkan Sang Guru sendirian. Para musuh tidak akan menghiraukan mereka, toch mereka hanya orang biasa yang tidak mempunyai kepandaian apa-apa.

Jika waktunya sudah tiba ketika Tuhan Yesus bangkit, maka para murid akan bersukacita, karena Sang Guru telah mengalahkan maut. Keyakinan mereka akan semakin tebal bahwa Sang Guru betul-betul Allah sendiri, yang tidak perlu diragukan lagi. Dalam kenyataannya kematian hanya suatu sarana untuk menuju kepada kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus. Mereka akan bertemu lagi dengan Tuhan Yesus yang sudah dimuliakan dengan penuh sukacita, walaupun hanya sesaat, sebelum naik ke surga.

Pada saatnya mereka akan berdoa kepada Allah Bapa di dalam nama Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat. Kita juga akan mengikuti mereka sewaktu berdoa kepada Allah Bapa di sorga. Di dalam nama-Nya kita boleh memohon apapun yang berhubungan dengan rohani kita. Dalam perjalanan waktu, yang mungkin tanpa disadari, lama kelamaan kita memohon segala macam, termasuk kemewahan dan kenikmatan duniawi. Bahkan tidak jarang seolah-olah Allah kita jadikan pelayan pribadi. Kita suruh menyembuhkan, dilain waktu kita suruh jadi pembisik ujian, melancarkan rezeki dan masih banyak lain lagi.

Sekali lagi Tuhan Yesus mengingatkan bahwa para murid akan mengalami penganiayaan dan penderitaan. Bukan kenikmatan dan kemewahan duniawi yang akan mereka alami, dan semuanya itu akan diterimanya dengan penuh sukacita. Perasaan damai dan sejahtera yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Kemewahan duniawi hanya bisa dinikmati sekejap saja bagaikan orang yang mampir ngombe, mampir minum. Sedangkan kemuliaan sorgawi akan dinikmati sepanjang waktu tanpa akhir.

Jika gurunya, Allahnya saja bersedia dengan rela menerima penganiayaan yang begitu hebat, apa yang akan dialami para murid pasti tidak akan semenderita itu. Kesengsaraan atau penderitaan yang kita alamipun sebenarnya masih tidak seberapa jika dibandingkan dengan mereka. Namun seringkali kita tidak siap menerima duka nestapa yang kita alami. Kalau bisa masih ingin mencari kambing hitam untuk kita salahkan, yang menjadi gara-gara kita menderita.

Jika kita melihat secara matematik, sepertinya dukacita dan sukacita bagaikan garis lurus. Tinggal dimana kita menentukan titik nol sebagai pembatas antara dukacita dan sukacita tersebut. Jika sukacita kita anggap positif, maka dukacita adalah sukacita yang bernilai negatif yang akhirnya semuanya adalah sukacita. Disinilah mungkin kita baru bisa mensyukuri segala hal yang harus kita alami di dunia ini.

Sebenarnya kita tidak pernah sendirian apabila kita berpegang kepada Allah. Allah selalu beserta kita seperti Anak Manusia yang tidak sendirian walau ditinggalkan oleh para muridnya. Dalam Dia maka kita akan memperoleh damai sejahtera yang sulit untuk dirangkaikan dengan kata-kata. Tinggal seberapa besar kasih kita, seberapa kenal dan dekat kita dengan Allah itu sendiri. Semakin besar kasih kita kepada-Nya, maka semakin terasalah nilai damai sejahtera itu di dalam diri kita masing-masing.

Memahami Yohanes Bab 16:4b-

Pekerjaan Penghibur

(16-4b) "Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu, 16:5 tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? 16:6 Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. 16:7. Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. 16:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; 16:9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; 16:10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; 16:11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
16:12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. 16:13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. 16:14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. 16:15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."


Kembali dalam pemahaman penulis, Allah Yang Tunggal, Yang Ada sebelum segalanya ada. Dia menjilma menjadi manusia dan kita kenal sebagai Allah Putera. Allah Putera pada waktunya kembali ke sorga dan menyatu menjadi Allah Bapa. Roh-Nya tetap bersama kita dan kita kenal sebagai Roh Kudus yang berkarya sepanjang segala abad. Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus ya Allah sendiri, Yang Tunggal, Yang Ada. Namun selama berperan sebagai Anak Manusia, Dia harus mengatakan bahwa semuanya dari Allah Bapa. Mungkin kalau kita lambangkan sebagai sebuah bentuk bola yang bersinar terang, bola tersebut bagaikan beranak yang bentuk dan ukurannya sama besar tidak ada bedanya serta bisa beranak lagi menjadi tiga. Jika bola tersebut menyatu kembali ukurannya tidak berubah. Satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu. Gambaran bola bundar karena tidak ada ujung pangkalnya, dilihat dari manapun akan tetap sama dan tidak berubah.

Pemahaman selanjutnya, Selama Tuhan Yesus masih berperan sebagai Anak Manusia, maka Roh Kudus berada dan bersatu dengan diri-Nya. Roh Kudus akan berkarya ke dalam diri manusia, ketika Tuhan Yesus sebagai Allah Putera kembali ke dalam Kerajaan Allah. Allah Yang Esa bisa berperan sebagai Allah Bapa, sebagai Allah Putera maupun sebagai Roh Kudus.

Lho, koq bisa begitu? Ya suka-suka Allah! Dia kan Mahakuasa, yang bisa berbuat apa saja, sesuai dengan kehendak-Nya. Tinggal kita bisa mempercayainya atau tidak, bahwa memang Dia begitu Mahasegalanya. Sering kali manusia dicelikkan dan dibuat terheran-heran, karena segalanya mungkin bagi Tuhan.

Dengan kelemahan kita yang begitu manusiawi, tidak jarang Allah sepertinya kita atur harus begini dan begitu menurut kemampuan kita. Kalau bukan begini dan begitu, maka kita menjadi tidak percaya atau meragukan bahwa itu karya Allah. Padahal kita sudah diingatkan berkali-kali, untuk melihat buah-buah yang dihasilkan. Buah-buah Roh Kudus pasti berisi kasih, kebenaran dan kebaikan agar Allah dipermuliakan. Roh Kudus akan selalu menyentuh kita agar tidak lupa akan tiga hal penting, dosa, kebenaran dan penghakiman.

Kita semua bisa merasakan bahwa dosa begitu menarik bagaikan magnet yang begitu kuat. Tanpa kita sadari daya tariknya begitu berpengaruh yang dapat membuat lupa daratan. Kuasa dosa bagaikan ahli hukum yang selalu mempunyai argumentasi, alasan untuk pembenaran diri. Dosa hanya bisa ditolak oleh kebenaran, karena kebenaran berasal dari Allah sendiri. Kebenaran tidak mengenal dusta karena begitu sederhana, tidak macam-macam. Terjadilah perang batin yang hebat antara dosa dan kebenaran. Jika kita berpegang kepada Roh Kebenaran maka dosa bisa dikalahkan.

Namun sebaliknya, jika kita tetap berpegang kepada dosa yang menawarkan dunia sesaat, kita akun jatuh ke dalam lembah dosa itu sendiri. Kebenaran tidak bisa ditipu dan menipu, namun dosa penuh dengan kebohongan dan tipu daya.

Sampai pada saatnya, kita tidak akan bisa lagi melakukan perbuatan dosa atau kebenaran. Saat itu adalah kiamat pribadi dimana kita dipanggil oleh Yang Empunya. Kita bagaikan dihadapkan kepada Sang Hakim dalam pengadilan. Itulah penghakiman yang mau tidak mau harus kita terima. Sang Hakim akan memutuskan dengan adil, apakah kita bebas dari hukuman, dihukum beberapa waktu atau dihukum sepanjang masa. Semuanya diserahkan kepada kita karena kita diberi kebebasan untuk memilih dengan segala macam risikonya. Risiko di dunia ataupun risiko di akherat.

Satu hal sebenarnya yang menyejukkan kita, yang masih memberikan pengharapan. Selama kita masih hidup di dunia ini, Allah masih mengharapkan kita untuk berubah dan bertobat jika ingin menerima keselamatan. Tidak ada kata terlambat sampai detik-detik mendekati akhir, jika kita ingin berbalik arah dari kedosaan menuju kebenaran. Mungkin itulah salah satu kehebatan Allah yang begitu mengasihi umatnya yang suka berontak ini. Kasih-Nya betul-betul tak terselami, tak terukur oleh akal kita.

Memahami Yohanes Bab 16:1-4

Bertekun

16:1. "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. 16:2 Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. 16:3 Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. 16:4 Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu."

Secara tidak langsung Tuhan Yesus sepertinya sudah bernubuat untuk para murid-Nya. Mereka akan mengalami penganiayaan bahkan pembunuhan karena menjadi saksi Kritus. Semuanya dikatakan agar mereka tidak kaget, namun menerima apapun yang akan terjadi dengan penuh sukacita. Mungkin mereka malah bisa bersyukur karena pintu sorga terbuka, dan mereka merindukan sekali untuk segera bisa bertemu dengan Sang Guru di alam kemuliaan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita bercerita tentang seseorang yang kita anggap mempunyai kelebihan dan terkenal. Mungkin sedikit banyak ada rasa kebanggaan apabila kita pernah bertemu, mendapat senyumannya, bersalaman bahkan bisa photo bersama. Tidak kita pungkiri mungkin dengan penuh bangga kita akan bercerita bahwa kita sudah kenal dengan seseorang tersebut. Kita lupa bahwa jangan-jangan si public figure ini tidak mengenal kita dengan baik. Semua yang dilakukan mungkin hanya menarik simpati demi ketenaran dan agar disukai masyarakat.

Dalam bercerita tersebut, mungkin dengan penuh dramatik seakan-akan kita betul-betul mengenalnya. Apalagi jikalau para pendengar memperhatikan dengan penuh minat ingin tahu. Perasaan hati kita akan berbunga-bunga, seolah-olah kita kecipratan ikut terkenal, walau hanya di kelompok yang kecil. Mungkin kita akan bingung jika dicecar dengan banyak pertanyaan, diluar pengetahuan kita. Yang berbahaya adalah jika tidak berterus terang, memberi penjelasan yang jangan-jangan kebablasan malah membual.

Demikian juga dengan Allah, banyak orang bercerita mungkin dengan berbusa-busa bahwa sudah mengenal-Nya. Allah yang Mahatinggi dan tak terjangkau digambarkan atau diibaratkan sedemikian rupa, termasuk dimana tempat tinggal-Nya. Tempat Dia bersemayam yang kita kenal dengan istilah sorga, digambarkan bermacam-macam yang mungkin bisa kita bayangkan sesuai pengalaman hidup kita.

Jika ditanya bagaimana jalan ceritanya sehingga bisa berkenalan dengan Allah dan tahu tempat tinggal-Nya, penulis merasa yakin bahwa sebagian besar orang akan berkata bahwa semua itu “katanya.” Mungkin akan berbeda dengan jawaban orang yang merasa pernah disapa oleh Tuhan sendiri.

Mungkin kita ingat bagaimana Filipus berkata agar diperkenalkan dengan Allah Bapa yang di kerajaan sorga. Dan kita juga membaca bagaimana jawaban Tuhan Yesus yang tidak lain adalah Allah Putera. Jika Tuhan Yesus saja tidak dikenal dan tidak dipercaya, apalagi para pengkut-Nya yang hanya bisa bersaksi dan bercerita. Mungkin hanya sentuhan Roh Kudus saja yang bisa merubah seseorang untuk menjadi percaya.

Dari awal sudah dikatakan Tuhan Yesus, bahwa para penganiaya tersebut menyangka telah berbuat bakti kepada Allah. Padahal Allah melalui utusan-Nya selalu mengajarkan kasih dan kasih. Sepuluh perintah Allahpun berisi kasih kepada Allah dan kepada sesama. Menganiaya apa lagi membunuh jelas bertentangan dengan kasih itu sendiri. Terus allah yang bagaimana yang telah merestui perbuatan melawan kasih itu? Paling-paling akan dikemukakan referensi-referensi yang bisa menguatkan perbuatan tersebut.

Dalam permenungan pribadi, penulis lebih sering bingung dan tidak mengerti mengapa selalu terjadi peperangan dan pembunuhan. Apalagi dalam peperangan tersebut semuanya mengaku sebagai pemeluk agama, dan sebagai umat Allah. Dimana kekeliruannya? Penulis pribadi merasa yakin bahwa semuanya pasti melakukan pembenaran diri dengan berbagai alasan. Repotnya kalau sudah memproklamirkan diri sebagai yang paling benar. Hampir tidak ada yang mau menyangkal dirinya sendiri. Mungkin jika dicari akar permasalahan awal, jangan-jangan sebenarnya karena ketersinggungan, keserakahan, ingin diakui keberadaannya, kebencian karena diajarkan, direndahkan dan dijajah dan sebagainya. Semua tidak ada hubungannya dengan ajaran Allah yang Mahakasih, Allah yang Mahapengampun. Kasihan Allah jika Nama-Nya dibawa-bawa hanya untuk keyakinan diri bahwa telah direstui oleh-Nya. Padahal ada ajaran “jangan mengucapkan nama Allah dengan tidak hormat.”

Rasanya akan lebih konyol lagi apabila dikatakan atau diajarkan, menganiaya bahkan membunuh pengikut Kristus upahnya sorga. Mengejar-ngejar pengikut Kristus berarti berbakti kepada Allah. Pertanyaannya, mengapa yang mengatakan atau yang mengajarkan tersebut tidak turun tangan sendiri, kan upahnya sorga. Sorga kan dambaan dan harapan semua orang yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Jika sorga menjadi dambaan terakhir, mestinya saling berebut melakukan bakti kepada Allah.

Mungkin hal inilah yang harus kita renungkan dan kita resapi, kemudian kita diajar untuk semakin bertekun mendoakan siapapun yang memusuhi kita. Jika kita berdoa Bapa Kami secara pribadi, mungkin setiap bahkan sepotong kalimat yang kita daraskan harus dihayati secara pelan-pelan. Doa Bapa Kami bukan doa yang gampang dan sepele, jika kita konsentrasi dengan sepenuh hati, jiwa dan akal budi kita. Doa pakem tersebut hanya mudah di bibir saja, namun sangat sulit jika melibatkan yang dari dalam hati dan jiwa.

Penulis harus jujur mengakui bahwa berdoa Bapa Kami dan Salam Maria secara pribadi, selalu keluar dari pakem yang ada. Dan rasanya itu sah-sah saja karena memang berat. Pernah suatu ketika dalam doa Bapa Kami sampai di :”Dan ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun ......sedang berusaha mengampuni yang bersalah kepada kami. Maaf Bapa. Dst.” Di lain waktu berubah lagi :”Sebentar Bapa, kami akan mengingat dahulu siapa saja yang pernah menyakiti hati kami. ........... . Ya Bapa, saat ini kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami dst.”