Minggu, 29 November 2009

Memahami Matius Bab 13

Bab 13. Perumpamaan, ditolak di Nazaret

Perumpamaan tentang seorang penabur
13:1. Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. 13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. 13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Dalam perumpamaan ini kita bisa membayangkan tentang penabur, benih, tanah, burung, panas matahari, semak duri dan buah hasil dari benih.
Marilah kita bertanya kepada diri sendiri, apakah kita ini sebagai tanah di pinggir jalan, tanah yang tipis berbatu, tanah bersemak duri atau tanah yang baik. Pasti harapannya ingin menjadi tanah yang baik dan subur. Selanjutnya apabila kita sadari bahwa tidak termasuk tanah yang baik, apa yang sebaiknya kita lakukan? Masih ada waktu untuk berubah dan menyesuaikan diri, apabila dirasa kurang cocok.

Kelihatannya zaman sekarang ini segala macam jenis tanah bisa direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi tanah subur. Diperlukan orang yang berpengalaman untuk mengolah tanah tersebut. Namun usaha untuk merekayasa tanah tersebut bukanlah usaha yang gampang, dan pasti memerlukan waktu. Tanah di pinggir jalan yang keras karena terinjak-injak perlu diberi batas. Setelah itu benihnya harus dapat masuk ke dalam tanah yang di luar batas jalan. Tanah tipis yang berbatu mau tidak mau batunya dikumpulkan dan dipindahkan, agar terkumpul tanah yang cukup untuk ditanami. Demikian juga tanah yang bersemak duri, sebelum ditanami benih semak durinya harus dicabut dan dibakar sampai habis. Biarlah abunya menjadi pupuk tambahan. Tanaman yang tumbuhpun perlu diawasi jangan sampai dicabut orang yang suka iseng.

Kita bisa membaca beberapa riwayat orang-orang kudus yang awalnya menjadi tanah gersang dan berbatu penuh semak duri, atau malahan Saulus yang menjadi Santo Paulus. Mau tidak mau harus menyertakan Sang Penabur sendiri untuk berkarya. Tanah yang subur saja kalau tidak dirawat bisa tidak menghasilkan buah. Tanaman tersebut bisa saja hanya subur daun yang begitu lebat, namun tidak berbuah. Jika mulai berbunga, bunganya selalu rontok dan berguguran.

Dalam pemahaman penulis, sebenarnya setiap orang adalah benih yang ditaburkan ke dunia ini. Hampir atau semua benih membutuhkan air kehidupan yang akan mengubah bentuk benih tersebut berproses menjadi tanaman. Tanpa air kehidupan, benih tersebut masih tetap benih. Selama dalam kondisi ideal, tidak terganggu oleh apapun, maka benih tersebut masih bisa bertahan sebagai benih.

13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" 13:11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. 13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 13:13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. 13:14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. 13:15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. 13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. 13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.
Rasanya cukup berat juga untuk memahami ajaran-Nya. Sepertinya, untuk mengetahui rahasia Kerajan Sorga harus lebih dahulu bersekutu dengan Tuhan Yesus, menjadi saudara-saudara-Nya. Anggaplah seperti rahasia perusahaan, hanya akan diketahui oleh para pimpinan dan pegawainya saja. Jika kita melakukan studi banding, pimpinan perusahaan hanya akan mengungkapkan gambaran dan teori yang umum telah diketahui.

Yang mempunyai semakin berkelimpahan dan yang tidak mempunyai semakin berkekurangan. Dalam benak penulis hal tersebut pasti berhubungan dengan yang rohani, kaya rohani atau miskin rohani. Zaman sekarang, sepertinya orang kaya semakin kaya, orang miskin malahan semakin miskin. Namun dalam hal ini yang dapat penulis pahami adalah harta rohani, yang kemungkinan besar akan bertolak belakang dengan harta duniawi. Harta rohani tidak secara langsung berhubungan dengan kekayaan materi.

Dari pengalaman, penulis berpendapat bahwa jika kita disentuh oleh Tuhan dan menanggapinya; begitu kita mencari kebenaran ajaran Tuhan Yesus, kita akan merasa haus. Haus dan akan semakin mencari air kehidupan pelepas dahaga. Dan sepertinya air kehidupan tersebut mengalir dan mengalir tanpa henti mengisi kehidupan kita. Pada batas tertentu kita akan merasakan megap-megap dan begitu sulit untuk menerima air tersebut. Apakah hal tersebut dianggap kejenuhan ataukah dianggap sebagai penyesuaian diri, mengatur nafas kehidupan kemudian membuka mulut minum lagi, tergantung yang melihatnya. Orang lain kenalan kita mungkin dapat merasakan perubahan yang kita alami, walaupun mungkin saja kita biasa-biasa saja. Mungkin penampilan kita untuk awalnya dianggap aneh, berbeda dari biasanya atau bagi yang cuek diterima seperti biasa saja.

Pertanyaannya, apakah orang yang sedang diliputi kegelapan akan semakin gelap dan tidak bisa melihat terang? Apakah orang yang sedang getol mengejar harta duniawi dengan segala cara, semakin melupakan harta rohaninya? Apakah mata telinga dan hati mereka semakin keras? Mungkin secara umum banyak betulnya, sebab dalam memburu harta duniawi maka kesibukan duniawi tersebut akan menyita waktu. Jangan-jangan dari hari Senin sampai Minggu terus disibukkan dengan mengejar keuntungan duniawi. Pulang larut malam badan sudah capai, mata telinga pikiran dan hati kepengin ditidurkan. Pagi-pagi subuh sudah ditunggu kegiatan lanjutan yang rasanya tidak pernah selesai. Apalagi jika sudah terbayang prospek ekonomi yang lebih menjanjikan. Kegiatan rohani nanti saja kalau sudah tua, kan masih banyak waktu. Atau, agar terlihat orang lain, sekali waktu muncul walau hanya untuk basa-basi saja

Apakah bisa dalam bersamaan mencari harta duniawi dan harta rohani, bagaimana syaratnya?

Berbahagialah mata yang dapat melihat dan telinga yang dapat mendengar Dia. Dialah yang dicari-cari dan ditunggu-tunggu oleh para nabi dan orang benar. Karena ketidak-tahuan kita maka kita sering kali acuh tak acuh saja. Mungkin perlu juga bahwa para imam dalam kotbahnya selalu menekankan pentingnya membaca Kitab Suci. Firman Allah tertulis di dalam Kitab Suci! Sentuhan hati secara halus, betapa membaca atau mendengarkan Kitab Suci menjadi kebutuhan dalam hidup seluruh umat. Yang mungkin perlu penjabaran yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari penulispun sering merasakan betapa tebalnya hati mata dan telinga ini untuk yang rohani. Keinginan untuk berdoa dikalahkan oleh kesibukan lain yang sebenarnya juga tidak menghasilkan apa-apa. Kehendak untuk membaca Kitab Suci terpinggirkan oleh tayangan televisi yang sepertinya lebih menarik pada saat itu. Kemudian muncullah kemalasan demi kemalasan dengan membuat alasan pribadi, masih ada hari esok. Penyakit malas dan kebosanan akan semakin berkembang sewaktu ingin melantunkan doa rosario yang paling tidak akan memakan waktu tiga perempat jam. Keinginan meluangkan waktu tinggal keinginan sehingga kenyataannya tidak ada saat lagi bagi Tuhan.

13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. 13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak dimengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. 13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. 13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Pertanyaan di atas kelihatannya terjawab oleh penjelasan Tuhan Yesus, dan kita bisa merenungkan di dalam hati kita masing-masing. Firman tentang Kerajan Sorga sudah mulai disampaikan kepada kita. Menurut pendapat penulis, Kerajaan sorga adalah kerajaan Allah sendiri yang anggap saja suatu keadaan atau tempat yang mulia tanpa ada siksa. Mungkin isinya hanya kedamaian, ketentraman, penyembahan dan puji-pujian kepada Allah. Dimana tempat itu, hanya Tuhan yang tahu karena penulis belum pernah ke sana. Untuk dapat menuju ke sana, sepertinya hanya dengan mematuhi Firman Tuhan dan harus dapat mengalahkan segala macam rintangan yang dipasang musuh. Kemudian harus melalui kematian badan yang tidak bisa ditolak. Musuh-musuh yang kita hadapi adalah Setan sendiri yang merasuk ke dalam kedagingan kita, dimana kita tidak siap teraniaya karena percaya Firman, kekuatiran terhadap keuangan yang kuasa.

Batu sandungan yang sering kita alami salah satunya adalah membanding-bandingkan. Mengapa yang ini berbuah seratus, yang ini enampuluh dan satunya lagi tigapuluh? Seringkali kita tidak sadar atau lupa bahwa setiap benih yang ditaburkan akan mengalami proses pertumbuhan yang berbeda-beda walau dalam satu tanah garapan. Demikian juga kita masing-masing akan tumbuh melalui proses yang berbeda-beda. Banyak faktor yang akan mempengaruhi perjalanan hidup kita masing-masing. Sekecil apapun perbedaan itu, tetaplah tidak ada seorangpun yang sama persis luar dalamnya. Dan itulah uniknya setiap manusia yang harus dapat kita maklumi. Seringkali kita ingin lebih dari orang lain, apapun itu. Rasanya begitu sulit untuk mensyukuri bahwa orang lain tersebut memang memiliki kelebihan yang harus kita akui lahir batin. Mengapa? Terus harus bagaimana?

Perumpamaan tentang lalang di antara gandum
13:24. Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 13:25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 13:26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 13:27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 13:28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 13:29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Kelihatannya kehidupan ini selalu terisi orang-orang yang benar dan yang jahat, yang sama-sama menikmati matahari, hujan dan lain-lain. Pada waktunya nanti Tuhan sendiri yang akan memisahkan mereka sesuai amal perbuatannya.
Pada dasarnya Tuhan telah menanamkan benih kebenaran kepada setiap manusia ciptaan-Nya sejak dari kandungan. Tanpa campur tangan Allah, maka pembuahan tidak akan pernah terjadi. Roh sudah ada lebih dahulu sebelum terbentuknya daging. Seorang bayi mungil yang keluar dari kandungan ibunya masih bersih dari segala kotoran dunia. Pekerjaan awalnya menangis, makan minum dan tidur untuk membentuk tubuh.

Namun setanpun tidak mau ketinggalan, pada saat yang tepat menanamkan juga benih kejahatan. Biasanya seseorang tidur karena capai dan tubuh ini memerlukan istirahat. Tidur menutup mata mulai masuk ke dalam suasana gelap. Tidur secara rohani, terlelap dan malahan ada ungkapan sedang gelap mata hatinya. Disitulah benih kegelapan, kejahatan mulai merasuki, tumbuh dan berkarya dengan cerdiknya. Kebenaran dan kejahatan akan tumbuh bersama-sama dan setiap manusia sudah tahu serta mengenal kedua-duanya. Karena manusia sudah dikaruniai kehendak bebas, Tuhan melarang malaikatnya untuk membasmi kejahatan. Kita dibebaskan untuk memilih mana yang akan bertumbuh di dalam diri kita, kebenaran atau kejahatan. Pada harinya nanti, Tuhan sendiri yang akan mengadili sesuai dengan amal perbuatan kita.

Apakah kita termasuk gandum atau ilalang? Benih gandum bagaikan benih iman yang membuahkan kasih, dan kasih akan membuahkan perbuatan baik dan benar, menumbuhkan persatuan. Sedangkan benih ilalang bagaikan benih kegelapan yang membuahkan egoisme, dan egoisme akan membuahkan keserakahan, iri dengki, kesombongan dan sejenisnya. Perbuatan tidak benar tersebut menumbuhkan perselisihan dan perpecahan. Dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa ilalang akan dikumpulkan serta dibakar terlebih dahulu. Baru kemudian gandum dikumpulkan dan disimpan ke dalam lumbung.

Seringkali kita berpikir dalam hati, ngobrol atau malahan berdoa; mengapa Tuhan tidak menghabiskan saja orang-orang jahat, pembunuh dan perampok, koruptor dan sebagainya. Kalau bersih dari orang jahat, bukankah dunia akan damai sentausa sejahtera? Dan kenyataannya, kita diminta untuk merenungkan perumpamaan ini. Tuhan maha baik dan maha kasih kepada semua ciptaan-Nya. Semuanya diberi kebebasan untuk berproses, tumbuh berkembang dan berbuah sampai pada waktunya.

Tuhan Yesus sepertinya tidak pernah menggambarkan Kerajaan Sorga secara jelas dan nyata. Dia malahan lebih menekankan dan mengharapkan :”Lakukanlah saja kehendak Bapa di Sorga lebih dahulu. Maka setelah itu kalian akan mengerti dan merasakan Kerajaan Sorga itu seperti apa.”
Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan Tuhan kepada orang-orang beriman yang berani mempertahankan perbuatan kebenaran dan kebaikan. (1)

Perumpamaan tentang biji sesawi
13:31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 13:32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."
Biji sesawi yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini nyatanya berbeda dengan sesawi yang kita kenal dan kita bayangkan di sini. Bisi sesawi di Israel yang penulis lihat begitu lembut, yang mungkin lebih kecil dari biji tembakau yang sudah kecil sekali. Dan memang bisa tumbuh besar, yang memungkinkan burung-burung kecil bersarang. Mungkin ungkapan biji sesawi disini termasuk biji pohon perdu, bukan jenis sayuran yang kita makan. Pasti segala sesuatu yang Dia ciptakan di alam raya ini ada maksudnya. Dari segala binatang, segala tanaman yang ada, pasti ada maksud tertentu. Hanya untuk apa itu, penulis tidak tahu.

Pemahaman penulis, Kerajaan Sorga itu seperti diremehkan oleh kita manusia dibandingkan dengan Kerajaan Dunia yang kasat mata. Yang kasat mata penuh gemerlapan dan kenikmatan duniawi, langsung dapat kita cicipi. Kerajaan dunia itu ada di hadapan kita secara nyata. Sedangkan kerajaan sorga tidak bisa kita bayangkan seperti apa sebenarnya. Yang jelas pada saat ini belum menjadi prioritas utama yang memberikan harapan. Karena sulit dibayangkan dan hanya berhenti di angan-angan, maka kita kesampingkan atau kita kebelakangkan. Diumpamakan sebagai biji benih yang begitu kecil.

Coba kita renungkan Tuhan Yesus, Sang Maha Besar yang datang ke dunia menjadi begitu kecil, sederhana dan tidak dikenal. Seringkali diremehkan dan tidak dianggap mempunyai nilai. Yang kecil dan remeh seringkali kalau sudah tumbuh subur akan kelihatan besarnya. Lho, koq bisa ya, ada apa di balik itu? Mulailah orang tertarik dan mencari makna di balik itu.Yang minoritas kalau mempunyai nilai positif pasti akan tampil beda, terus kelihatan dan akan dicari orang. Yang berniat dan mau mencari pasti akan menemukannya.

Biji sesawi kalau tidak merubah diri akan tetap biji. Namun begitu menyatu dengan tanah, sesuai dengan habitatnya, berinteraksi maka akan merubah dirinya. Terjadilah proses perubahan dengan munculnya akar, batang daun membentuk pohon. Pada saatnya akan menjadi pohon besar, berbunga dan berbuah. Burung-burung kecil berdatangan sampai bersarang di dahannya.
Benih biji sesawi bagaikan benih iman bahwa Pencipta itu ada. Percaya saja tidak cukup kalau tidak berubah membentuk habitus baru yang terpancar melalui perbuatan nyata. Habitus baru bisa bertumbuh apabila disirami dan dipupuk, dibersihkan dari segala macam hama yang menyerang. Berubah berarti bertobat lahir batin, membentuk manusia baru yang dapat dirasakan oleh orang lain melalui perbuatan nyata. Mereka berdatangan untuk membuktikan, ingin mengetahui, ingin belajar, ingin berteduh dengan suatu harapan baik.

Kelihatannya Tuhan Yesus mengharapkan kita dengan gerejanya bisa tampil di kerajaan dunia. Tumbuh bersama dengan yang lainnya, bisa menjadi tempat berteduh bagi yang membutuhkan. Malahan tempat bersarang yang nyaman dan berkembang biak.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan kepada orang-orang beriman “sederhana” yang mau mencari kebenaran Illahi dan mau bangkit berubah dan selanjutnya berbuah. (2)

Perumpamaan tentang ragi
13:33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
Ragi yang penulis kenal memang dipakai hanya sedikit saja untuk membuat adonan roti, begitu juga ragi untuk membuat tape atau tempe. Yang sedikit tadi dapat mempengaruhi dan yang terpengaruh tersebut akan berubah sendiri. Karena ragi, tepung berubah menjadi adonan roti; karena ragi maka singkong atau ketela pohon berubah menjadi tape. Karena ragi kedele berubah menjadi tempe. Bagaimana yang kecil dan sedikit dapat mempengaruhi yang lebih banyak?

Dapatkah teladan Tuhan Yesus sang manusia sejati yang teraniaya mempengaruhi pola kehidupan kita? Jika kita tersentuh dan merasakan sentuhan ragi Tuhan, pasti akan terjadi sesuatu yang hebat dan mengagumkan yang membuat kita ingin bersatu dengan sang ragi. Ada proses pertumbuhan mengakui, mempercayai, pasrah dengan sukarela dan sukacita, semakin menyatu dan menimbulkan perubahan dari dalam. Berubah dan berubah menjadi anak-anak Allah. Anak-anak Allah adalah pewaris Kerajaan Sorga.
Menjadi panutan dan menjadi contoh kebenaran dan kebaikan, sinar dan aromanya pasti dapat dirasakan oleh orang banyak. Bila kita mengakui sang panutan dan mempercayainya, mestinya kita berubah dan mengikuti apa yang diperbuat olehnya. Kita dan gerejanya diharapkan bisa menjadi ragi dalam dunia ini

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang mendengar Firman dan mengerti, terus bertobat dan berubah mengikuti Sang Firman. (3)

Penjelasan perumpamaan tentang lalang di antara gandum
13:34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, 13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan." 13:36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 13:40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 13:42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 13:43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Penjelasan ini rasanya cukup bagi kita yang percaya kepada Anak Manusia. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan mata dan telinga untuk mendengar dan mengerti, masuk dalam hati, jiwa dan akal budi, terus mengamalkan ajaran-ajaran-Nya dengan perbuatan nyata. Janji Tuhan Yesus, yang setia adalah mereka yang bercahaya seperti matahari. Namun sebaliknya adalah dapur api yang berisi ratapan dan kertak gigi.

Perumpamaan tentang harta terpendam
13:44. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Menemukan harta karun jelas kejadian yang menakjubkan. Harta karun mestinya membuat kita senang, gembira karena menjadi kaya, membuat bahagia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai orang-orang yang sedang mencari kebenaran hidup. Mereka masih mencoba-coba dan membandingkan kebenaran yang ditawarkan. Jangan-jangan kitapun pada waktu pertama kali belajar agama tidak berpikir tentang kebenaran sejati. Yang penting dibaptis dan mempunyai agama serta melakukan kewajiban sebagai orang Katolik. Asal jalan sudah cukup. Namun apabila kita menemukan kebenaran sorgawi, rasanya membuat kita kaget sendiri. Mengapa hal ini tidak kita temukan dulu-dulu? Kebenaran duniawi mulai terasa sia-sia dan kita rindu untuk segera berubah, menggantinya dengan kebenaran sorgawi. Pengalaman Saulus menjadi Paulus mungkin salah satu contoh nyata.

Betulkah Kerajaan Sorgawi menjadi dambaan kita lahir batin atau sekedar wacana? Sudahkan kita menemukannya? Kalau belum, apa yang akan kita lakukan?

Kita malah sering berpikir bahwa harta karun surgawi itu begitu sulit untuk diraih. Terus kita lebih berpihak untuk mengumpulkan harta duniawi. Sering kita tidak berani apabila ditantang untuk menukar harta duniawi kita dengan harta karun surgawi yang harus kita gali. Keinginan ada namun kita kalah karena kawatir, jangan-jangan malah rugi. Harta duniawi hilang, harta karun surgawi tertanam begitu dalam dan begitu sulit untuk mencapainya. Akhirnya kita tidak berani membeli harta karun surgawi tersebut. Kita menawar, kalau boleh jangan sampai menghabiskan harta duniawi yang sudah dimilki.

Dapat kita bayangkan sewaktu kita mengalami sakit. Bisa sakit gigi, sakit kepala dan sebagainya. Suara lagu yang indah menjadi tidak menarik, makanan yang kita anggap enak menjadi tidak berselera memakannya. Mobil mewah sudah tidak menarik lagi dan tidak kita butuhkan waktu itu. Yang kita inginkan pada waktu itu hanya segera lepas dari himpitan sakit. Kalau bisa ada obat cespleng yang bisa membuat langsung sembuh seketika. Mungkin kita harus bisa seperti orang yang sakit gigi tersebut, mencari cara dengan segala upaya agar terbebas dari sakit. Melupakan segala kesenangan karena ingin segera sembuh.

Kerajaan Sorga hanya dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang berani melepaskan diri dari kelekatan duniawi, dan berubah memilih kebenaran sorgawi. (4)

Perumpamaan tentang mutiara yang berharga
13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Mutiara yang luar biasa indahnya adalah dambaan bagi orang yang dapat menghargai nilai keindahan. Tidak sembarang kerang bisa menghasilkan mutiara yang indah. Pasti pada zaman itu mutiara merupakan barang langka. Hal tersebut pasti akan dicari sampai ketemu. Jika perlu, segalanya akan dikorbankan untuk mendapatkan mutiara tersebut.

Pertanyaannya, apakah semua orang tertarik dengan mutiara yang indah? Adakah hal lain yang lebih menarik pada saat itu? Atau mutiara hanya suatu impian yang tidak bisa dicapai untuk dimiliki, karena sesuatu sebab. Hanya orang kaya saja yang mampu memiliki, yang akan mengangkat derajat dan gengsi. Atau mungkin kita ini sebenarnya tidak tahu, apakah yang kita inginkan, yang kita cita-citakan. Akhirnya disadari bahwa keinginan kita begitu banyak kalau mempunyai kemampuan. Terus keinginan itu kita susun dan kita buat skala prioritas. Jangan-jangan pada saat ini Kerajaan Sorga memang bukan skala prioritas yang utama. Masih ada yang kita anggap lebih penting untuk saat ini. Apabila menjadi prioritas utama yang kita cari, mustinya kitapun siap melepaskan apapun yang melekat dalam diri kita, demi Kerajaan Sorga. Demi kabahagiaan abadi lahir batin.

Kerajaan Sorga hanya dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang mencari kebenaran sorgawi dan berani melepaskan diri dari jeratan duniawi. (5)

Perumpamaan tentang pukat
13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 13:51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 13:52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."
Pukat bagi penulis adalah simbul kasih Allah. Karena kasih-Nya, Tuhan menebarkan jaring untuk semua manusia tanpa membeda-bedakan, tanpa melihat agama dan kepercayaan, tanpa membedakan warna kulit. Tuhan mengharapkan semua manusia dapat melewati rintangan samudera duniawi dan semuanya terjaring masuk sorga.

Begitu melemparkan pukat ke dalam air, sang pemukat akan dengan sabarnya menunggu dan menunggu, sampai pada saatnya kapan harus diangkat. Pukat tidak pernah memilih-milih ikan atau binatang lain yang masuk perangkap kasihnya. Setelah saatnya diangkat, barulah kelihatan mana yang baik dan mana yang tidak. Yang dianggap tidak layak, tidak memenuhi syarat akan dibuang, sedangkan yang layak masih mungkin dipisah-pisahkan, diklasifikasikan sesuai kualitasnya. Betapa ngeri membayangkan ikan tidak layak yang dibakar dalam dapur api, yang hanya berisi ratapan dan kertak gigi. Kita termasuk ikan yang mana?

Perumpamaan ahli Taurat yang menerima pelajaran tentang Kerajaan Sorga agak sulit dicerna. Apakah yang dimaksudkan adalah terjadinya perubahan dari paradigma dan perbuatan lama, menuju paradigma dan perbuatan yang baru sesuai ajaran-Nya? Membersihkan diri dari segala macam perbuatan lama dan diganti dengan perbuatan baru? Mati dari manusia lama dan hidup menjadi manusia baru? Anggaplah cuci otak.

Sering kali kita mempercayai ajaran, cerita atau dongeng yang disampaikan kepada kita. Mungkin malahan sudah kita ceritakan kepada yang lain dan juga percaya. Pada suatu ketika kita mengenal sumber pembuat cerita atau ajaran tersebut, dan disampaikan bahwa dongeng yang tersebar itu keliru. Yang sebenarnya adalah begini dan begitu. Betapa mengagetkan dan betapa susahnya kita keluar dari kemapanan, kebiasaan yang selama ini kita terima. Memori ajaran lama dan jabarannya tersebut harus dapat kita keluarkan, kita hilangkan sampai bersih. Dan sekarang berubah menerima langsung dari sumbernya.

Masalah lain masih ada, bagaimana yang dulu pernah menerima cerita kita? Dapatkah mereka semua kita hubungi? Apakah yang terjadi kalau tidak terhubungi semua?
Yang jelas, cerita kebenaran akan selalu berdampingan dengan cerita kebohongan sampai waktu yang tidak terbatas. Sampai-sampai bias menjadi tidak jelas, mana yang benar mana yang salah, mana yang asli mana yang palsu. Mungkin hanya dengan ketajaman hati baru bisa membedakan, gampangnya kita kembali ke ajaran awal, dengan melihat buah-buahnya.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan kepada orang-orang beriman yang berani berubah total, memenuhi syarat sesuai ketetapan dan kehendak Tuhan. (6)

Dalam pemaham penulis, Tuhan Yesus mengungkapan Kerajaan Sorga dengan berbagai macam perumpamaan, yang berarti banyak cara untuk menuju kesana. Yang pertama adalah percaya bahwa Allah itu ada dan selalu berkarya. Kemudian mencoba mendengarkan suara-Nya, merenungkan pesan atau kehendak-Nya. Selanjutnya kita berusaha bangkit untuk berubah melaksanakan amanat-Nya, berani melepaskan diri dari kelekatan duniawi untuk berpihak kepada kebenaran sorgawi.

Yesus ditolak di Nazaret
13:53. Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. 13:54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 13:56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" 13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." 13:58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.
Rasanya perlu disadari juga, bahwa biarpun kita bukan seorang nabi, namun apabila kita menjadi terkenal dan dihormati, atau disegani, jangan-jangan hal tersebut tidak akan berlaku juga di dalam keluarga kita. Kita akan diangap oleh keluarga kita sebagai biasa-biasa saja. Keluarga kita sudah lebih tahu siapakah kita, mulai dari kecil sampai dewasa. Demikian juga oleh tetangga, kita akan dianggap biasa saja. Mereka sudah mengenal latar belakang kehidupan kita. Perubahan yang terjadi, biasanya akan lebih dirasakan oleh orang-orang yang sudah lama tidak pernah ketemu. Pertemuan setiap hari lebih sulit untuk melihat dan meraba rasakan perubahan yang dialami seseorang yang selalu ketemu. “Itu kan Darmono yang kita kenal dulu. Apa betul sich, dia sekarang sudah berubah?” Jelas berubah! Berubah semakin tua! Dikatakan bahwa yang kekal itu perubahan.

Karena tidak adanya kepercayaan, maka mukjizat juga tidak banyak terjadi. Kelihatannya kita harus percaya dan percaya dahulu, agar mukjizat selalu terjadi pada kita. Dan nyatanya setiap saat yang kita lalui adalah mujizat dan mujizat, yang perlu kita syukuri. Mujizat yang sifatnya pribadi, yang kita rasakan dan yakini sepenuh hati. Dari hal sepele sampai yang besar, apakah itu sapaan, penghiburan ataupun peringatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar