Sabtu, 28 November 2009

Memahami Matius Bab 3.

Bab 3. Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus dibaptis

Yohanes Pembaptis
3:1. Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: 3:2 "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" 3:3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
3:4 Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. 3:5 Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. 3:6 Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.

3:7. Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
3:8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. 3:9 Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 3:10 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 3:11 Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 3:12 Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."

Pada awal bab 3 diceritakan tentang Yohanes Pembaptis, yang kita percayai sebagi anak dari pasangan Zakharias dan Elisabeth. Dialah yang menyerukan pertobatan, agar semua orang kembali ke jalan yang benar karena Kerajaan Surga sudah dekat. Penulis meyakini bahwa yang disebutkan itu adalah Tuhan Yesus sendiri, yang empunya Kerajaan Surga yang sebenarnya begitu dekat dengan mereka orang Yahudi. Yohanes Pembaptis dipersiapkan sebagai pembuka jalan, sebelum Yesus sendiri tampil di muka umum. Kehadiran Yohanes Pembaptis sudah dinubuatkan oleh para nabi sebelumnya.

Bagi penulis, bertobat bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan tangan, malik grembyang. Mungkin proses untuk berubah menjadi lebih baik dan benar, lebih dapat atau paling tidak agak mudah dicapai. Bertobat dan tidak berbuat lagi seperti yang dulu-dulu, mungkin untuk kelas Saulus yang berubah nama menjadi Paulus.

Disebutkan bahwa Yohanes berpakaian kulit mantel bulu unta, makanannya belalang dan madu hutan. Dalam benak penulis selama ini, makanan belalang adalah binatang kecil yang sering kita jumpai di kebun atau sawah, kita bakar dan dimakan terasa gurihnya. Di daerah pegunungan hutan jati di selatan Solo Yogyakarta sampai sekarang ini masih banyak yang menjajakan belalang di pinggir jalan. Kita bisa membayangkan kalau belalang bakar tersebut dicelupkan ke dalam madu. Pasti ada rasa gurih dan manis bercampur menjadi satu.

Sewaktu penulis ke Israel, pemandu mengatakan bahwa di Israel ada pohon perdu berbuah yang disebut pohon belalang. Buahnya menyerupai buah petai cina atau seperti wijen. Jika buah tersebut dimasak bersamaan dengan madu, kemudian didinginkan maka akan menjadi panganan yang tahan lama. Kita bisa memakannya dengan dicuwil atau dipotong dengan pisau. Sisanya kita simpan kembali untuk persediaan nanti kalau lapar kembali.

Jika kita rasakan, kata-kata Yohanes Pembaptis cukup keras dan pedas walaupun hal tersebut tidak keliru. Untuk orang-orang tertentu, perkataannya bisa membuat orang sakit hati dan tersinggung. Namun jika kita bayangkan bahwa yang berdatangan mencari Yohanes Pembaptis, pastilah orang tersebut membutuhkan sesuatu untuk masalah yang rohani. Singgungannya malah bisa dirasakan dan diresapi bahwa itu benar.

Yesus dibaptis Yohanes
3:13. Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. 3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" 3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya. 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Tuhan Yesus memang begitu ajaib dan sering mengejutkan jika kita rasakan dengan akal kita. Sebelum sebagai pembaharu dalam kehidupan sehari-hari, Tuhan Yesus selalu siap melakukan segala macam aturan yang berlaku pada waktu itu. Sebagai orang Yahudi, Tuhan Yesus siap menjadi manusia sejati, bahkan manusia kebanyakan yang biasa-biasa saja. Begitu bersahajanya dan Dia berkata :“Biarlah hal itu terjadi,” sebagaimana orang lainpun melakukan hal yang sama, biarpun Dia tanpa dosa. Dibaptis berarti dicuci dengan air atau dibasahi, dibersihkan dari dosa, setelah menyesali segala perbuatan jahat yang pernah dilakukan. Sepertinya hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus yang tanpa dosa sudah siap diwisuda melalui pembaptisan seperti manusia biasa. Melalui pembaptisan ini Dia siap memproklamirkan diri sebagai pembaharu untuk mengajar.

Kita sebagai manusia biasa yang penuh kedagingan, rasanya sangat sulit untuk melakukan hal tersebut. Melakukan sesuatu yang disebabkan telah dianggap berbuat “salah,” padahal tidak berbuat yang keliru. Sudah berbuat salah saja masih mencari-cari alasan untuk pembenaran diri, apalagi jika memang tidak berbuat salah. Mungkin kemarahan kita tonjolkan lebih dahulu bahwa kita tidak salah.

Merendahkan diri dengan rendah hati, menekan ego dengan mengalah, mengalahkan emosi rasanya begitu sulit. Tetapi itulah pelajaran pertama yang diajarkan Tuhan Yesus; Biarlah terjadi demikian, karena kita harus melaksanakan rencana Allah. Kerendahan hati dan kesabaran, yang kalau kita bayangkan pasti dengan senyuman tulus. Tuhan Yesus tersenyum kepada Santo Yohanes! Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa melalui pembaptisan kita diwisuda seperti Tuhan Yesus. Kita diterima dalam keluarga besar Yesus Kristus dengan suatu tugas atau kewajiban sebagai pewarta kabar sukacita yang diajarkan oleh-Nya.

Kita diajar untuk berani dan tidak segan melakukan segala sesuatu, seperti yang dilakukan orang lain. Kita diajar untuk disiplin dengan segala macam aturan yang berlaku, suka tidak suka karena memang sudah aturan, adat istiadat atau kebiasaan. Diajar untuk menjadi warga negara yang baik dengan berbuat nyata, biarlah kita lakukan karena sudah sepatutnya. Mungkin kita malahan diminta untuk bertanya kepada diri sendiri, apakah kita sudah menjadi warga masyarakat yang baik? Anggaplah menjadi warga masyarakat dimana kita tinggal, apakah itu tingkat RT (rukun tetangga) atau RW (rukun warga) atau yang lebih luas lagi. Sudahkan kita melakukan kewajiban kita sebagai warga masyarakat atau warga negara? Atau malahan kita menuntut terlebih dahulu hak-hak yang harus kita peroleh?
Kita diajar juga untuk berani memulai perubahan untuk hal-hal yang dirasa tidak sesuai dengan inti kebenaran dan kebaikan, apakah itu kebiasaan, adat istiadat atau aturan. Diajar untuk berani tampil yang berpihak kepada kebaikan, kebenaran dan keadilan.

Cerita selanjutnya Roh Kudus turun yang disertai suara Bapa dengan begitu jelas. Roh Kudus yang disimbulkan sebagai merpati putih terbang di langit. TuhanYesus sebagai Putera Allah yang bersedia turun ke dunia dimana Bapa begitu berkenan.
Apakah Yohanes Pembaptis dan yang lainnya juga mendengar suara Allah Bapa? Injil yang lain menyebutkan bahwa Yohanes Pembaptis memang diberi karunia tanda. Rasanya belum pernah ada cerita bahwa Bapa begitu berkenan akan kelakuan manusia kebanyakan. Banyak cerita dalam Perjanjian Lama bahwa orang-orang terpilihpun banyak melakukan kesalahan. Begitu mereka menyadari akan kesalahannya dan berubah melalui penyesalan murni, atau bertobat, maka Allah akan tetap membuka kedua tangan-Nya dan ikhlas mengampuni.

Apakah langit terbuka sebagai lambang terbukanya sorga karena Anak Allah turun ke bumi dan siap melaksanakan kehendak Bapa? Dengan demikian Tuhan Yesus membangun jembatan yang selama ini terputus karena kelakuan kita, manusia ini. Dia sendiri yang menjadi jembatan, sebagai penghubung antara surga dan dunia. Demikian kasih-Nya kepada umat manusia, sebagai jembatan, yang berarti siap diinjak-injak oleh manusia agar dapat menuju ke keselamatan.

Penulis jadi berandai-andai, jika manusia awal dan selanjutnya itu memperhatikan dan meniru burung merpati pasti pasangannya hanya satu. Jika di Jawa ada binatang laut yang disebut mimi lan mintuna yang tidak pernah berganti pasangan hidup. Celakanya, manusia lebih senang memperhatikan dan meniru binatang yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar