Minggu, 29 November 2009

Memahami Matius bab 16

Bab 16. Ragi orang Farisi dan Saduki, pengakuan Petrus, penderitaan Tuhan Yesus

Orang Farisi dan Saduki meminta tanda
16:1. Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. 16:2 Tetapi jawab Yesus: "Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, 16:3 dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. 16:4 Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus." Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi.
Jangan-jangan penulis lebih mirip dengan orang Farisi dan Saduki. Setiap kejadian besar, dalam benak kita tertanam bahwa sebelumnya pasti ada tanda-tanda, isyarat, mimpi dan sejenisnya. Terus kita mencoba menyusun kilas balik, kemudian mengangguk-angguk sendiri. Sepertinya tanda isyarat sudah kita temukan menurut rekaan kita. Hal tersebut terus kita obrolkan dengan teman sahabat, yang secara tidak langsung kita ingin mengatakan bahwa kita hebat bisa mendeteksi tanda-tanda.

Jika mendengar atau membaca penampakan Bunda Maria kepada orang terpilih, muncul dalam benak kenapa aku koq tidak. Akankah hal itu dapat terjadi pada diriku? Mbok sekali-kali Tuhan Yesus atau orang kudus pilihannya memberi sesuatu kepadaku secara jelas dan nyata. Dibalik uneg-uneg tersebut, sebenarnya tersembunyi keinginan ego rasa kebanggan yang bisa menjadikan besar kepala, merasa lebih dan sebagainya. Ujung-ujungnya ya hanya ingin pamer, menyombongkan diri. Penulis sering tidak menyadari bahwa penulis belum bersih dan mungkin tidak pernah bersih dibandingkan dengan mereka yang terpilih.

Kita masih beruntung dibandingkan dengan orang Farisi dan Saduki, karena kita bisa mengerti tentang tanda nabi Yunus sesuai Kitab Suci. Mengerti setelah duaribu tahun kemudian dari bacaan Kitab Suci. Penulis merasa yakin bahwa mereka pada waktu itu tetap tidak mengerti atau ragu-ragu dengan tanda nabi Yunus yang masuk ke dalam perut ikan selama tiga hari. Apa hubungannya nabi Yunus dengan Tuhan Yesus pada waktu itu? Rasanya tidak akan ada ikan sebesar di laut lepas bila di danau Tiberias atau Galilea. Nabi Yunus di dalam perut ikan bukan di danau Galilea, tetapi di laut lepas mediterania. Terus, apa maksudnya?

Memang sangat sulit apabila mata hati kita sudah dibutakan oleh sesuatu. Rasanya kita ini sudah menjadi orang yang paling benar dalam segala hal. Padahal tidak tahu apa-apa sama sekali. Sewaktu ada seseorang yang memberi tahu, anggap saja boss kita, bahwa masih ada sedikit kesalahan, rasanya setengah mati sulitnya untuk menemukan kesalahan tersebut. Diurut dari atas ke bawah, dilihat dari kiri ke kanan, dibolak-balik tetap susah ketemu, ya karena sudah merasa benar tadi. Namun apabila kita berani minta tolong kepada seseorang, pasti orang tersebut akan dengan cepat menemukan kesalahan yang kita perbuat.

Paling tidak kita bisa belajar bahwa Tuhan Yesus lebih sering mempergunakan simbol-simbol, perumpamaan, kiasan dan sejenisnya. Demikan juga dalam liturgi gereja, sering kita jumpai simbol-simbol yang mempunyai arti dan pengertian tertentu.

Tentang ragi orang Farisi dan Saduki
16:5. Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti. 16:6 Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." 16:7 Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti." 16:8 Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! 16:9 Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? 16:10 Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian? 16:11 Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." 16:12 Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.
Pada zaman sekarang ini, siapakah yang mirip dengan orang Farisi dan Saduki? Ragi atau ajaran mereka yang perlu diwaspadai. Sering kali kita mendengarkan khotbah atau ceramah orang-orang terkenal yang begitu bagus isinya. Argumentasi tentang pandangannya kelihatan begitu sesuai dengan Kitab Suci. Pengikutnya atau yang berpihak kepadanya juga banyak. Namun dilain saat, kita mendengar orang tersebut sedang ada masalah yang negatif, berselisih paham dengan segolongannya atau menjadi kaya mendadak bukan karena menang undian. Atau malahan “nubuatnya” tidak pernah terjadi, atau meleset sama sekali dari perkiraan.

Sebagai orang bodoh dan polos yang gampang percaya kepada perkataan manis seseorang, rasanya tidak pernah berpikir bahwa setiap perkataan kadang-kadang mempunyai maksud-maksud tertentu. Disinilah susahnya membedakan ajaran Tuhan yang murni dengan ajaran manusia yang sudah mendalami Kitab Suci dan pandai mengkaitkan dengan situasi yang diharapkan. Mungkin ada benarnya, namun mungkin juga karena ada maksud khusus.

Mungkin kitapun termasuk dari jenis Farisi atau Saduki atau malahan keduanya menjadi bagian dalam diri kita. Seringkali kita merasa lebih pintar di lingkungan kita, padahal tidak ada apa-apanya. Coba kita bayangkan jika kita menginformasikan sesuatu atau mengajarkan sesuatu yang salah, namun diterima karena meyakinkan. Betapa besar dampaknya apabila informasi atau ajaran tersebut disebar luaskan. Jangan-jangan banyak dogma yang keliru di dunia ini, yang menyebar luas dan dilaksanakan begitu saja dengan percaya. Buntutnya dimana-mana banyak terjadi konflik, karena semuanya merasa benar sesuai keyakinannya.

Bila benar dan salah itu bedanya tipis sekali, berarti ada gradasi tingkat kebenaran. Ada benar satu ada benar dua, benar sepuluh, benar seratus sampai maha benar. Demikian juga ada salah satu, ada salah dua, ada salah sepuluh sampai salah sekali. Dan yang salah ini secara matematis dapat saja disebut kebenaran yang negatif.
Coba, kalau setiap orang mau mengemukakan kebenarannya masing-masing, mulai dari kebenaran yang paling negatif. Berarti mau milihat kesalahan diri sendiri lebih dahulu. Pasti akan hebat hasilnya dan mengagumkan. Itulah penyangkalan diri bahwa kita belum ada apa-apanya, masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki. Kalau kita berani mengakui kelemahan kita, mestinya kita tidak akan mencari kelemahan orang lain.

Kembali kepada mujizat Tuhan Yesus yang memberi makan lebih dari empat ribu dan lima ribu orang. Dan hal ini ditekankan lagi oleh Tuhan Yesus sendiri bahwa karya tersebut bukan rekayasa, bukan tidak terjadi. Mujizat yang benar-benar terjadi bahwa Tuhan Yesus memberi makan orang banyak, dengan cara yang mengherankan. Namun penulis pernah mendengar kotbah atau homili bahwa kejadiannya bukan begitu. Si pengkotbah berkata bahwa Tuhan Yesus hanya menggugah hati para pendengar agar bisa saling peduli dengan sekitarnya. Akhirnya semua orang yang membawa bekal mengeluarkan makanan yang sudah disiapkan dan bersantap bersama. Mujizatnya adalah bagaimana Tuhan Yesus membuka hati semua orang yang berkumpul tersebut. Bagi penulis, kemungkinan besar jumlah orang yang berkumpul mungkin tidak sampai sebanyak itu. Mungkin saja Matius menekankan bahwa mujizat itu memang benar terjadi dan dalam tulisannya didramatisir sedemikian rupa. Rasanya zaman pada waktu itu untuk mengumpulkan orang sampai ribuan kepala sangat sulit, kecuali ada suatu kejadian yang hebat bukan main. Tulisan tersebut pasti ada maksud tertentu, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu. Membual sedikit tidak apa-apa selama ada buktinya, maka disebutkan kira-kira lima ribu atau empat ribu orang.

Pengakuan Petrus
16:13. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." 16:20 Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.
Sampai sekarangpun masih banyak orang yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang menyertai kita, Kristus atau Mesias, yang terurapi. Banyak orang mengatakan dan dipercaya bahwa Dia adalah seorang nabi, sama dengan nabi-nabi yang lain.
Dapatkah kita seperti Simon Petrus dengan tegas berkata penuh keyakinan:”Engkau adalah Mesias, Allah Putera yang hidup.” Dan dari awal Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa Petrus akan menjadi wakil-Nya di dunia, menjadi bapa bangsa. Semua jemaat yang beriman dan berpegang teguh pada ajaran Tuhan Yesus serta melaksanakannya, tidak perlu takut kepada kuasa kegelapan. Petrus menjadi dasar gereja awal bersama dengan para rasul lainnya. Mereka mempunyai kuasa mengikat dan melepaskan seperti istilah Jawa “Sabdo Pendito Ratu,” apa yang dikatakan mereka menjadi pegangan hidup kita yang harus kita ikuti dengan penuh kepatuhan, kesetiaan.

Sepertinya kata-kata Tuhan Yesus di atas menjadi kenyataan nubuat bagi Petrus. Dipercayai dia menjadi martir dengan cara disalibkan terbalik dan makamnya sendiri baru diketemukan sekitar tahun 1950-an. Kebetulannya kalau tidak disebut nubuat, makamnya diketemukan tepat di bawah Altar Basilika Santo Petrus di Vatikan! Dalam katakombe ada tulisan yang kurang lebih berbunyi “Petrus berbaring di dalam sini.” Di atas jenazahnya berdiri gereja untuk berkumpul para jemaat seluruh dunia! Di atas Petrus (batu karang) Tuhan Yesus mendirikan jemaat-Nya! Dalam komunikasi kami dengan santo Petrus, beliau mengatakan bahwa dia menjadi martir melalui penderitaan dan kepalanya dibenturkan ke batu dan pecah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kala kita mengeluhkan tentang seorang imam yang tidak sesuai dengan kehendak hati kita. Kalau bisa imam tersebut diganti yang lain saja. Dan kita kalau boleh, ingin menahan seorang imam jangan sampai dipindahkan ketempat lain, karena sudah cocok dengan selera kita. Kita tahu bahwa Santo Simon Petrus bukanlah seorang yang pandai sekali, dan sering kali ditegur oleh Tuhan Yesus. Harus kita sadari bahwa para rasul bukan malaekat, tetapi masih tetap manusia, demikian juga para penggantinya sampai dengan saat ini. Merekapun masih dapat berbuat keliru dalam berbicara atau bertindak, namun mereka tetaplah gembala umat yang mewakili Tuhan Yesus sendiri. Pastor juga manusia!
Pengalaman rohani sewaktu anak sulung penulis melaksanakan Sakramen Pernikahan dalam Misa Kudus, sahabat penulis yang bernama pak Pudjono mengatakan bahwa Santo Petrus berkenan hadir dan memberi nasihat pendek :”Dadia kokoh, kikih, keukeuh, kaya aku.” Cucu pertama penulis diberi nama Petrus Emanuel, untuk memperingati pesannya.

Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus
16:21. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Petrus mendapat teguran yang cukup keras dari Tuhan Yesus. Petrus disamakan dengan Setan yang menggoda Dia sewaktu di padang gurun. Petrus yang baru saja diberi mandat sebagai pemegang kunci pintu surga, mungkin menjawab secara spontan yang dianggapnya baik. Nyatanya yang dianggap baik tersebut malah berasal dari bisikan Iblis. Iblislah yang disuruh pergi dari pikiran Petrus.

Dalam pemahaman penulis, secara tidak langsung kita diajar untuk selalu waspada dan berhati-hati. Iblis bisa berkarya dimana saja dan kapan saja, menyelinap secara halus dan tidak kita sadari. Bunya pikirannya sepertinya baik dan benar, tidak menyeleweng dari pakem yang ada. Namun kalau dicerna dengan hati yang bening maka akan terasa bahwa buah-buahnya tidak seiring sejalan dengan ajaran Tuhan sendiri.

Jangan-jangan kitapun sering seperti Petrus pada waktu itu. Kita menjadi penggoda atau batu sandungan dengan mengatas namakan kebiasaan yang ada, biarpun hal tersebut jelas keliru. “Ach, nggak apa-apa itu. Kan manusiawi. Yang lain kan juga begitu.” Secara tidak sadar iblis mempengaruhi hati dan pikiran kita, dengan alasan yang masuk akal. Kitapun sering menyetujui walaupun setengah ragu, akan perbuatan-perbuatan saudara yang kita segani atau kita hormati, dimana Tuhan Yesus tidak berkenan. Alasannya “manusiawi” tadi dan sudah menjadi budaya sehari-hari, yang mungkin kondisi dan suasananya sama di zaman Tuhan Yesus berkarya.

Sudah barang tentu kita tidak berani untuk berkata :”Minggat kau setan!” kepada seseorang yang mengajak untuk berbuat sesuatu yang tidak benar. Biasanya kita akan mencari kata-kata yang tidak menyinggung, karena kita tidak mau disebut “sok alim.” Pemikiran kita memang masih betul-betul pikiran manusia.

Kita mungkin sering memberi tip kepada seseorang yang pekerjaannya memang begitu. Dia digaji untuk melayani kita dan karena kebiasaan uang terima kasih tadi, akhirnya jika tidak diberi sesuatu akan menggerutu. Tip sepertinya menjadi keharusan dan timbullah istilah :”selama masih bisa dipersulit, mengapa mesti dipermudah” jika tidak ada uang terima kasih.

Sering kali sewaktu membuat proposal untuk mencari dana bagi kegiatan tertentu, biaya-biaya kita susun lebih besar atau di mark up dari rencana biaya sesungguhnya. Harapannya, jika tidak disetujui semuanya, dana yang diterima masih cukup untuk kegiatan tersebut. Mamon menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang ingin bekerja dengan baik dan bersih. Dan sedihnya, lebih sering kalahnya daripada menangnya melawan Mamon.
Enyahlah engkau Iblis! Jangan mengganggu aku, karena aku mau belajar mengikut Tuhan Yesus.

Syarat-syarat mengikut Yesus
16:24. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Ajaran Tuhan Yesus kelihatannya mudah, namun kenyataannya sangat sulit untuk diikuti. Kita harus menyangkal diri sendiri, melawan kedagingan kita yang penuh dengan ego dan keinginan duniawi. Keinginan duniawi mungkin masih dapat dianggap wajar, selama masih dalam batas-batas kebenaran yang sejalur dengan kehendak Tuhan Yesus. Yang umum terjadi adalah pembenaran diri, yang secara sadar malah menyalahkan orang lain. Menyangkal diri berarti berani mengakui kesalahan, kekurangan diri sendiri dan menyadarinya, sehingga dengan demikian kita bisa mulai berubah. Membenarkan diri berarti menutupi segala kekurangan atau kesalahan, sehingga bertahan dan tidak mau berubah.

Kita diajak untuk sering merenung, apakah kita sudah bisa “mengendalikan diri” dari ego dan emosi serta tekanan dari luar diri kita. Segala hal yang “menyesakkan hati” karena mengikuti dan melaksanakan ajaran-Nya, kita anggap sebagai salib kita pribadi yang harus kita pikul. Kita pikul dengan jatuh bangun di belakang Tuhan Yesus, sampai batas akhir. Salib yang harus selalu kita pikul, bagaikan tulang yang sudah menyatu dengan diri kita. Salib yang tidak harus dipotong agar terasa ringan, atau malahan kita lepas dari pundak kita.

Siapkah kita kehilangan “nyawa” karena menjadi pengikut Kristus? Disini kita harus berani mencoba membayangkan suatu kejadian yang ekstrim, dahsyat, dan siapkah kita mengaku sebagai murid Tuhan Yesus, dengan konsekuensi “nyawa kita.” Mengapa zaman sekarang ini sepertinya sudah mulai jarang terdengar ada martir-martir baru, para pahlawan Kristus yang mati teraniaya.

Penulis teringat akan ajaran pertama “berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Nyawa, jiwa, roh adalah segala-galanya di hadapan Tuhan. Tubuh hanyalah “uborampe” atau kelengkapan jasmani yang dalam persepsi kita ada yang cantik atau tampan, ada yang kurang atau malahan cacat. Dibalik kecantikan atau kecacatan seseorang, di hadapan Tuhan yang paling penting adalah hati, jiwa, nyawanya.

Berarti kekayaan yang tersedia di dunia ini hanyalah hiasan yang akan hancur ditelan masa. Jika kita tidak dapat menguasai diri dengan kekayaan dunia ini, maka rasa kepuasan tidak dapat dicapai karena kedagingan yang tidak pernah mengenal puas. Kalau rasa puas tidak pernah dicapai, maka rasa syukurpun rasanya sangat susah. Bagaimana kebahagiaan dunia dapat dicapai kalau belum merasakan kepuasan? Apalagi dari sisi rohani, kerajaan sorga di hati kita akan semakin jauh. Pada waktunya nanti kita akan berhadapan dengan Sang Maha Hakim, dan kita akan mendapat upah atau dihukum sesuai dengan perkataan, pikiran dan perbuatan kita. Kita sebenarnya sering melihat bahwa orang meninggal tidak pernah membawa kekayaan duniawi yang telah dikumpulkannya. Ada yang hanya selembar kain kafan putih, ada yang memakai pakaian lengkap, pakaian kebesaran atau memakai peti yang bagus. Kuburan mewah mungkin hanya untuk dikenang atau sebagai peninggalan sejarah. Nach ………. ?

16:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."
Ayat ini sangat membingungkan penulis, apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus? Apakah yang dimaksud bahwa seseorang tidak akan mati sebelum melihat Tuhan Yesus yang akan datang dengan kemuliaannya? Ataukah salah mengartikan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus pada waktu itu? Yang hadir pada waktu itu kalau penulis coba bayangkan paling tidak terdiri dari para rasul dan murid-murid yang lain, termasuk beberapa perempuan. Apakah yang dimaksudkan adalah Bunda Maria yang melahirkan Dia? Kita percaya bahwa Bunda Maria menjadi Bunda segala bangsa yang diangkat naik ke sorga dengan jiwa dan raganya. Bunda Maria tidak pernah mengalami kematian, karena kepasrahannya secara total kepada Tuhan Allah Bapa kita. Ataukah mereka yang mendapat karunia Roh Kudus pada waktu Pentakosta? Atau seminggu kemudian setelah Petrus, Yakobus dan Yohanes diajak naik ke puncak gunung serta melihat kemuliaan-Nya?

Yang penulis tangkap dan pahami adalah suatu kiasan atau simbul. Roh atau jiwa tidak pernah mati dan yang mati hanya tubuh, jasmani saja. Begitu mengalami kematian jasmani, rohnya akan “terus bangkit” mencari atau disambut Tuhan Yesus yang meraja dengan mulia. Yang bersangkutan tidak mengalami kematian rohani. Namun ada juga yang sewaktu meninggal, rohnya tidak langsung bangkit mencari Tuhan Yesus. Rohnya “mati sesaat”, diam karena belum diterima, mungkin harus melalui pemurnian lebih dahulu di api pencucian. Tidak semua yang hadir pada waktu itu, sewaktu meninggal akan langsung masuk surga. Siapakah mereka, yang mati langsung masuk ke dalam kerajaan surga? Pasti ada beberapa orang walaupun tidak tahu dengan pasti.

Tuhan Yesus, bukalah mata hati kami dengan kekuatan Roh Kudusmu agar aku tidak tersesat dalam memahami-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar