Minggu, 07 Agustus 2011

4 Agustus 2011

4 Agustus 2011

Hari Kamis sore aku menjemput pak Pudjono yang baru datang dari Yogyakarta. Rumahnya menyala namun kosong, maka aku menunggu beberapa saat. Kemudian aku mampir ke rumah pak Siahaan, dan ternyata pak Pudjono sudah ada di sana. Kami ngobrol beberapa saat dan membicaraakan Leo yang menunggu pengumuman hasil test untuk masuk ke STPDN. Aku katakan bahwa yang paling penting adalah mempersiapkan diri menghadapi hasil yang paling jelek.

kemudian aku bertanya ke pak Pudjono bahwa di Bandung sedang muncul issue tentang bukit Lalakon di Soreang. Ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa bukit Lalakon itu seperti piramida, yang lebih besar dari yang di Mesir. Pak Pudjono mencoba menerawang dan ada jawaban yang kurang lebih :”Bukit Lalakon kuwi jenenge gunung Trapsilo kanggo semedi. Kuwi gunung sing alami, dudu gaweane manungsa. Bongkahane kae jenenge bongkahan Hadar.”  Kami tidak tahu apa arti hadar disini, apakah dari bahasa Sunda atau bahasa lain.

Kemudian kami bertiga berangkat ke rumah pak Mardayat untuk berkumpul dengan yang lain. Yang datang pak Abraham, pak Sumeri, bapak ibu Yohanes Asngadi, pak Yohanes BP, pak Bangun, mas Sugeng, mas Agus Budianto dan pak Slamet.

Kami ngobrol ngalor ngidul, dan berkisar pukul 21.00 aku memimpin doa pembuka, mengucap syukur. Semoga yang kudus dari sana berkenan hadir menemani kami.
Simbol yang terlihat adalah bulus, kemudian spt tulisan “on,”  meja untuk menerima tamu dalam suasana lesehan. Setelah itu ada simbol mahkota raja, payung, dan sumur. Tidak ada suara apapun yang menyertai simbul-simbul tersebut. Kemudian terlihat simbul jago warna hitam.

Beberapa saat kemudian pak Pudjono mengatakan bahwa terlihat seseorang yang masih muda berjubah, kepala memakai sejenis sorban ubel-ubelan, membawa tongkat yang diletakkan di pundak. Sewaktu kami tanyakan, ada jawaban :”aku Bapa Maha Guru. Jenengku Bapa Sinar Kamulyan. Sinar kamulyan kanggo Durpa. Mulya-mulyane urip, isih mulya wong kang permana.”

Aku malahan yang diminta untuk menjabarkan makna kata-kata tersebut kepada yang lain. Dalam batinku, nama tersebut sepertinya lebih cenderung bahwa yang berkata adalah Tuhan Yesus sendiri.

Kemudian terlihat simbul gagang telepon dan ada suara :”Gusti saiki rawuh, sembahen nganggo caramu dhewe-dhewe, lan dongaa dhewe-dhewe.”

Setelah itu pak Pudjono mendengar suara :”Praptaning Gusti ora kanggo kowe kabeh, ananging mung kanggo Darmono. Darmono, mula endang ngadega, wulangen.”

Aku kaget setengah mati, karena aku sedang berdoa mengaku dosa yang mengakui sebagai anak yang bandel. Aku mengakui bahwa nyatanya masih sering berlari kemana-mana, dan malah menjauh dari kehendakNya.
Aku berdoa mohon bantuannya, agar Tuhan sendiri yang berkata melalui aku. Rasanya aku mengulang ajaran yang baru saja kami terima, bahwa dalam hidup ini harus selalu eling dan waspada, setiti ngati-ati menghadapi kehidupan. Hal ini sepertinya berkaitan dengan bahasa Alkitab, agar kita cerdik seperti ular namun tulus seperti merpati. Yang jelas aku tidak bisa mengingat semuanya, apa yang aku katakan.

Kemudian pak Sumeri mendapat perintah :”Marak a.” dan pak Semeri berdoa dengan berlutut.

Tuhan hadir pasti membawa karunia bagi kami semua, yaitu sinar kamulyan. Malam itu kami tanyakan kira-kira karunia apa bagi kami masing-masing.
Pak Slamet  à yang terlihat buku tebal seperti alkitab
Pak Pudjono à yang terlihat neker/ kelereng berwarna transparan
Pak Abraham à yang terlihat bibir
Aku à yang terlihat tangan menjulur, yang memberkati
Pak Yohanes BP à yang terlihat seperti memandikan (nggrujugi) orang
Pak Yohanes Asngadi à yang terlihat seperti meteran panjang
Bu Asngadi à yang terlihat mawar putih
Pak Bangun à yang terlihat adalah akal atau pikiran
Mas Sugeng à suara “becike ora dhisik.”
Pak Siahaan à yang terlihat juga buku
Pak Sumeri à yang terlihat juga buku tertutup namun terbalik
Mas Agus Budianto à buku Perjanjian Baru namun masih tertutup
Pak Mardayat à yang terlihat sampur atau selendang warna kuning

Sekali lagi aku diminta untuk menjabarkan sinar kamulyan tadi secara garis besarnya, biarlah masing-masing mencoba merenungkannya, yang bisa disesuaikan dengan hati masing-masing.

Kemudian kami istirahat sambil ngobrol, karena nyonya rumah menyediakan mie rebus buat kami semua.

Berkisar pukul 22.45 pak Pudjono melihat ada orang yang bersila sedang memegang seperti bola berwarna transparan. Kemudian bola tersebut dilemparkan kepada kami masing-masing dan orang bersila tersebut menghilang. Bola transparan yang masih kosong tersebut kira-kira akan diisi apa oleh kita masing-masing.
Pak Pudjono mencoba melihat dari setiap bola yang ada di kami. Pak Pudjono sendiri melihat bahwa dalam bolanya terlihat seperti tangan yang bersalaman.
Pak Slamet à bola tersebut masih dilihat- lihat dan ditiup-tiup, bola masih kosong
Pak Abraham à bola diangkat diatas kepala dan berisi seperti rumah adat
Aku à katanya bola berisi banyak sekali sampai penuh dan bermacam-macam
Pak Yohanes BP à bola dimasukkan ke dalam perut di balik baju
Pak Yohanes Asngadi à bola dicium-cium, malah mau dibelah tetapi tidak jadi
Bu Asngadi à bola dibawa tidur dan dilela-lela/ ditimang. isinya seperti jelly
Pak Bangun à bola malah disodorkan kepada orang lain yang cenderung memaksa
Mas Sugeng à masih muter-muter, belum tertarik kepada bola tersebut
Pak Siahaan à bola diletakkan di bawah ketiak
Pak Sumeri à dengan heran bola diteliti dan dikatak-katik
Mas Agus Budianto à bola diletakkan di atas meja
Pak Mardayat à bola dipotong dibagi dua dan sedang dilihat apa isinya.

Kembali aku diminta untuk mencoba menjelaskan makna dari gambaran tersebut dan biarlah masing-masing juga mencoba menterjemahkannya.

Kemudian kami ngobrol kembali dan berkomentar. Pak Bangun bercerita panjang lebar tentang pengalaman mendalami segala macam kitab suci dan kaitannya.

Berkisar pukul 01.00 hari Jumat pagi, pertemuan ditutp dengan doa bersama, mengucap syukur atas segala pengajaran pendek, yang sebenarnya bermakna dalam sekali. 

Senin, 19 April 2010

Memahami Yohanes

Kata Pungkasan

Demikianlah yang penulis pahami, walaupun masih banyak tanda tanya besar. Semakin membaca untuk memahami semakin berkembang tanpa batas. Bagaikan minum anggur yang membuat semakin haus dan kemudian memabukkan. Dalam kemabukan mungkin membuat menjadi lepas bebas tak terkendali, atau malahan diam sama sekali.

Apabila menuruti hati untuk terus memahami, maka tulisan inipun tidak pernah akan selesai. Setiap saat pemahaman bisa bertambah sesuai bergulirnya waktu, tergantung dari sudut mana kita akan mengacu. Biarlah orang lain yang menambah dan mengurangi, atau malahan berhenti hanya di dalam mimpi. Mungkin hierarki bisa memberikan pencerahan apabila penulis dirasa kebablasan.

Sampai saat inipun penulis masih merenungkan hukum kasih yang gampang-gampang sulit. Masih mencoba menghayati penyangkalan diri yang sering berbelit-belit. Semoga Tuhan Yesus bisa memaklumi apabila penulis belum terlepas dari rantai pembenaran diri. Tidak ada yang perlu disimpulkan karena sang benang terurai lepas kemana-mana. tanpa batas.

Memahami Yohanes Bab 21:24-25

Kata penutup

21:24 Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. 21:25 Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Dalam penutupnya Yohanes ingin menekankan bahwa sebenarnya ajaran Tuhan Yesus begitu banyak. Yang tertulis dalam kitab ini hanya sebagian saja karena tidak semuanya dihafal dan diingat. Mungkin inilah hal-hal penting yang perlu diketahui oleh banyak orang. Hal-hal penting berarti bukan cerita secara urut dari awal sampai akhir. Kemungkinan besar ceritanya tidak berurutan, sesuai tanggal bulan dan tahun.

Mungkin Yohanes ingin menegaskan bagaimana para murid sendiri berproses dari sedikit demi sedikit. Mereka tidak langsung bisa percaya bahwa Gurunya adalah Allah sejati. Mereka sepertinya dituntun selangkah demi selangkah dengan berbagai tanda dan ajaran, sehingga iman berproses sedikit demi sedikit. Pada saatnya mereka betul-betul mengimani, mengasihi dan bersedia melayani Tuhan Yesus sampai mati

Untuk menyejukkan hati, kitapun tidak usah ragu dan bimbang apabila kita jatuh bangun dalam mengimani Tuhan Yesus sebagai manusia dan Allah. Selama kita masih hidup, kita masih bisa berproses untuk menjadi lebih baik dan benar. Tangan Tuhan selalu terbuka untuk segera memeluk kita masing-masing. Dia menunggu tanpa bosan-bosannya, kapan kita mau datang menemui dan berserah diri kepada-Nya. Kerahiman-Nya tak terhingga yang tidak akan terselami oleh manusia.

Memahgami Yohanes Bab 21:20-

Murid yang dikasihi Yesus

21:20. Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?" 21:21 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" 21:22 Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku." 21:23 Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu."

Sebagai orang yang mendapat perintah khusus sebagai penggembala domba, Petrus mencoba bertanya tentang nasib Yohanes dan mungkin juga sahabat-sahabat yang lain. Jawaban Tuhan Yesus yang mungkin tidak begitu jelas membuat para murid yang lain geger. Yohanes tidak akan mati! Padahal dikatakan “jikalau” yang mungkin dapat diterjemahkan bermacam-macam.

Dalam benak penulis menduga-duga, Yohanes Penginjil menuliskan hal ini setelah para sahabatnya khususnya Petrus, sudah meninggal menjadi martir. Segalanya yang sudah terjadi direnungkan dan dikaitkan dengan perkataan Tuhan Yesus sendiri. Mungkin banyak perkataan Tuhan Yesus yang sulit untuk dipahami pada waktu itu, kemudian terungkap setelah semuanya terjadi.

Dalam dongeng yang tersiar tentang para rasul, diceritakan bahwa mereka semua menjadi martir kecuali Yohanes. Para rasul akan mengalami penganiayaan dan penderitaan sewaktu mereka mewartakan kabar sukacita dan keselamatan. Dan akhirnya mereka dibunuh dengan berbagai cara. Yohanes Penginjil sendiri dikabarkan mengalami penganiayaan hebat, namun kehendak Tuhan lain, ia tidak mati. Diceritakan bahwa ia meninggal setelah tua sekali. Mungkin itulah maksud ungkapan yang disampaikan Tuhan Yesus tentang Yohanes.

Satu hal yang dapat penulis tangkap, sepertinya Petrus diajak sendirian oleh Tuhan Yesus. Petrus mendapat wejangan khusus dan hanya dia yang boleh menerimanya. Jika penulis boleh berandai-andai, duabelas rasul terpilih masih dipilih lagi dan diambil tiga orang. Kemudian dari yang tiga orang masih dipilih lagi yang seorang, yang dipersiapkan menjadi pemimpin dari semuanya.

Memahami Yohanes Bab 21:15-19

Gembalakanlah domba-domba-Ku

21:15. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. 21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." 21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Sepertinya percakapan di hari itu agak berbeda dengan biasanya. Simon Petrus yang kelihatannya termasuk orang keras yang mungkin gampang untuk ceplas ceplos mulai berubah. Sepertinya dia menjawab dengan penuh hormat, karena di hadapannya adalah Tuhan Allah sendiri.

Pertanyaan yang sama dan diulang sampai tiga kali pasti membuat bingung, apa maksudnya. Dalam kesesakannya Simon Petrus begitu sedih yang mungkin sampai mengeluarkan air mata. Dia yang seorang nelayan sekarang diminta untuk menggembalakan domba-domba. Dimana domba-domba tersebut, karena Tuhan Yesus datang sendirian tanpa membawa ternak.

Namun kita mungkin bisa memahami bahwa hal tersebut sebagai suatu pertobatan total, untuk berubah melalui perbuatan nyata. Sebelumnya Petrus sudah menyangkal sampai tiga kali demi keselamatan dirinya. Mempertahankan hidup di dunia ini dirasakan lebih penting yang membuahkan ketakutan apabila dihadapkan kepada penderitaan dan kematian. Kita semua hampir tidak siap untuk dipanggil Tuhan, dan menawar jangan sekarang, kalau bisa nanti saja setelah ........ (terserah alasan kita). Jika memang harus dan tidak bisa ditolak, masih menawar jangan sampai mengalami penderitaan dan kesakitan.

Walaupun Petrus sudah menyesali perbuatannya, kelihatannya Tuhan Yesus ingin lebih menegaskan kembali dan ditanya sampai tiga kali. Mengasihi Tuhan Yesus seperti Dia mengasihi kita sampai mati di salib, berarti meniru apa yang telah dikerjakan oleh Sang Guru sendiri. Siap dan berani menghadapi penderitaan dan kematian, bagaikan gembala sejati yang siap berkorban demi domba-dombanya. Petrus diberi wewenang untuk menggembalakan domba-domba yang akan tersebar di seluruh dunia.

Petrus diuji dengan tiga pertanyaan yang maksudnya sama dan inilah yang membuat bingung dan sedih, yang mungkin harus berpikir keras. Penyangkalan tiga kali mestinya belum hilang dari pikiran Petrus. Menyangkal berarti tidak mengakui dan melepaskan ikatan yang selama waktu itu sudah dijalin, antara Guru dan murid. Hubungan kasih dan persaudaraan bagaikan diputuskan oleh satu pihak. Mungkin disinilah Tuhan Yesus yang malah menyambungkan kembali tali kasih yang terputus dengan pertanyaan. Jawaban Petrus menyiratkan bahwa ia siap disambung kembali, masuk ke dalam ikatan tali kasih. Hal tersebut harus dibuktikan secara nyata, malahan diberi wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar.

Ungkapan Tuhan Yesus selanjutnya begitu sulit untuk dipahami, apabila tidak dikatakan oleh Yohanes setelah semuanya terjadi. Petrus akan mengembara untuk mewartakan kabar sukacita ke mana-mana, sampai menyeberangi lautan. Namun pada saatnya dia akan dihukum mati oleh kelompok yang tidak menyukai ajaran Tuhan Yesus. Dia akan pasrah menyerahkan dirinya untuk dihukum, yang mungkin begitu merindukan kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus.

Kelihatannya Simon Petrus dipersiapkan secara khusus untuk menjadi pemimpin sahabat-sahabatnya yang lain. Dia dibawa Tuhan Yesus dan memisahkan diri dari murid-murid yang lain. Mungkin ada suatu pengajaran khusus dan hanya Petrus saja yang tahu.

Memahami Yohanes Bab 21:1-14

Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias

21:1. Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 21:2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 21:5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." 21:6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 21:8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
21:10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." 21:11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 21:12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 21:13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 21:14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.


Kelihatannya Tuhan Yesus tidak setiap hari menampakkan diri kepada para murid-Nya. Para murid sepertinya pulang ke Galilea dan kembali ke pekerjaan semula sebagai nelayan. Mungkin sebagian pulang ke daerah asalnya terlebih dahulu. Tuhan Yesus yang telah bangkit sepertinya bukan seperti dahulu lagi, sebagai manusia sejati. Dia sepertinya sudah dipermuliakan dengan Tubuh yang mungkin begitu misteri. Kadang bisa dilihat, kadang hilang dari pandangan, seturut kehendak-Nya. Dan para murid sudah tidak bisa mengenal-Nya secara langsung. Sepertinya ada perubahan yang begitu misteri, atau jarak pandang yang membuatnya tidak jelas.

Sebagai nelayan yang biasa menjala ikan, namun pada malam itu mereka tidak mendapatkannya. Semalaman menjala tanpa hasil bisa membuat kesal, namun itulah pekerjaannya yang harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Mungkin dalam keputus-asaan mereka mau mendengarkan seseorang yang menyuruhnya melemparkan jala ke kanan perahu. Secara nalar mestinya mereka sudah berbuat seperti itu, entak di kanan perahu ataupun di kiri perahu dan tidak mendapat ikan.

Begitu menarik jala dengan banyak ikan, Yohanes sepertinya langsung menangkap signal bahwa yang berkata itu pasti Tuhan Yesus. Tidak ada seorangpun yang bisa berkata begitu dan terjadi apa yang diucapkannya. Dan mereka sepertinya sudah mulai agak berubah dalam menghadapi Tuhan Yesus. Jika sebelumnya terasa begitu dekat walaupun penuh hormat, namun setelah kebangkitan-Nya, mereka lebih takut dan penuh hormat yang berbeda. Mereka sudah mempercayai bahwa Gurunya adalah Allah sejati, yang harus diperlakukan sedikit berbeda. Mereka menjadi lebih pendiam tidak seperti hari-hari biasanya.

Memahami Yohanes Bab 20:30-31

Maksudnya Injil ini dicatat

20:30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, 20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

Yohanes sudah menjelaskan bahwa tanda-tanda atau mujizat yang dibuat Tuhan Yesus begitu banyak. Saking banyaknya, maka tidak semuanya tertuliskan karena harus diingat satu persatu. Satu hal yang ingin ditekankan Yohanes Penginjil, bahwa Yesus dari Nazaret adalah betul-betul Mesias, Yang Terurapi. Dialah Anak Allah yang turun ke dunia, seperti yang pernah dijanjikan. Siapa yang percaya akan ke-Allahan-Nya hampir dipastikan memperoleh hidup di dalam nama-Nya.

Jadi dalam pemahaman penulis, Injil merupakan kitab kesaksian para saksi mata yang mengalami sendiri, bagaimana Tuhan Yesus berkarya. Bagaimana Tuhan Yesus mengharapkan kita untuk berubah dan melakukan perbuatan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Pada intinya Dia mengharapkan kita untuk saling mengasihi sesama kita, tanpa pandang bulu.

Hukum Kasih yang begitu mudah untuk diucapkan namun sebenarnya cukup sulit untuk dilaksanakan. Rasanya lebih banyak gangguan yang menghalangi, yang disebabkan oleh ego kita masing-masing. Lebih mudah untuk pembenaran diri dari pada penyangkalan diri. Lebih enak membuang salib dari pada memanggul salib. Namun ya itulah hukum Kasih yang harus kita lakukan, walaupun harus melalui proses yang cukup panjang. Belajar dengan niat untuk berubah dan berubah menjadi lebih baik dan benar. Salib dan kasih bukan lagi menjadi beban, tetapi menjadi kebutuhan selama mengarungi kehidupan ini.