Minggu, 29 November 2009

Memahami Matius Bab 14

Bab 14. Yohanes Pembaptis dibunuh, memberi makan 5000 orang, berjalan di atas air

Yohanes Pembaptis dibunuh
14:1. Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. 14:2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya." 14:3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. 14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" 14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. 14:6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, 14:7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. 14:8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam." 14:9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. 14:10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara 14:11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. 14:12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Yesus memberi makam lima ribu orang
14:13. Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. 14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. 14:15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." 14:16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." 14:17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 14:18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." 14:19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. 14:20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 14:21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
“Kamu harus memberi mereka makan” adalah suatu ajaran nyata untuk berbelas kasihan kepada sesama. Memberi makan orang lain menjadi ajaran dari Tuhan Yesus sendiri, yang mestinya harus kita teladani. Makan tidak mesti berupa roti atau nasi, namun bisa segala macam lainnya yang memang bisa dimakan. Dan masih ada makanan lain yang dibutuhkan untuk kesehatan rohani, makanan Firman atau ajaran kehidupan yang berisi kebenaran dan kebaikan.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengusir tamu secara halus hanya karena kita tidak siap membagi rezeki kepada orang lain. Apalagi persediaan makanan pada waktu itu hanya cukup untuk sekeluarga. Dimakan sekeluarga saja pas-pasan, apalagi kalau dibagi bersama tamu pasti akan kurang. Setelah itu kita menggerutu atau membatin :”Datang bertamu saja pas saat makan. Disengaja kali?” Jelas bahwa kita tidak sama dengan Tuhan Yesus yang maha kasih dan maha kuasa yang dapat menggandakan roti dan ikan sampai bersisa.

“Bawalah kemari kepada-Ku,” merupakan ajaran agar apa yang ada, yang kita miliki menjadi berkat apabila dihunjukkan kepada-Nya. Jika kita berani berkorban dengan tulus penuh belas kasih, berkat Tuhan pasti akan membikin “kenyang” kita semua bersama tamu kita. Yang sedikit itu akan menjadi berkat bersama, akan mengisi perut dan membuat kenyang rohani kita. Biarlah yang sedikit itu kita nikmati bersama-sama dengan suka cita, karena memang hanya itu adanya. Sukacita tumbuh bersama-sama karena dianggap dan menganggap sahabat atau keluarga. Dan nyatanya suatu sukacita bisa mengalahkan rasa belum kenyang. Mencicipi saja sudah cukup membikin kenyang jiwa dan raga, karena kasih bisa mengalahkan segala-galanya.

Betapa mukjizat Tuhan Yesus begitu hebat, semuanya mungkin ribuan orang yang makan kenyang. Berapa banyak orang yang makan mungkin tidak begitu penting, karena yang lebih bernilai adalah betapa Tuhan Yesus memaklumi akan kebutuhan manusia ini. Begitu berbelas kasih dengan contoh nyata memberi makan. Mengajarkan dan menggerakkan kita untuk berbuat seperti Dia, berani dan tulus melakukan karya belaskasih kepada sesama.

Ada satu hal, betapa bangsa Yahudi tidak pernah memperhitungkan perempuan dan anak-anak. Sepertinya perempuan dan anak-anak cukup diperhitungkan sebagai yang nomor dua. Perempuan cukup dianggap sebagai kanca wingking, teman dibelakang yang tempatnya lebih banyak di dapur. Dan anak-anak dianggap belum dewasa yang belum bisa mengikuti pola pikir orang tua. Kelihatannya budaya ini berekembang menjalar ke seluruh dunia, yang mungkin karena kodrat laki-laki dan perempuan yang memang berbeda. Jangan-jangan manusia zaman dahulu kala berkaca atau lebih cenderung seperti binatang pada umumnya. Bukan meniru model merpati yang begitu setia bekerja sama membesarkan anak-anaknya, yang tetap mengikuti kodrat antara jantan dan betina.

Kira-kira apa yang ada dibenak semua orang pada waktu itu, ketika menyaksikan keajaiban yang diperbuat oleh Tuhan Yesus? Bagaimanakah nasib roti sisa yang duabelas bakul itu? Penulis merasa yakin bahwa ada sebagian orang biasa yang percaya kepada Tuhan Yesus. Mungkin yang sebagian besar hanya melihat kesaktian-Nya saja, yang mungkin pada suatu ketika bisa dimanfaatkan untuk memberontak kepada penjajah. Karakter yang keras dan bebal hanya akan melihat dari sudut duniawi yang menguntungkan.

Yesus berjalan di atas air
14:22. Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 14:23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
Tuhan Yesuspun sering menyendiri untuk berdoa di atas bukit, dan bukan hanya sebentar. Mungkin saja Tuhan Yesus sedang ngobrol dengan Bapa di surga, atau malahan dengan para kudus lainnya. Jadi, sebenarnya Tuhan Yesus tidak sendirian karena ada yang menemani ngobrol. Paling tidak hal tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa berdoa atau sebut saja ngobrol rohani menjadi kebutuhan dalam hidup kita. Rasanya sangat berat untuk melakukan permenungan yang berlama-lama seorang diri. Untuk berdoa rosario tiga peristiwa saja begitu berat, yang dapat menghabiskan waktu dua-tiga jam. Namun apabila istilah doa itu kita ubah menjadi berbicara atau berkomunikasi malahan ngobrol, berarti tidak sendirian namun terjadi dialog rohani. Jangan-jangan waktu berlalu tidak terasa, tahu-tahu sudah berjam-jam. Pengalaman penulis dengan para sahabat sewaktu ngobrol rohani nyatanya semalam suntuk berlalu tidak terasa.

Pada kenyataannya, memang merenung dan ngobrol dengan Tuhan lebih enak di malam hari yang sunyi. Tidak banyak gangguan yang masuk dari panca indera, namun masih ada hambatan lain untuk melawan kantuk, kemudian pikiran yang melayang kemana-mana. Penulis tidak tahu, apakah Tuhan Yesus berdoa seperti yang ada dalam gambar-gambar dimana Dia berlutut, kedua telapak tangan dikatupkan di depan dada. Ataukah sebenarnya Dia begitu santai karena bertemu Bapa yang mahakasih dan yang kudus lainnya. Jika kita bisa melihatnya, jangan-jangan seperti orang yang sedang melamun padahal komunikasinya dari hati ke hati yang tidak kelihatan. Dalam pemahaman penulis, ngobrol dengan Tuhan secara pribadi yang begitu intim, kita tidak berpikir lagi tentang tata gerak tubuh harus begini dan begitu. Hati, jiwa dan pikiran kita secara spontan menyesuaikan diri, mengalir mengikuti obrolan sengan Tuhan. Pada saatnya bisa saja terus menyembah sampai dahi menyentuh tanah, kemudian duduk santai atau malahan setengah tiduran. Penulis membayangkan bagaimana orang yang sakit perut pergi ke kamar mandi dan merasa sulit untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya. Atau orang yang sedang sakit parah yang hanya bisa tiduran telentang.
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk berdoa yang benar, yang dapat keluar dari hati, bukan hanya dari bibir saja. Ajarilah aku untuk ngobrol dengan-Mu, dalam hal apa saja.


14:24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. 14:25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. 14:26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. 14:27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" 14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 14:29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" 14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" 14:32 Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. 14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Kita juga sering takut akan cerita hantu dan rasanya tidak akan berani kalau diminta tinggal malam-malam di tempat yang sepi dan gelap sendirian. Ketakutan itupun dialami oleh para murid. Siapa yang dapat berjalan di atas air kalau bukan makhluk halus? Kita tidak sadar bahwa Tuhan Yesus begitu sakti, begitu maha kuasa. Apapun dapat Dia perbuat kalau Dia menghendaki. Bahkan air danau atau lautpun lebih mengenal dengan penciptanya. Air tersebut dengan penuh hormat bagaikan merapatkan diri untuk menyambut Sang Maha, seolah-olah menjadi batu es agar Tuhan Yesus bisa berjalan dengan santai. Hal ini menjadi pengalaman tersendiri bagi para murid, bahwa gurunya betul-betul Anak Allah.

Yang diharapkan Tuhan Yesus hanyalah berteguh hati karena Dia akan selalu menyertai orang yang percaya (madep manteb mati marang Gusti). Jadi, iman memang gampang diucapkan, namun sangat sukar untuk menghayatinya, apalagi ditengah-tengah keraguan. Kita bisa membayangkan bagaimana hati pikiran kita, tatkala tengah berdoa diwaktu malam, tiba-tiba kita melihat seseorang berada di hadapan kita dan kita tidak tahu dari mana datangnya. Mungkin yang berkecamuk pada waktu itu bisa macam-macam, hantu, Tuhan atau orang kudus lainnya atau malahan pingsan saking kaget dan takutnya.

“Tenang, jangan takut. Ini Aku.” kata-Nya. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk selalu tenang, tidak perlu panik. Suasana, situasi atau keadaan apabila Tuhan datang mestinya akan sangat berbeda dibandingkan bila hantu yang datang. Sang Maha Kasih mestinya akan menebarkan aroma dan suasana sejuk, tenteram yang melegakan. Sedangkan hantu atau roh jahat kemungkinan besar akan menimbulkan suasana yang tidak enak, merinding atau bulu roma berdiri yang lebih dekat ke menakutkan.

Tuhan Yesus berkata :”Datanglah” kalau kita memang menginginkan sesuatu dalam Nama-Nya. Ucapan-Nya bukanlah kata-kata basa-basi, etika berbicara, namun betul-betul ucapan yang tulus penuh kasih. Ucapan yang mengharap, dan menunggu kedatangan kita. Namun keraguan dan iman kita yang tipis yang menjadi batu sandungan. Maka tenggelamlah Petrus, demikian juga kita akan tenggelam karena kurang percaya. Seringkali kita bimbang dan ragu akan sesuatu yang membuat kita kuatir akan hari-hari kemudian. Sepertinya kita tenggelam atau terperosok ke dalam kekuatiran tersebut. Yang muncul di benak kita hanya kuatir, bagaimana ini, bagaimana itu dan sejenisnya. Kita merasa tertekan bahkan sakit perut yang tidak jelas. Sepertinya pada saat itu kita selalu lupa bahwa kita mempunyai Tuhan yang Maha Baik dan Maha Belas-kasih. Yang mengharapkan kita terus berjalan maju sampai dihadapan-Nya, madhep manteb lumaku tumuju. Kebimbangan dan keraguan akan menjadi batu sandungan bagi kita untuk bertemu dengan Tuhan Yesus, Sang Anak Allah.

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk tidak bimbang dan hanya percaya kepada-Mu saja, dan tidak mencobai Engkau.

Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret
14:34. Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. 14:35 Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya. 14:36 Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.

Bab ini kelihatannya menyiratkan bahwa Tuhan Yesus sebenarnya begitu mengasihi saudara-Nya, Yohanes Pembaptis yang dibunuh Herodes. Sebenarnya Dia ingin menyepi, namun karena kasih-Nya kepada banyak orang, Dia menyingkirkan keinginan tersebut. Dia lebih memperhatikan kebutuhan orang-orang yang masih hidup ini. Kebutuhan jasmani maupun rohani, walaupun nyatanya manusia lebih membutuhkan yang jasmani. Setelah segalanya selesai, barulah Dia menyendiri untuk ngobrol dengan Bapa dan mungkin juga dengan roh Yohanes Pembaptis. Kemudian, Dia menunjukkan keAllahan-Nya kepada para murid dengan cara berjalan di atas air danau. Bukan main!

Kita juga bisa merasakan betapa Yohanes Pembaptis begitu teguh kepada kebenaran dan kebaikan. Dia berani melawan, mengecam penguasa yang berlaku tidak benar walaupun risikonya harus masuk penjara bahkan mati menjadi pahlawan kebenaran. Dia tidak mengajak banyak orang untuk berdemonstrasi dan berdiri di belakang layar. Salah seorang nabi besar yang mewakili zaman perjanjian lama namun malah tidak dipercaya oleh kelompok elit dalam agama maupun pemerintahan pada waktu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar