Minggu, 29 November 2009

Memahami Matius Bab 12

Bab 12. Hari Sabat, Hamba Tuhan, Beelzebul, tanda Yunus, Roh Jahat, saudara Tuhan Yesus

Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat
12:1. Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. 12:2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." 12:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 12:4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? 12:5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?
Sabat sepertinya bagi orang Yahudi begitu sakral dan dibuat sedemikian rupa dengan banyak aturan. Sabat adalah harinya Yahwe yang kudus, dimana semua orang Yahudi tidak boleh mengerjakan segala sesuatu. Sepuluh Perintah Allah sepertinya dijabarkan ke dalam aturan-aturan yang harus dijalankan oleh umatnya. Mungkin hal ini hampir sama dengan Undang-Undang Dasar yang dijabarkan ke dalam Undang-Undang, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri sampai Peraturan Daerah, malahan sampai Peraturan Desa. Permasalahan akan muncul sewaktu peraturan yang dibawahnya tidak sesuai dengan UUD. Dan kita lebih sering banyak lupanya dengan undang-undang yang paling tinggi, karena terfokus yang lebih kecil yang mungkin lebih sempit dan situasional.

Tuhan Yesus memang begitu mau mengerti dan memaklumi akan kesulitan setiap orang yang sedang susah. Susah dapat bermacam-macam, apakah karena susah tidak dapat makan, susah sedang mengejar sesuatu, susah karena disakiti, dihina atau dianiaya dan yang lainnya. Belas kasih-Nya tidak terukur bagi orang-orang sederhana yang memikul beban dan kuk. Tuhan dapat memaklumi kesulitan dan penderitaan orang, dan Dia lebih bijaksana dengan segala solusi. Namun kita seringkali malah seperti orang Farisi memperbincangkan tentang boleh dan tidak boleh, salah dan benar menurut kaca mata kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering membicarakan orang yang tidak dapat ikut dalam kegiatan komunitas kita. Kita sering menuntut ini dan itu, demi komunitas kita, tanpa mencoba memahami, meraba-rasakan mengapa orang tersebut tidak dapat berpartisipasi dalam komunitas. Kita juga sering lupa bahwa dalam perkumpulan komunitas yang ingin bersatu dalam Tuhan, tetapi karena ingin memaksakan kehendak, malahan muncul perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan perpecahan.

Kita tidak sadar bahwa seringkali kita menjadi orang Farisi, dengan omongan yang dapat menyinggung orang lain, sehingga menjadi patah arang dan malas untuk berkumpul lagi. Kita juga sering seperti imam yang merasa tidak bersalah, bahwa telah berbuat sesuatu yang tidak disadari menyakiti hati orang lain alias dombanya. Atau menjadi imam yang merasa lebih senior, berpengalaman dan akhirnya bertindak menurut selera sendiri, merasa benar sendiri. Lupa akan niat kaul taat, melarat dan selibat.

Ego kesenangan bisa mengalahkan ketaatan yang sudah digariskan. Biasanya penyelewengan itu dimulai dari sedikit demi sedikit, lama kelamaan merasa biasa. Pada kurun waktu tertentu, umat baru malahan akan bingung apabila dikembalikan ke yang sebenarnya, karena sudah merasa terbiasa dengan penyelewengan tersebut. Kita lebih sering lupa bahwa komunitas kita merasa bingung akan tindakan kita yang tidak konsekuen. Masih sering dijumpai dalam perayaan Misa Kudus, buku pedoman Tata Perayaan Ekaristi tidak dilaksanakan dengan konsekuen. Doa presidensial yang menjadi hak imam, didaraskan bersama-sama umat. Yang awam ini senang karena merasa dilibatkan dan sudah menjadi kebiasaan sebelumnya. Jelas banyak alasan yang bisa disampaikan oleh sang imam, dan umat awam ini hanya bisa bertanya dalam hati :”Yang betul yang mana? Atau semuanya baik?” (Kan.907)

12:6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. 12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. 12:8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Secara tidak langsung Tuhan Yesus sudah menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan Allah. Sang Raja segala raja yang bersemayam dalam Bait Allah sendiri, Tuhan atas hari Sabat. Mungkin inilah yang membingungkan orang Yahudi pada waktu itu. Belum pernah ada ajaran yang seperti itu yang tertulis dengan jelas. Banyak ungkapan, kiasan, perumpamaan, simbol-simbol yang harus dijabarkan dan ditafsirkan. Pada kenyataannya tidak semudah apa yang kita pikirkan, sebelum kita mempelajari dan mendalami dengan benar. Pasti pada zaman tersebut juga sudah banyak orang-orang ahli menurut ukuran pada waktu itu. Repotnya, Tuhan Yesus sendiri malahan berkata bahwa hal tersebut tertutup bagi orang pandai dan bijaksana.

Kita bisa membayangkan kalau kita mengalami suatu kejadian yang begitu hebat menurut kita, kita alami, kita rasakan dengan nyata namun sulit membuktikan, bagaimana cara mengungkapkannya. Terus kita datang kepada seseorang yang kita anggap ahli dan kita bertanya tentang pengalaman tersebut. Jangan-jangan komentar dan nasihatnya tidak pernah sesuai dengan harapan kita, atau malahan kita dibuatnya semakin bingung.

Penulis merasa yakin bahwa jika ada suatu misteri yang belum terbuka, sulit dibuktikan melalui panca indera dan nalar kita, pasti Tuhan sendiri akan membukakan misteri tersebut kepada seseorang yang dikehendaki-Nya, dengan cara yang misteri juga. Disinilah bisa terjadi perdebatan panjang, karena otak kita sudah diisi dengan ajaran, pengetahuan yang sudah menempel bagaikan dogma tak terbantahkan. Bisa jadi paradigma baru tersebut bisa diterima, setelah melewati satu generasi. Untuk hal yang natural mungkin lebih mudah, melalui pembuktian-pembuktian ilmiah. Bagaimana dengan supranatural yang begitu sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata?

Mungkin kita bisa bertanya kepada hierarki, bagaimana asal muasal Bunda Maria ditetapkan sebagai perawan suci yang tak bernoda, naik ke surga dengan jiwa dan raganya? Pasti ada sejarahnya, entah itu secara natural ataupun supranatural dan kesepakatan. Semua orang pasti tersentak dan tidak percaya apabila penulis yang mengatakan, :”Memang, Bunda Maria menampakkan diri kepada kami dan bercerita bahwa Dia turun dari surga sebagai perempuan tak tercela secara misteri. Pada waktunya Dia naik ke surga dijemput Puteranya Tuhan Yesus, jiwa dan raganya. Tidak ada seorangpun yang tahu kejadian tersebut.” Jangan-jangan penulis langsung dicap macam-macam, yang menyalahi ajaran gereja. Terus penulis menambahi cerita, :”Pada bulan Agustus pada waktu itu Bunda Maria turun kedunia melayang-layang (nganglang jagad) mencari orang-orang yang suci. Banyak orang di Eropa yang melihat pada waktu Bunda melayang-layang.”

Selanjutnya, Tuhan Allah yang menghendaki agar berbelas kasihan kepada sesama, apalagi bagi yang menderita. Bagi Tuhan Yesus belas kasihan menjadi patokan utama, bukan kurban atau persembahan. Belas kasihan adalah suatu perbuatan yang didasari oleh gerak hati meraba-rasakan dan memaklumi akan keadaan orang lain. Selanjutnya, karena tergerak hatinya tadi, maka timbulah niat untuk melakukan sesuatu bagi kepentingan orang lain tersebut. Jadi belas kasihan adalah perbuatan nyata yang dapat “dirasakan” oleh orang lain yang membutuhkan. Belas kasihan tidak mesti berbentuk materi, karena perbuatan nyata dapat saja berupa tenaga, bantuan, nasihat, pertolongan, doa dan puasa atau cara lainnya. Persembahan kepada Tuhan sepertinya tidak menjadi begitu penting karena Tuhan sudah Maha Kaya. Yang lebih penting adalah perbuatan belas kasihan bagi mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Itulah persembahan nyata melalui perbuatan yang tidak diembel-embeli pamrih. Mungkin persembahan yang paling baik bagi Tuhan adalah apabila kita bisa membawa satu jiwa saja kepada-Nya. Tanpa gerakan hati yang tulus, jangan-jangan kita akan terjebak ke dalam pilihan menyalahkan orang yang tidak bersalah atau belum mengerti.

Penulis pernah ikut mengalami sewaktu ada keluarga kaya dan terpelajar membutuhkan bantuan. Pada saat itu penulis beranggapan bahwa mereka sedang menderita dan perlu dibantu. Kenyataannya yang membantu pada waktu itu orang biasa dan sederhana. Bantuan yang dapat diberikan adalah siraman rohani yang meneguhkan dan doa. Jadi, orang miskin harta benda dan tidak sekolahan-pun masih bisa berkarya melakukan perbuatan belas kasihan. Jelas untuk itu yang miskin dan tidak sekolahan ini memiliki modal rohani yang diakui oleh yang membutuhkan.

Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat
12:9 Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. 12:10 Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. 12:11 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? 12:12 Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat." 12:13 Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain.
Tuhan Yesus lebih menegaskan lagi bahwa perbuatan yang baik dapat dilakukan kapan saja, di mana saja tanpa harus ditunda. Tuhan Yesus mendobrak aturan yang sudah berlangsung lama, karena dianggap tidak sesuai dengan inti perintah Tuhan. Kita ditantang, apa yang harus kita lakukan lebih dahulu, menolong orang yang sedang ditimpa bencana dan menyangkut nyawa, atau pergi ke gereja dahulu untuk berdoa karena kewajiban orang Kristen? Jangan-jangan kitapun sama dengan orang Farisi yang lebih menonjolkan tradisi yang kita buat, daripada berbuat baik kepada sesama yang membutuhkan.

Coba kita lihat lima perintah Gereja. Sudah mengerti dan pahamkah kita dengan perintah tersebut? Pekerjaan apa yang dilarang pada hari Minggu dan hari raya yang disamakan hari Minggu? Bagaimana dengan orang-orang yang mata pencahariannya identik dengan pekerjaan yang dilarang?

Pengalaman hidup yang tidak terlupakan, sewaktu penulis bekerja di Jakarta. Suatu ketika setelah turun dari bus kota, penulis masih harus berjalan beberapa saat untuk mencapai kantor tempat penulis bekerja. Karena hampir terlambat masuk kerja, Penulis dengan terpaksa harus melewati seorang laki-laki setengah baya yang kelihatan menahan kesakitan di pinggir jalan. Perang batin antara disiplin kerja dan belas kasihan begitu hebat berkecamuk di dalam hati. Akal budi pada waktu itu menang dan mencari alasan bahwa pasti akan ada orang lain yang berhati mulia mau menolong orang tersebut. Komitmen disiplin waktu pada jam kerja menjadi alasan untuk pembenaran diri. Pengalaman tersebut sepertinya tidak pernah hilang dan kelihatannya memang Tuhan seperti mengingatkan, bahwa itu pelajaran berharga bagi rohani penulis. Tuhan, ampunilah aku yang berdosa ini.

Kelihatannya ada tradisi Yahudi bahwa orang tidak boleh bekerja pada hari Sabat (Sabtu). Hari Sabat dimulai hari Jumat pukul 18.00 sampai hari Sabtu pukul 18.00. Pekerjaan apapun dihindari, dan yang penulis alami di Israel, termasuk lift di hotelpun akan naik turun, membuka dan menutup secara otomatis di setiap lantai, agar orang tidak perlu bekerja menekan tombol di lift. Jadi harus sabar kalau kita tinggal di hotel di lantai paling atas. Mulai hari Jumat petang sampai Sabtu petang hampir tidak ada seorangpun penganut agama Yahudi yang bekerja. Pekerjaan memasakpun pasti sudah dilakukan sebelum waktu Sabat tiba. Toko atau rumah makan yang buka pasti bukan dari kelompok agama Yahudi.

Yesus hamba Tuhan
12:14. Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. 12:15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. (12-15b) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 12:16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, 12:17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 12:18 "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. 12:19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. 12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. 12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."

Yesus dan Beelzebul
12:22. Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. 12:23 Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: "Ia ini agaknya Anak Daud." 12:24 Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan." 12:25 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. 12:26 Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? 12:27 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 12:28 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Orang banyak dan orang kebanyakan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Daud, namun orang Farisi mengatakan sebagai pengikut penghulu setan. Kata-kata tersebut kedengarannya cukup pedas. Saking begitu dengkinya, begitu emosinya, kata-kata tidak pantas otomatis keluar dari mulut. Apakah mereka dapat dikatakan sedang menghojat Allah? Kuasa Allah yang mengherankan disamakan dengan kuasa penghulu setan yang takut akan Allah. Hal tersebut hampir sama dengan meniadaan Allah itu sendiri, tidak dianggap dan diakui malah diremehkan. Pertanyaannya, mengapa mereka tidak bisa melihat dan membedakan kuasa Illahi dan kuasa Iblis? Tidakkah mereka bisa melihat buah-buah dari hasil karya Tuhan Yesus yang tidak ada salahnya? Tidakkah mereka membaca Kitab Yesaya 42 dengan hati yang bening dan berserah kepada Tuhan?

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang karena Dia penuh dengan kuasa Roh Allah. Kuasa-Nya tidak terhingga, termasuk juga berkuasa atas setan, buta dan bisu, dan mereka takut akan Tuhan Yesus. Dialah Sang Kerajaan Allah itu sendiri. Tuhan Yesus tidak membuat rekayasa dalam mengusir setan, biarpun setan dibebaskan untuk mengganggu manusia yang tidak waspada. Namun tetap saja orang Farisi tidak terbuka mata dan telinganya.

Kita juga sering merasa iri kepada orang yang berhasil melebihi kita, dan mencari-cari alasan negatif untuk merendahkannya bahkan menjatuhkannya, sepertinya kita lebih baik dari dia. Pada waktunya nanti kita akan dicelikkan karena tingkah laku kita sendiri. Mengapa kita sukar untuk mensyukuri tanpa iri dengki bahwa orang lain lebih baik? Mungkin sebaiknya tidak usah komentar, namun diam dan menunggu buah-buah yang akan dihasilkannya.

Damai sejahtera hanya dapat dicapai kalau semuanya mau bersatu, seia sekata menuju ke arah yang lebih baik. Kasih, damai dan persatuan yang bisa membentuk keluarga bahagia, masyarakat sejahtera, negara yang aman tenteram. Tanpa persatuan bagaimana bisa mencapai tujuan, apapun tujuan itu. Memang, bisa mencapai tujuan walaupun setiap orang menginginkan lewat jalannya masing-masing. Namun yang pasti tidak akan bersama-sama, yang mungkin ada tujuan kecil sambil lewat, atau mampir kemana dulu. Untuk tujuan yang besar, yang satu, semua orang harus siap mengalahkan kepentingan pribadi demi kebersamaan dan persatuan. Yang namanya pecah pasti tercerai berai. Apabila dicoba untuk dipersatukan kembali, mau tidak mau masih akan terlihat bekas-bekas pecah yang disambungkan. Pertanyaannya, sudah bersatukah keluarga kita di dalam Dia?

12:29 Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu. 12:30 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. 12:31 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. 12:32 Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.
Tuhan Yesus mengajak kita agar bersekutu dengan Dia dan mengumpulkan orang dalam persekutuan. Kita ditantang Tuhan Yesus untuk memilih, mau melawan atau berpihak kepada-Nya, mau berkumpul dengan Dia atau memilih tercerai berai tanpa arah dan kepastian. Ilmu sapu lidi kelihatannya sangat ditekankan oleh Tuhan Yesus. Apabila kita sendirian, sebenarnya kita begitu lemah, Namun kalau kita berkelompok, bersekutu, bersatu hati, saling mengisi, saling menguatkan, maka kita akan lebih kuat. Kita bisa saling belajar.

Pertemuan-pertemuan doa di lingkungan dengan acara yang lebih menarik, yang dapat menumbuhkan kerinduan untuk bertemu lagi pasti akan meningkatkan mutu persaudaraan. Inilah salah satu ajaran Tuhan Yesus untuk saling mengumpulkan dan bersekutu dengan Dia. Berkumpul bersama untuk mencapai persatuan dalam kedamaian yang penuh kasih persaudaraan. Saling berbagi pengalaman iman, saling membantu memecahkan permasalahan keluarga, saling memaafkan, saling terbuka, saling mengalah dengan melihat kekurangan masing-masing, bukan menonjolkan diri. Dan akhirnya tumbuh bersama-sama tanpa ada rasa iri dengki dan ganjalan hati. Bagaimana kenyataannya sekarang ini di tingkat Lingkungan? Apakah masih perlu bangkit dan berubah, melalui pembaharuan untuk menuju gereja kecil yang semakin hidup?

Dari satu sisi, harus kita sadari dan waspadai bahwa Iblis akan selalu berkarya mengganggu dan berusaha mencerai beraikan persatuan. Secara duniawi, kita harus menyadari akan kebutuhan hidup sehari-hari yang memungkinkan kita begitu sulit berkumpul bersama. Bekerja di pabrik dengan sistem shift pagi sore malam, bekerja sebagai sopir angkutan umum, berjualan toko kelontong atau warung makan, akan mempunyai jam sibuknya masing-masing. Akan terasa sulitnya untuk menyatukan atau menyesuaikan waktu berkumpul. Mungkin lebih gampang jika setiap jenis profesi mempunyai kelompok masing-masing, saling ngobrol dan berniat menentukan bersama-sama untuk berkumpul.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa segala dosa dan kejahatan kepada Allah masih dapat diampuni, termasuk menentang Tuhan Yesuspun masih dapat diampuni. Tetapi ada satu hal yang sangat mengerikan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hujatan dan penyangkalan kepada Roh Kudus tidak akan diampuni. Perbuatan iblis dianggap sebagai perbuatan Roh Kudus atau menyekutukan iblis dengan Roh Kudus jelas perbuatan yang tidak dapat diampuni. Dalam hal ini penulis belum tahu yang seperti apa yang disebut sebagai hujatan dan penyangkalan kepada Roh Kudus, apabila dijabarkan secara mendetail. Penulis percaya bahwa Roh Kudus selalu berkarya dalam hidup kita, entah dengan sentuhan batin atau sentuhan dengan manusia dan alam sekitar kita. Namun seringkali kita tidak “tanggap” akan sentuhan tersebut atau malahan kita sama sekali tidak menyadarinya, bahkan mengabaikannya. Panca indera yang kita punyai selama ini mungkin masih kita manfaatkan untuk seperlunya saja. Belum pernah kita asah sampai tajam, agar dapat merasakan sentuhan Roh Kudus.

Penulis beranggapan bahwa menghojat Roh Kudus berarti menghilangkan atau meniadakan Roh Kudus itu sendiri. Roh Kudus yang adalah Roh Allah sendiri dianggap tidak ada, omong kosong dan hanya mengakui bahwa diri sendiri yang berkarya. Mungkin ucapan Tuhan Yesus pada waktu itu lebih ditujukan kepada orang Farisi dan ahli Taurat yang menganggap karya-Nya sebagai karya Iblis. Namun paling tidak hal tersebut mengingatkan kepada kita untuk lebih berhati-hati dalam menyikapi segala sesuatu, yang berkaitan dengan karya Allah yang sering begitu misteri. Jangan sampai kita ketularan model orang Farisi dan Ahli Taurat yang dikecam oleh Tuhan Yesus sendiri. Kita bisa bicara begini karena sudah mendengar atau membaca Injil yang terjadi duapuluh abad yang lalu.

Tuhan bisa berkarya dengan cara-Nya sendiri, yang mungkin begitu misteri dengan model dan bentuk yang belum pernah terjadi. Kita tidak mempunyai referensi sebagai pembanding, sehingga bisa menimbulkan pro dan kontra. Kita sudah terbiasa dengan apa yang kita makan dan minum selama ini, dan itulah yang dikatakan sehat penuh gizi. Kemudian ada informasi baru tentang makanan dan minuman yang selama ini tidak pernah kita duga. Ach, masak iya begitu? Selama ini belum pernah ada ajaran atau pengenalan makanan dan minuman seperti itu. Jika makanan dan minuman yang sifatnya duniawi, pasti bisa diteliti melalui laboratorium dan percobaan-percobaan. Lha kalau makanan dan minuman yang lebih rohani, dimana seringkali Tuhan mencelikkan mata kita? Yang paling ahli mestinya Tuhan sendiri, kemudian para ahli agama yang diakui.

Permasalahannya, jangan-jangan seperti Herodes yang mengumpulkan para ahli sewaktu ketamuan para majus. Mereka mencari petunjuk dari Kitab Suci namun mereka tetap tidak percaya. Dampaknya malahan pembantaian anak-anak balita yang tidak berdosa. Mungkin cara yang paling baik, tidak perlu tergesa-gesa berkomentar namun direnungkan mohon pencerahan Tuhan. Kemudian memperhatikan dan melihat buah-buah yang dihasilkan.
Hal yang begitu penting dan mengerikan, kiranya para hierarki perlu menjelaskan secara gamblang, apa dan bagaimana yang disebut menghojat Roh Kudus.

12:33 Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.
Jika kita berani mengatakan bahwa Tuhan Allah itu Maha Baik, maka segala amanat-Nya pasti berisi yang baik-baik. Namun mengapa kita sangat susah untuk mengikuti dan melaksanakan ajaran-Nya? Rasanya karena kedagingan kita saja yang susah melaksanakan amanat-amanat tersebut. Banyak buah yang dijanjikan baru dapat dipetik dan dirasakan belakangan. Kita harus sabar menunggu proses bertumbuhnya bunga sampai menjadi buah. Padahal manusia ini inginnya instan yang dapat dinikmati sekarang ini. Dinikmati dengan cara kasat mata.

Disini kita diajak untuk selalu waspada dan menunggu tanpa banyak komentar, apabila menghadapi sesuatu atau kejadian yang belum jelas dan belum kita mengerti. Kita diajak untuk lebih jernih, sabar serta bijaksana melihat dan mengenal buah-buah yang akan dihasilkan. Diajar untuk tidak gampang menilai segala sesuatu yang ada di hadapan kita. Kita diajar untuk memanfaatkan dua telinga dan dua mata kita lebih dahulu, mendengarkan dan melihat. Mulut yang hanya satu dimanfaatkan kemudian setelah segalanya jelas, setelah buahnya mulai kelihatan dan menjadi matang, barulah berbicara. Diam adalah emas, kata peribahasa.

Dalam kenyataan sehari-hari, sering kali kita ini menjadi si cepat jawab, cepat berkomentar. Seringkali kita membicarakan sesuatu dan menilai atau berpendapat begitu saja, tanpa mengetahui persis asal usul atau sejarah dibalik sesuatu tersebut. Seringkali dari “katanya” kita sudah menelan bulat-bulat dan terus kita anggap betul. Padahal “katanya” tersebut sering-kali sudah ditambah dan dikurangi, dibumbui penyedap citarasa.

Padahal, kalau berani jujur kepada diri sendiri, sebagian besar dari kita sewaktu menjadi pengikut Kristus dimulai dari katanya. Kita bisa menjawab bahwa Tuhan Yesus juga berkata :”berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya.” Maksud penulis bukan yang itu. Yang kita dengar dan kita baca dari “katanya” masih terlalu sedikit atau kecil sekali. Masih banyak hal yang belum kita mengerti dan kita ketahui, bagaikan kita masih di parit atau sungai, belum sampai mengarungi samudra yang begitu luas. Kita masih bisa tahu kedalaman, jenis ikan dan binatang yang hidup di parit dan sungai yang airnya tawar dan bisa diminum. Nyatanya sungai tersebut terhubung ke laut lepas bagaikan tak bertepi dan tak terselami.

Bersyukurlah mereka yang setia setiap hari mengikuti perayaan ekaristi kudus. Mereka pasti telah mendengar bacaan firman Allah setiap hari, yang hampir meliputi seluruh Injil dan surat-surat para kudus serta sebagian perjanjian lama. Selain itu berkat melimpah yang tidak berkesudahan sewaktu menerima Tubuh dan Darah Kristus.

Penulis umpamakan mereka sudah pernah ke parit, sungai dan lautan, namun belum semua parit, sungai dan samudra mereka arungi. Kita mungkin baru setingkat parit dan sungai, sedangkan samudra baru sebatas katanya. Atau sebagian laut tersebut baru sebatas kita lihat dari jarak jauh sekali, seperti dari pesawat udara.

Beranikah kita belajar bersama untuk lebih mengenal Sang Pokok Anggur, merasakan dan menikmati buah-buah-Nya? Buah manis dan memabukkan, yang membuat kita semakin ketagihan untuk mencecapnya dengan mata berbinar-binar. Sehingga secara misteri kita rindu untuk menyatu, menjadi ranting-rantingnya dan menghasilkan buah bagi orang lain yang menginginkannya.

12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. 12:35 Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. 12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. 12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."
Tuhan Yesus mengumpamakan dengan ular beludak. Dalam pemahaman penulis, pada dasarnya ular adalah simbul kecerdikan. Kita diminta cerdik seperti ular, namun bukan sejenis ular beludak. Penulis tidak tahu ular beludak itu seperti apa, namun tersirat bahwa ular tersebut beracun dan jahat. Dengan kecerdikannya, dia bisa menipu pihak lain yang terlena dan kurang waspada, untuk keuntungan ular itu sendiri. Mungkin kita masih ingat tentang ajaran cerdik, tulus dan selalu waspada

Disini jelas sekali dikatakan Tuhan Yesus, bahwa apa yang diucapkan dari mulut dan didengar orang dapat berakibat banyak sekali bagi orang lain. Yang menurut kita hanya ucapan biasa, bagi orang lain bisa jadi dapat diartikan sebagai hal yang menyenangkan atau malahan sebaliknya, sangat menyakitkan. Ucapan yang terdengar begitu keras, bisa diartikan dan diterima bahwa itu suatu nasihat. Semuanya tergantung dari perbendaharaan hati kita pada waktu itu. Kita akan dinilai dari perbuatan ucapan kita, apakah dinilai oleh orang lain ataupun dinilai oleh Tuhan sendiri.

Kita sering sadar bahwa apa yang akan kita ucapkan itu sebenarnya tidak baik didengar Tuhan, namun untuk membikin suasana di komunitas “agak segar,” kita obrolkan hal-hal yang kurang baik atau menyerempet sehingga orang lain dapat berasosiasi ke negatif. Dalam perbendaharaan pikiran kita, memang sudah disiapkan untuk bicara yang segar tadi. Karena memang sudah siap keluar dari mulut, ucapan teman lain yang begitu lurus sering kali menjadi pemicu dan kita belokkan sesuai selera penyegaran tersebut. Inilah yang disebutkan sebagai kata-kata yang sia-sia, tidak bermakna. Memang lidah tidak bertulang menjadi suatu ungkapan yang sangat mengena. Ungkapan Jawa malah mengatakan “Ajining diri soko kedaling lathi” (nilai seseorang dari ucapan yang keluar dari bibir).

Ucapan dari mulut dapat menyebabkan perang atau perseteruan, namun dari mulut juga dapat menumbuhkan perdamaian dan persatuan. Berarti, mulut ini harus dijaga dengan sungguh oleh hati, jiwa dan akal budi kita, agar keluarnya baik. Pertanyaannya, dapatkah kita merubah diri dari hal-hal yang seperti itu? Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tidak baik yang sebenarnya sudah kita ketahui dan kita sadari.
Tuhan Yesus, ajarilah aku agar dapat menjaga mulutku dari kata-kata dimana Engkau tidak berkenan. Satukanlah hati dan bibirku untuk yang baik-baik.

Tanda Yunus
12:38. Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." 12:39 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 12:40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
Kelihatannya Tuhan Yesus dituntut oleh ahli Taurat dan orang Farisi, untuk memberikan tanda atau mukjizat sebagai pertanggungan jawab atas tindakan-Nya selama ini. Mereka merasa diejek dan dihina serta dijatuhkan martabatnya. Dalam kebimbangan dan keseganannya, mereka membutuhkan bukti gamblang bahwa Tuhan Yesus betul-betul Kristus, Sang Mesias, yang terurapi. Namun inilah misteri Allah, Tuhan Yesus tidak menjawab langsung malahan dikembalikan kepada tanda Yunus yang mereka mengerti. Mereka dianggap jahat dan tidak setia, seperti zaman Musa yang selalu meminta mujizat. Setelah sadar dan baik sebentar, mereka berzinah dengan allah-allah lain yang mereka buat sendiri. Jangan-jangan di zaman sekarangpun kita tidak berbeda dengan mereka, jahat dan tidak setia.

Tuhan Yesus bagi kita sekarang ini memberikan tanda dengan jelas, bahwa Dia akan wafat dan dikuburkan, namun tiga hari kemudian akan bangkit lagi. Dalam Kitab Perjanjian Lama diceritakan bahwa nabi Yunus ditelan ikan selama tiga hari dan dikeluarkan lagi dalam keadaan masih hidup. Pada masa itu mereka bingung menjabarkannya. Atau, setelah dapat menangkap maksud ungkapan tersebut, timbul penolakan dan pembelaan diri, ach, masak?

Mungkin kita-kita ini juga tidak akan percaya bila mendapat cerita, bahwa Tuhan Yesus berkarya dan memberi nasihat kepada seseorang untuk diberitakan, sebagai kesaksian. Kita juga sudah mendengar tentang cerita penampakan Bunda Maria di Fatima atau di Lourdes yang pada permulaannya ditolak oleh pejabat gereja. Dan hal tersebut akan terus berlangsung dan berlangsung untuk tidak percaya lebih dahulu dan dapat dimaklumi. Mungkin kata-kata Paus Yohanes Paulus II begitu sangat bijaksana, mengenai laporan-laporan penampakan pribadi yang dialami seseorang. Para hierarki diminta untuk menyelidiki dan melihat buah-buah yang dihasilkan dari suatu penampakan. Jangan menghakimi lebih dahulu, seakan-akan kita lebih tahu dan lebih benar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para hierarki, apabila mendapat laporan penampakan pribadi di daerahnya. Kesombongan jabatan, merasa lebih tahu, merasa berwenang, biasanya akan menjadi batu sandungan. Kecerdikan, ketulusan, kewaspadaan, kebijaksanaan dan kesabaran akan lebih membantu dalam penyelidikan, apakah kejadian tersebut benar atau salah. Bagaimana buah-buah yang dihasilkan dari kejadian tersebut?

Ada satu hal yang membuat penulis menjadi bingung bahwa Dia akan tinggal di rahim bumi selama tiga hari dan tiga malam. Tiga hari bisa mulai dihitung dari hari Jumat sore sebelum pukul 18.00 sudah dimakamkan, Sabat dan hari Minggu antara tengah malam sampai pagi. Jika menghitung malamnya, hanya hari Sabat dan Minggu yang berarti dua malam. Mungkin para ahli gereja bisa menjelaskan tentang hal ini untuk pencerahan seluruh umat. Ataukah hal ini hanya suatu ungkapan, peribahasa orang Israel pada waktu itu, yang inti pokoknya tanda nabi Yunus..

12:41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! 12:42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!"
Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan bahwa Dia lebih besar dari nabi Yunus ataupun raja Salomo dan ……….. mereka tetap tidak percaya. Orang seperti ini mengaku lebih besar dari mereka yang dihormati? Bagaimana mungkin orang jalanan seperti ini lebih dari Yunus dan Salomo? Tak usah Ya! Mungkin yang diharapkan pada waktu itu, Mesias adalah sesosok orang yang gagah, bergelora, berapi-api, dapat memimpin rakyat melawan penjajah dan pantas dijadikan raja. Bukan Mesias yang keluyuran di jalan-jalan dan di Bait Allah, yang tidak pernah membangkitkan semangat patriotisme melawan penjajah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kalau mau jujur, kitapun sering merendahkan orang lain yang kita anggap bukan level kita. Rasanya kita mempunyai level tertentu biarpun juga sadar bahwa ada level-level di atas kita, yang mungkin kitapun tak dianggap oleh mereka. Kita sering lebih percaya atau lebih mengakui ucapan atau tindakan seseorang yang di atas level kita. Dan sering memandang rendah ucapan dan tindakan seseorang yang kita anggap di bawah level kita. Padahal kita tahu bahwa benar adalah benar dan salah adalah salah, siapapun yang melakukan hal tersebut. Salah dan benar, baik dan buruk tidak pernah memandang kasta.

Secara tidak langsung Tuhan Yesus sepertinya menyiratkan area atau wilayah yang disebut Tempat Penantian atau Papan Pangentosan. Tempat atau keadaan dimana roh atau jiwa-jiwa yang menunggu sampai waktu penghakiman. Kelompok ini akan bangkit bersama-sama pada waktunya nanti. Mereka bangkit dan akan ikut menghukum kelompok yang tidak dikehendaki Tuhan. Jangan-jangan yang kita sebut sebagai dalam keadaan menunggu ini bisa bermacam-macam, entah seperti apa. Mungkin sedang berkumpul atau sedang bergentayangan, kita tidak tahu. Karena belum pernah memasuki wilayah tersebut, kita hanya menduga, kira-kira dan kembali lagi, katanya.

Kembalinya roh jahat
12:43 "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. 12:44 Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. 12:45 Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini."
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat kelihatannya dinilai oleh Tuhan Yesus sebagai orang yang lebih jahat, dibandingkan angkatan-angkatan sebelumnya. Apakah hal ini berhubungan dengan perlakuan mereka yang akan menjatuhkan hukuman mati kepada Tuhan Yesus? Betapa jahatnya menghukum Sang Juru Selamat Yang Terurapi, Allah sendiri. Mungkin hal ini menjadi peringatan kepada kita untuk selalu waspada agar tidak didiami oleh roh jahat. Jangan sampai, semakin kita tahu dan mengerti akhirnya membuat kita menjadi sombong, merasa paling tahu. Akhirnya memanfaatkan segala macam celah yang masih terbuka, yang tidak tertulis sebagai aturan, berarti boleh dijalankan. Semakin tahu malahan pagar makan tanaman. Beruntunglah orang yang semakin tahu malah semakin menunduk dan melaksanakan pengetahuannya untuk kebaikan. Dia akan menjadi panutan. Jangan sampai menjadi Nato (no action talk only, ngomong saja tanpa mau berbuat). Kitapun sering mengaku sebagai pengikut Kristus, namun perbuatan kita bertentangan dengan ajaran yang kita ikuti, sadar maupun tidak sadar. Kejahatan kita selimuti dengan Firman Allah agar dapat diterima dan disetujui serta diakui. Jangan-jangan Kitab Suci memang kita jadikan modal utama untuk mengeruk keuntungan. Jangan-jangan rombongan roh jahat ini yang mengajarkan kepada kita bagaimana memanfaatkan ayat Kitab Suci.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai seseorang yang kelihatan baik. Pada suatu ketika terjadi perbedaan pendapat, ideologi, prinsip atau apapun namanya dengan orang lain. Perbedaan itu tidak dapat diterima dengan cara apapun, dan muncullah perasaan iri dengki sampai antipati. Dia mengumpulkan sekelompok orang yang sehaluan secara diam-diam dan merekayasa, bagaimana untuk menghilangkan orang yang berbeda tersebut. Segala macam cara halus dan kasar kalau perlu ditempuh. Apabila roh jahat sudah berkumpul dan bersepakat untuk sesuatu, pasti yang ditimbulkannya berdampak hebat. Dan hal tersebut anehnya dianggap biasa saja, atau malahan kelompoknya tersebut dianggap sebagai pahlawan.

Namun satu hal yang tidak bisa kita pungkiri, dengan kuasa-Nya yang begitu misteri; pada dasarnya setiap manusia sudah diisi seperti program standard, membedakan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, secara universal. Sudah sejak awalnya. manusia dikaruniai hati, jiwa dan akal budi sebagai kendaraan menuju keselamatan.

Yesus dan sanak saudaranya
12:46. Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. 12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." 12:48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" 12:49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 12:50 Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Mari kita bayangkan saat itu ketika Tuhan Yesus sedang bersemangat berbicara kepada banyak orang. Terus tiba-tiba ada yang nyelonong memotong pembicaraan. Mungkin maksud orang tersebut baik, karena saudaranya menunggu. Namun jawaban Tuhan Yesus sangat mengherankan membikin terperanjat. Kalau kata-kata Tuhan Yesus tersebut kita terapkan dalam keluarga kita, rasanya kita akan dimusuhi oleh seluruh kerabat kita. Kurang ajar, tidak sopan dan kata-kata gerutuan lain akan keluar. Hal ini malah dimanfaatkan oleh Tuhan Yesus, untuk menegaskan tentang persaudaraan rohani yang lebih penting. Bukan persaudaraan dari keturunan sedarah daging secara biologis.

Yang dapat penulis pahami adalah, jika kita ingin menjadi saudara Tuhan Yesus, syaratnya kita harus melakukan kehendak Bapa di sorga secara lahir dan batin. Kita harus siap berubah melalui pemurnian diri dan selanjutkan melaksanakan Firman-Nya. Sebelumnya sudah dikatakan bahwa mengasihi Allah harus melebihi dari mengasihi saudaranya sendiri. Saudara secara rohani rasanya lebih di atas dibandingkan dengan saudara hubungan darah. Saudara dalam rohani sudah melampaui batas suku, ras, bangsa dan yang lainnya.
Saudara tidak selalu berarti saudara kandung atau masih ada kaitan darah. Para muridpun disebut sebagai saudara-Nya karena bekerja bersama Dia. Kita sering menyebut bahwa kita semua bersaudara dalam Tuhan Yesus. Ada ungkapan “Dalam Yesus kita bersaudara” yang mestinya berlanjut tanpa batas waktu dan situasi maupun kondisi.

Tulisan “saudara-saudara Tuhan Yesus” sering menjadi perdebatan pro dan kontra. Yang pernah penulis baca bahwa kaidah bahasa Yahudi agak berbeda dengan bahasa Indonesia. “Ibuku dan saudara-saudaraku” berarti ibuku dan saudaraku lain ibu, bisa anak paman, anak bibi atau yang lainnya.. Sedangkan “Ibuku dan anak-anak ibuku” berarti ibuku dan saudaraku sekandung. Sebagai orang Katolik, jelas penulis lebih mempercayai bahwa Bunda Maria tercipta mulus tanpa cacat. Puteranya hanya satu yaitu Yesus Kristus, titik.

Sampai sekarang, sebenarnya tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana misteri kelahiran Bunda Maria maupun kelahiran Tuhan Yesus. Kita hanya tahu secara garis besar dari tulisan Injil dan cerita-cerita “katanya.” Saksi mata yang benar mestinya orang tua Bunda Maria, demikian juga dengan kelahiran Tuhan Yesus, mestinya hanya Bunda Maria dan Bapak Yusup.

Seringkali kali kita bayangkan bahwa Bapak Yusup dan Bunda Maria itu seperti kita, yang masih dipenuhi dengan rasa nafsu birahi dan penuh dosa. Jika kita berani jujur dengan diri sendiri, pasti kita akan mengakui bahwa kehidupan keluarga kudus Nazaret secara rohani di atas kita. Kita bukan apa-apa dibandingkan dengan mereka. Mungkin kita pernah mendengar cerita orang-orang kudus yang berani dan konsekuen dengan niat untuk hidup taat, selibat dan melarat. Orang-orang kudus ini rasanya masih belum sebanding dengan keluarga kudus Nazaret. Keluarga kudus Nazaret adalah keluarga yang penuh misteri illahi, yang dari awalnya tidak pernah diperhitungkan oleh masyarakat pada waktu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar