Minggu, 29 November 2009

Memahami Matius Bab 28

Bab 28. Kebangkitan Tuhan Yesus, Dusta Mahkamah Agama, Perintah memberitakan Kabar Sukacita

Kebangkitan Yesus
28:1. Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. 28:2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. 28:3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. 28:4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. 28:5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu." 28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."
Kelihatannya perempuan di Mata Tuhan mendapat perhatian lebih dalam sesuatu hal. Perempuanlah yang bertemu pertama kali dengan Tuhan Yesus, setelah kebangkitan-Nya. Demikian juga sebelumnya sewaktu ditemui oleh malaikat Tuhan di kubur. Para perempuan itulah yang mendapat kabar pertama kali bahwan Tuhan Yesus sudah bangkit dari mati. Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan para perempuan itu. Takut gembira setengah tidak percaya dan perasaan lain berkecamuk menjadi satu. Belum sampai hilang perasaan yang tidak keruan tersebut, tiba-tiba saja Tuhan Yesus muncul dan memberi salam. Dia betul-betul bangkit dari tempat kubur!

Perempuan yang selama ini bagaikan ciptaan nomor dua, kanca wingking (teman di belakang), yang begitu taat dan hormat kepada laki-laki, mendapatkan anugerah tersendiri. Para malaikat dan Tuhan Yesus sendiri berkenan mengangkat kembali derajat mereka, menjadi setara dengan laku-laki. Laki-laki dan perempuan hampir tidak ada bedanya, kecuali kodrat yang memang harus demikian.

Segala macam dosa kesalahan, sakit penyakit dan kelemahan dunia telah Dia tebus dengan kematian. Dan nyatanya maut juga telah dikalahkan-Nya. Tuhan Yesus bukan seperti hantu namun nyatanya bisa dipeluk kakinya, dapat dilihat dan diraba-rasakan. Ucapan salam sewaktu bertemu para perempuan, sepertinya mengajari kita untuk tidak pernah lupa juga untuk memberi salam kepada orang lain.

Galilea sudah pernah diucapkan oleh Tuhan Yesus sebelumnya (26:32). Dan Galilea sepertinya punya nilai tersendiri bagi Tuhan Yesus dan para rasul. Para rasul nyatanya memerlukan waktu beberapa saat sebelum bisa bertemu dengan Tuhan Yesus sendiri setelah kebangkitan-Nya.

Dusta Mahkamah Agama
28:11. Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 28:12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu 28:13 dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. 28:14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." 28:15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.

Satu hal yang harus kita maklumi bahwa dalam hidup ini kadang-kadang ada dua atau lebih cerita berbeda yang berkembang dimasyarakat untuk masalah yang sama. Pertama cerita yang disusun oleh pemerintah atau yang berkuasa pada saat itu, kedua cerita yang dirangkai oleh yang mengalami kejadian pada saat itu dan ketiga cerita bisik-bisik getok tular yang bisa bertambah dan berkurang. Biasanya yang terdata dan tercatat secara resmi ya cerita yang dibuat oleh penguasa. Cerita penguasa tersebut lebih cepat tersiar kemana-mana karena memang mempunyai jaringan resmi dan diakui. Cerita yang disusun oleh yang mengalami kejadian, apabila sesuai dengan penguasa akan cepat tersebar juga. Namun apabila sangat berbeda atau malahan seperti model sanggahan bagi penguasa, pasti menyebarnya lebih sulit. Khalayak ramai dibuat menjadi bingung, sebetulnya cerita manakah yang benar. Apalagi jika muncul cerita bisik-bisik yang tidak jelas sumbernya, mungkin kebenaran cerita sejarah dari tahun ke tahun perlu dievaluasi apabila ada masukan baru.

Paling tidak kita mulai bisa menilai, suatu cerita sejarah yang sama dengan versi yang bermacam-macam, pasti ada sesuatu di balik itu. Yang jelas kebenaran tidak bisa ditutup-tutupi selamanya. Pada saatnya kebenaran tersebut akan terbuka, walaupun melalui proses yang berbelit-belit dan melelahkan.

Perintah untuk memberitakan keselamatan
28:16. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Sebagai manusia biasa, pasti dapat kita maklumi apabila ada murid yang masih ragu-ragu, apakah betul bahwa Tuhan Yesus mati di salib dan kemudian bangkit kembali. Dan perlu dibuktikan yang dapat diterima oleh akal budi. Rasa penasaran bisa membangkitkan keinginan untuk membuktikannya,dan ikut bersama-sama pergi ke bukit di Galilea. Dan bersyukurlah bahwa Tuhan Yesus mendekati mereka, yang berarti semakin jelas siapakah yang berada di hadapan mereka.

Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia menerima segala kuasa di sorga dan di bumi. Berarti Dia dapat berbuat apa saja di bumi ini karena dia kuasa. Termasuk berbuat yang di luar nalar manusia, entah apapun itu. Namun kita-kita ini seringkali merasa lebih kuasa dan sok tahu dari pada Tuhan sendiri. Seharusnya Tuhan itu kan begini dan begitu, menurut selera kita sendiri. Kita lebih sering tidak mau mendengar dan melihat buah-buah suatu kejadian yang dianggap di luar akal budi kita. Kita lebih gampang untuk memberikan komentar lebih dahulu, yang ujung-ujungnya menghakimi karena merasa lebih tahu dan lebih berhak menentukan.

Tuhan Yesus mengajarkan evangelisasi agar semua bangsa menjadi murid-Nya bagi yang mau dan percaya. Proses selanjutnya adalah kesadaran untuk berubah, dan itulah pertobatan melalui pembaptisan. Kelihatannya inti pokok pembaptisan adalah pemurnian dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Yang lain sepertinya hanya uborampe atau pelengkap saja. Mestinya tidak perlu dipersoalkan, apakah dengan dimandikan, ditenggelamkan, diguyur air atau pasir, ataupun dengan darah sekalipun. Memang kata baptis kelihatannya lebih dekat dengan arti dicuci dengan air, entah dibasahi atau dimasukkan ke dalam air.

Kita semua yang mengaku sebagai murid-Nya, diminta melakukan segala sesuatu yang pernah diperintahkan-Nya. Secara tidak langsung, semua orang yang telah dibaptis mendapat perintah untuk mewartakan kabar sukacita ini, melalui perbuatan yang nyata. Melaksanakan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan-Nya dan diajarkan-Nya, menjadi contoh nyata sebagi pelaku firman.

Dan Tuhan Yesus akan menyertai kita sampai akhir zaman. Hal ini dapat kita artikan bahwa Tuhan Yesus itu selalu berkarya sampai sekarang ini dan selamanya. Karena Dia maha kuasa, apapun bisa terjadi walaupun kita anggap di luar nalar manusia yang sok tahu ini. Dapatkah kita merasakan bahwa Tuhan Yesus selalu menyertai kita? Itulah kuasa Tuhan yang di atas kekuatan nalar kita, sampai kapanpun. Sentuhan Tuhan begitu mengherankan, yang agak susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Penulis percaya dan yakin bahwa banyak orang pernah mengalami dan dapat merasakan sentuhan Tuhan Yesus, di luar dugaan kita.

Jangan-jangan malah sebenarnya semua orang selalu disentuh oleh-Nya. Disapa dan diingatkan dengan penuh kasih yang tidak pernah memaksa. Sentuhan-Nya malah mendekati memohon dengan rendah hati penuh kerinduan, bercampur dengan kecemasan apabila terlepas dari daya tarikan-Nya..


Tuhan Yesus, terima kasih atas penyertaan-Mu yang selama ini tidak kami sadari. Sentuhlah kami terus menerus, agar kami selalu ingat bahwa Engkau selalu bersama kami. Amin.




Pungkasan


Demikianlah yang dapat penulis pahami tentang ajaran Tuhan Yesus, yang begitu Illahi. Dia mengajarkan dan Dia melaksanakan sendiri. Satunya kata dan perbuatan, dimana manusia termasuk kita-kita ini baru bisa mengatakan, mengajarkan dan masih berpikir seribu kali untuk melaksanakan dalam perbuatan nyata. Kita pandai menghibur untuk orang lain dan itu sering kali tidak berlaku bagi kita sendiri, walaupun percaya kepada Sang Penghibur. Kita sering bisa “menyembuhkan” orang lain namun sering kali juga tidak berlaku bagi diri sendiri.

Jika merenungi diri, terus terang lebih sering terjebak dalam penjara “kedagingan manusiawi” dan belum bisa membebaskan diri dan menjadi merdeka. Lebih mudah berbicara dari pada berbuat nyata menjadi contoh. Sering kali kita belum berani untuk tampil beda, padahal sudah menjadi murid dan sahabat Tuhan Yesus.

Penulis merasa yakin bahwa pemahaman ini akan dapat berkembang terus, seiring dengan bergulirnya waktu, situasi dan kondisi maupun berkembangnya ilmu pengetahuan. Namun satu hal yang penulis yakini bahwa ajaran-Nya tidak pernah berubah sampai kapanpun, tak lekang dimakan panas dan tak lapuk dimakan hujan. Hukum Kasih! Hukum yang berlaku bagi siapa saja yang berkehendak baik dan benar. Ajaran pokok Tuhan Yesus tidak pernah berubah, yang harus kita imani dengan sungguh. Pengalaman rohani penulis dan teman sahabat hanyalah ubarampe, tambah-tambah, yang tidak akan merubah iman kepercayaan. Penulis hanya percaya bahwa Tuhan Yesus selalu berkarya dengan Roh Kudus-Nya, dimana-mana, sampai kapanpun, dengan cara yang dikehendaki-Nya.

Demikian juga kita harus selalu waspada, bahwa Iblis-pun akan selalu berkarya mencobai dengan segala macam cara, kasar maupun halus sehingga tidak kita sadari. Dia lebih sering menyelinap ke dalam nafsu kedagingan kita. Yang jelas dan pasti bahwa penulispun bukan orang yang baik, benar dan bersih. Namun penulis merasa bersyukur karena Tuhan Yesus malah datang mencari orang-orang sakit, seperti penulis ini.

Penulis menyadari bahwa bukan termasuk penulis yang baik, yang tidak bisa menulis dengan runut dengan kata-kata indah, bagaikan sungai yang mengalir. Sering kali berputar-putar seperti pusaran air dan tidak jelas mau kemana arahnya. Dan itulah sosok penulis.


“Jadilah berkat bagi semua orang yang menerima ajaran-Nya”
(Dadia kabegjane uwong akeh, sing nampa wewarah iki)
Pesan komunikasi rohani yang kami terima, sewaktu menyusun tulisan ini
pada hari Senin malam tanggal 21 Pebruari 2005


Tuhan Yesus, tolonglah aku apabila aku salah memahami akan perkataan-Mu. Aku percaya bahwa Engkau memaklumi aku yang bukan apa-apa ini. Terima kasih Tuhan atas segala ajaran-Mu kepadaku. Diberkatilah kiranya Engkau ya Tuhan, dimuliakanlah Engkau untuk selama-lamanya, Amin.

Memahami Matius Bab 27

Bab 27. Tuhan Yesus di hadapan Pilatus, Kematian Yudas. Diolok-olok, Disalib, Wafat, Dikubur, Kubur dijaga

Yesus diserahkan kepada Pilatus - Kematian Yudas
27:1. Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. 27:2 Mereka membelenggu Dia, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu. 27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, 27:4 dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" 27:5 Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. 27:6 Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah." 27:7 Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.
27:8 Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah. 27:9 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, 27:10 dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."
Matius menulis secara jelas bahwa Yudas merasa berdosa dan menyesal dengan apa yang telah diperbuatnya. Dalam penyesalannya, Yudas mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Memang agak berbeda dengan Petrus yang juga menyesal, yang mungkin berjanji pada dirinya sendiri untuk bangkit dan berubah. Yudas menjadi aktor yang bagi para pembaca atau pemirsa pasti tidak disenangi karena berkhianat. Hal tersebut sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana aktor atau aktris jahat dicaci maki karena perannya. Sang aktor berhasil memerankan seperti yang dikehendaki sutradara, dan dampaknya diomeli. Padahal kita tahu bahwa semuanya itu hanya peran dan harus dilaksanakan dengan baik.

Mari kita bayangkan kalau tokoh Yudas Iskariot itu jatuh kepada kita, dan harus kita perankan dengan sebaik-baiknya. Tanpa Yudas Iskariot, jalan cerita keselamatan jangan-jangan bisa lain. Kemungkinan yang terjadi, sebenarnya Yudas hanya ingin menyerahkan Gurunya untuk bertemu dengan para tokoh agama. Jika sudah diwawancara, diinterogasi secukupnya kemudian dilepaskan kembali. Mestinya Yudas Iskariot tahu persis siapa Gurunya, yang tidak pernah berbuat sesuatu yang menyalahi aturan. Dia begitu baik dan penuh perhatian kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan-Nya. Hukuman mati tidak selayaknya dijatuhkan kepada Sang Guru. Yudas Iskariot sangat merasa bersalah karena tidak menduga akan terjadi seperti itu. Sekarang apa yang harus diperbuat untuk menebus kesalahan tersebut? Jalan pintas ia pilih karena tidak kuat menanggung beban yang terasa begitu berat.

Yesus di hadapan Pilatus
27:11. Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 27:12 Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. 27:13 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" 27:14 Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran. 27:15 Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. 27:16 Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. 27:17 Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?" 27:18 Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki. 27:19 Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam." 27:20 Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. 27:21 Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." 27:22 Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" 27:23 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" 27:24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" 27:25 Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"

Tuhan Yesus kelihatannya lebih banyak diam seribu basa selain berkata “engkau sendiri mengatakannya” sewaktu berhadapan dengan Pilatus. “Skenario besar” Allah Bapa yang telah dinubuatkan tidak boleh berubah sedikitpun. Biarlah mereka yang berbicara dan berbicara, yang tidak perlu dilawan dengan bicara juga. Menjawab pertanyaan dalam pengadilan akan menimbulkan pertanyaan baru, yang kelanjutannya seolah-olah akan muncul pembenaran diri, menolak tuduhan, membuat argumentasi.

Dalam hal ini sepertinya kita diajar bahwa dengan berbicara, secara tidak langsung muncul pembelaan diri yang berarti mencari pembenaran diri, yang mau tidak mau akan menjurus untuk menyalahkan orang lain. Mestinya hal yang sia-sia tidak perlu ditanggapi atau dikomentari.

Yesus diolok-olokkan
27:26. Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan. 27:27 Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. 27:28 Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. 27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" 27:30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. 27:31 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. 27:32 Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.
Yang namanya massa atau kelompok orang banyak, biasanya berani berbuat apa saja kepada orang yang sendirian, apalagi yang tidak disukai. Tidak disenangi karena iri dengki, karena dogma, sepertinya begitu gampang mempermalukan orang lain. Karena massa, ada dorongan dari dalam yang membuat berani untuk berlaku tidak patut. Mengolok-olok, mencaci-maki, bahkan menganiaya dengan kejam. Ada rasa kebanggaan berbuat sesuatu yang bisa disaksikan kelompoknya.

Mungkin seperti itu yang dialami Tuhan Yesus dalam kesendirian-Nya, dan Dia menerima penganiayaan itu dengan tabah. Tidak ada keinginan sedikitpun untuk membalas perlakukan yang tidak menyenangkan tersebut. Mendesah menahan sakit pasti sesuatu yang wajar karena Dia sedang memerankan sebagai Anak Manusia sejati.

Simon dari Kirene yang tidak tahu apa-apa, yang kebetulan berpapasan malah kena getah dipaksa untuk membantu Tuhan Yesus yang kelelahan. Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yesus yang kurang tidur dianiaya dan disiksa. Darah-Nya yang suci memercik membasahi bumi kemana-mana, hanya demi menebus manusia yang tidak tahu diri. Antara kesakitan, kelelahan dan darah yang mengalir, masih ditambah harus memikul salib, akan membuat seluruh tenaga bagaikan dikuras. Kemungkinan, Simon dari Kirene yang awal mulanya merasa terpaksa, namun setelah melihat keadaan Tuhan Yesus, berubah pikiran merasa kasihan.

Namanya tercatat dalam Kitab Suci, yang mungkin mengajarkan kepada kita untuk berani berubah. Berubah yang tadinya merasa terpaksa, ogah-ogahan, menghindar dari tugas kewajiban, menjadi orang yang ringan tangan, siap membantu orang yang membutuhkan dengan penuh belas kasih.

Yesus disalibkan
27:33. Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. 27:34 Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. 27:35 Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi. 27:36 Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia. 27:37 Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi." 27:38 Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. 27:39 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, 27:40 mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" 27:41 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: 27:42 "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. 27:43 Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." 27:44 Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga.
Anggur yang dicampur empedu, penulis tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya. Kelihatannya kelompok orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus dan masih berada di bukit Tengkorak termasuk keterlaluan saking bencinya. Benci karena ditugaskan memang agak berbeda dengan benci karena iri dengki. Sebagai imam kepala, ahli Taurat dan tua-tua masih sampai hati untuk mengolok-olok yang tersalib.

Apakah memang begitu karakter orang Yahudi, penulis tidak tahu. Mungkin saja karena gelapnya hati dan merasa sebagai orang yang paling dekat dengan Allah, kebenciannya mengalahkan rasa belas kasihan. Yang selama ini selalu kalah dalm mencobai Tuhan Yesus, maka kesempatan membalas kepada yang tersalib dimanfaatkan sepuasnya.

Seseorang yang akan meninggal biasanya meninggalkan warisan tertentu, dengan harapan berguna bagi yang ditinggalkan. Warisan tidak selalu berkaitan dengan harta benda, namun bisa macam-macam. Dan agak aneh juga bahwa ada beberapa orang yang berebut warisan Tuhan Yesus, sampai membuang undi. Pakaian bekas yang mungkin kotor dengan bekas debu, darah dan keringat. Mungkinkah pakaian Tuhan Yesus begitu berharga pada waktu itu? Mengapa tidak berebut warisan yang lebih bernilai, semangat pelayanan dan pengajaran belas kasihan?

Matius mencatat bahwa para penyamun yang disalibkan bersama-sama Dia, juga ikut mencerca. Hal ini sedikit banyak membikin bingung penulis, mana yang benar. Penulis hanya berandai-andai bahwa Matius tidak menyaksikan sendiri kejadian tersebut. Ia hanya mendengar cerita dari orang lain, yang mungkin sudah ditambah dan dikurangi. Para murid pada waktu itu masih ketakutan untuk memperlihatkan diri di muka umum, khususnya di depan kelompok yang membenci Gurunya.

Yesus wafat
27:45 Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. 27:46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 27:47 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." 27:48 Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. 27:49 Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."
27:50. Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. 27:51 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, 27:52 dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. 27:53 Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. 27:54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." 27:55 Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. 27:56 Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.

Mengapa Tuhan Yesus berseru : “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?” Apakah seruan ini sebagai ungkapan “seorang manusia sejati” yang merasa tidak ada teman yang mendampingi dalam kesusahannya? Peran sebagai manusia yang berseru kepada Allah, karena semuanya jauh. Dan yang dekat pada mencibir dan memusuhinya. Dalam kesendirian di tengah-tengah kelompok yang memusuhi, Anak Manusia hanya bisa mengeluh kepada Allah Bapa.

Yang dapat penulis bayangkan, pada waktu itu tidak ada seorangpun yang dekat dengan Dia. Mungkin hanya Bunda Maria saja yang dekat karena ia ibu-Nya. Para murid sudah lari tercerai berai dan para kerabat serta perempuan lainnya tidak bisa dekat-dekat.
Secara rohani yang terpancar lewat jasmani, penulis melihat tubuh Tuhan Yesus yang hancur lebur. Dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak ada yang masih utuh dan begitu mengerikan. Pada waktu itu segala macam dosa, kesalahan, penyakit dan kelemahan dunia sepertinya tersedot, menempel dalam tubuh-Nya. Darah-Nya ditumpahkan bagi kita semua orang yang sudah diikat dalam perjanjian sebagai tebusan. Perjanjian darah yang disampaikan kepada para murid, sehari sebelumnya. Untuk sesaat pada waktu itu Allah Bapa di sorga seperti memalingkan diri melihat monster di dalam tubuh Putera-Nya. Tubuh Tuhan Yesus sudah tidak pantas disebut sebagai tubuh manusia lagi, karena segala kekotoran dunia disedot dan direngkuhnya. Dan Tuhan Yesus memandang ke atas sambil berseru, mengapa Bapa meninggalkan-Nya. Ucapan tersebut perlu diketahui oleh semua manusia, bagaimana Dia berkorban sampai mati demi kita semua. Dengan teriakan terakhir Tuhan Yesus wafat dengan membawa segala macam dosa, kesalahan, penyakit dan kelemahan dunia. Dan semua noda dunia tersebut Dia angkat dan Dia bawa masuk ke dalam liang kubur. Kematian-Nya diiringi dengan kejadian yang menggemparkan dan menggetarkan banyak orang. Dengan kejadian yang begitu mendebarkan, pasti akan ada orang-orang yang merasa diingatkan, ditegur atau disentuh untuk berubah pikiran, menjadi percaya dan bertobat. Dan kepala pasukan malah yang tersentuh hatinya, yang kemungkinan besar akan menjadi pengikut Kristus.

Penulis mencoba membayangkan tabir Bait Allah yang mestinya terbuat dari bahan yang bagus tidak mudah terbelah. Apakah hal ini menyiratkan bahwa dengan kematian Tuhan Yesus maka terbelahlah kepercayaan orang Yahudi? Bangsa Yahudi dengan kepercayaan agama Yahudi yang terpecah dengan munculnya kelompok baru pengikut Kristus yang disebut sebagai agama Kristen. Perpecahan tersebut melalui gejolak bagaikan gempa bumi dengan terbelahnya bukit batu.

Yesus dikuburkan
27:57. Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga. 27:58 Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk menyerahkannya kepadanya. 27:59 Dan Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, 27:60 lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia. 27:61 Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu.
Pada kenyataannya, masih saja ada orang kaya yang terketuk hatinya menjadi murid Tuhan Yesus. Kita bisa membayangkan betapa sibuknya Yusuf Arimatea mengurus jenazah Tuhan Yesus. Dengan ikhlas ia menyumbangkan tenaga dan materi untuk segera bisa menguburkan. Pada saat itu mereka berpacu dengan waktu karena sudah mendekati sore, dan masuk hari Sabat. Bagi orang Yahudi, hari Sabat sudah tidak boleh bekerja lagi.

Kita bisa membayangkan bagaimana perempuan yang sedang dirundung kesedihan yang begitu mendalam. Mereka bisa melupakan rasa haus dan lapar, kasihan tidak sampai hati meninggalkan yang terbujur kaku di dalam kubur. Jika tidak ada yang mengajak pergi, mereka tetap betah berjam-jam menunggui, ngomong ngobrol seakan-akan Sang Guru masih bisa menemani bicara.

Kubur Yesus dijaga
27:62 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, 27:63 dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. 27:64 Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." 27:65 Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." 27:66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.
Dalam pemahaman penulis, para imam dan orang Farisi sedang mengalami kecemasan dan keraguan dengan ucapan Tuhan Yesus. Setelah berunding, mereka merekayasa bahwa kubur Tuhan Yesus harus dijaga siang malam sampai hari ketiga. Alasan yang paling gampang adalah apabila mayat-Nya dicuri oleh para murid, kemudian dipropagandakan.

Sebagai pimpinan daerah yang berkuasa, Pilatus berbaik hati dan menyetujui keinginan mereka. Namun dibalik itu, bisa jadi Pilatus sebenarnya menyindir akan kelakukan para imam kepala dan orang Farisi yang begitu cemas akan kebangkitan Tuhan Yesus.

Kita bisa membayangkan seseorang yang sudah berani membunuh bukan karena perang. Sekecil apapun, pasti ada perasaan bersalah karena tega membunuh. Sesuai dengan budaya yang berlaku pada waktu itu, jangan-jangan roh orang yang dibunuh tersebut selalu mengejar-ngejar. Sedang tidur, mimpinya terbayang orang yang sudah mati.

Memahami Mtius Bab 26

Bab 26. Penderitaan Tuhan Yesus, Diurapi, Dikhianati, Paskah, Penetapan Perjamuan Malam, Disangkal, di Taman Getsemani, Ditangkap, di hadapan Mahkamah Agama

Pemberitahuan keempat tentang penderitaan Yesus
26:1. Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: 26:2 "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan."
Tuhan Yesus sudah memberikan tanda beberapa kali bahwa Dia adalah Anak Manusia yang akan disalibkan. Kelihatannya Tuhan Yesus memang sering mengulangi berkata tentang sesuatu hal yang penting. Sekali bicara mungkin kita hanya mendengar separoh perhatian, dan ketika diulangi dan diulangi kita mulai berpikir dan bertanya di dalam hati, mengapa. Apakah kita dianggap tidak memperhatikan ucapannya secara serius, ataukah hal tersebut menjadi catatan tersendiri bahwa memang perlu untuk selalu diingat. Penulispun merasakan hal tersebut bahwa Tuhan Yesus sering mengulang perkataan tertentu yang mengharapkan atau lebih pastinya memohon agar kita mencermatinya.

Dalam hal tertentu kitapun sering mengulang-ulang untuk mengingatkan bahwa hal tersebut penting, perlu perhatian, jangan dilupakan. Namun kadang-kadang juga malah membikin bosan orang lain yang mendengarkan. Itu lagi, itu lagi. Apa tidak ada yang lainnya? Namun dari kata itu lagi itu lagi, malahan si pendengar akan ingat tentang hal penting tersebut. Masalah masuk ke dalam hati atau tidak, biarlah yang bersangkutan merenungkan sendiri.

Rencana membunuh Yesus
26:3 Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, 26:4 dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia. 26:5 Tetapi mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."
Sebagai tokoh masyarakat Yahudi, penulis merasa yakin bahwa mereka orang pandai. Segala macam rencana dan rekayasa pasti diperhitungkan dengan teliti, memperhatikan dampak atau akibat yang mungkin terjadi. Jika rencana satu gagal, masih ada rencana dua, rencana tiga dan seterusnya.

Yesus diurapi
26:6. Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, 26:7 datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. 26:8 Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini? 26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." 26:10 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. 26:11 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. 26:12 Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku. 26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
Seringkali kita dibuat bingung ketika melihat perbuatan baik seseorang, sampai-sampai mau mengeluarkan biaya yang cukup mahal, dibandingkan dengan kehidupannya sehari-hari. Mengapa sich mesti repot-repot? Tanpa kita sadari muncul sedikit kesombongan dan kasihan mengapa mesti dengan cara pemborosan. Mbok yang sederhana, apa adanya.

Biasanya ada sesuatu yang kita lupakan bahwa seseorang tersebut berbuat begitu, karena ada rasa “kasih suka cita” yang tulus ikhlas tanpa melihat materi. Ia hanya mengharapkan perbuatan baiknya dapat diterima dengan gembira dan ucapan terima kasih. Dapat kita bayangkan betapa kecewanya apabila kita memberikan sesuatu dengan tulus namun ditolak, biarpun dengan penolakan secara halus. Namun betapa gembiranya apabila segala jerih payah ini diterima dengan sukacita. Rasa kasih sukacita dalam kehidupan sehari-hari sering kita rasakan dan nyatanya rasa tersebut tidak bisa dihitung dengan nilai uang.

Itulah manusia yang lebih sering usil menurut sudut pandangnya sendiri, tanpa meraba rasakan perasaan orang lain. Kita lebih sering nyeplos begitu saja, dan kita merasa bahwa pendapat yang terucap itu lebih baik bagi banyak orang. Apalagi kalau kita merasa kaya dan mampu, kemudian ada seseorang mengirim sesuatu, anggap saja hanya daun singkong. Bisa jadi kita langsung nyeplos :”Ngapain bawa daun singkong segala? Bikin repot saja. Tahu nggak bahwa aku pantang karena asam urat tinggi?” Mestinya kita hargai bagaimana orang tersebut jauh-jauh mengumpulkan daun singkong, dan hanya itulah yang bisa diberikan kepada kita. Dia sudah merelakan waktu dan usaha hanya untuk menyenangkan kita dengan tulus. Kita harus berani menghargai perbuatan tersebut, menerimanya dengan ucapan terima kasih. Bahwa setelah yang bersangkutan pergi, terus pemberiannya kita berikan kepada orang yang mau menerima, itu soal lain.

Jika di rumah kita ada sembahyangan sore hari dan kita menyediakan camilan sampai makan malam dengan hati yang tulus. Apa yang akan kita rasakan jika seluruh makanan tersebut dilahap sampai habis? Dan bagaimana perasaan kita jika segala suguhan tersebut malahan tidak laku? Mungkin hal tersebut agak berbeda jika kita merasa terpaksa, apalagi pekerjaan kita kebetulan buka warung dan yang kita sediakan tersebut berasal dari warung. Tidak laku malah kebetulan, masih bisa dijual lagi. Dilahap sampai habis, dalam hati mungkin malah muncul kata-kata :”Sialan! Dasar rakus memakai aji mumpung.”

Ketulusan penuh sukacita memang bisa mengalahkan perhitungan untung rugi, rasa capai, kemalasan dan keengganan. Pada saat seperti itu, rasanya energi ini begitu besar, siap berbuat apa saja demi menyenangkan orang lain.

Apakah perbuatan perempuan tersebut sebagai simbol dari Sakramen Minyak Suci yang kita kenal? Tuhan Yesus mengatakan bahwa curahan minyak tersebut sebagai persiapan penguburan-Nya. Dan nyatanya perempuan tersebut tertulis dalam Kitab Suci, walaupun tanpa disebutkan namanya.

Yudas mengkhianati Yesus
26:14. Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. 26:15 Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. 26:16 Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Yang harus terjadi, terjadilah. Yudas Iskariot dengan segala pertimbangan pada waktu itu, malah menjual Gurunya kepada imam-imam kepala. Kemungkinan dia kecewa karena harapannya Sang Guru akan menjadi pemimpin bangsa Yahudi di dunia ini. Jika menjadi pemimpin, paling tidak dia akan kecipratan jabatan tertentu. Mengapa belakangan ini yang dibicarakan malah penderitaan dan kematian-Nya? Apa gunanya menjadi pengikut selama ini? Tidak ada yang bisa diharapkan lagi. Iseng-iseng menemui para tokoh agama, koq kebetulan cocok dengan pemikirannya, malahan mendapatkan bayaran uang perak.

Yesus makan Paskah dengan murid-murid-Nya
26:17. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" 26:18 Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." 26:19 Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
Tuhan Yesus maha tahu, yang ucapan-Nya pasti terjadi. Tuan rumah yang disebut si Anu pasti mengenal Tuhan Yesus dengan segala kelebihannya. Begitu juga Tuhan Yesus pasti mengenal si Anu secara dekat.
“Waktu-Ku hampir tiba” dapat diterjemahkan macam-macam pada waktu itu. Tinggal sesaat lagi, maka yang belum selesai harus segera diberesi, digenapi. Hampir tidak ada kesempatan lagi untuk bersantai-santai karena dikejar waktu. Namun bagi si Anu kata-kata tersebut sudah dapat ditangkap dan dipahaminya, maka dengan suka rela menyediakan tempatnya untuk Tuhan Yesus dan para murid.

Ruangan tuan rumah mestinya cukup besar untuk bisa menampung belasan orang bersama-sama. Tuhan Yesus akan melaksanakan kegiatan yang sudah menjadi adat istiadat orang Yahudi. Kemungkinan besar beserta mereka masih ada beberapa perempuan yang membantu mempersiapkan segala sesuatu di belakang. Memperingati sewaktu “Tuhan lewat” semasa nabi Musa dan orang Yahudi masih berada di Mesir. Perjamuan makan malam yang tergesa-gesa sebelum keluar dari genggaman Firaun.

Sebagai orang Yahudi, Tuhan Yesus juga melaksanakan upacara yang berlaku pada waktu itu. Perjamuan Paskah model orang Yahudi yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Bagaimanakan dengan keluarga si Anu? Apakah mereka mengadakan perayaan sendiri atau bergabung bersama-sama? Sepertinya Tuhan Yesus bersama kelompoknya mendapatkan tempat tersendiri di ruang atas, bagaikan pengembara yang menginap sementara waktu.

26:20 Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. 26:21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." 26:22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" 26:23 Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. 26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." 26:25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."
Tuhan Yesus yang maha tahu, sudah mengatakan bahwa ada seorang “pembelot.” Kelihatannya Yudas Iskariot memang ditakdirkan untuk melakukan perbuatan yang sudah dinubuatkan. Dia juga bagaikan aktor yang harus melaksanakan skenario nubuatan. Dan itu harus digenapi, bahwa dari duabelas rasul akan ada seorang yang harus melakukan pengkhianatan terhadap Sang Guru.

Dalam bagian ini penulis mengalami kebingungan, harus ada pengkianat yang sudah diketahui, namun terkena kecaman berat celakalah dia. Lebih baik jika dia tidak dilahirkan. Lha kalau tidak dilahirkan, siapakah yang harus jadi pengkianat? Pasti ada orang lain yang seperti Yudas karena nubuat harus digenapi. Ataukah tulisan Matius yang terlalu keras?

Pelajaran yang dapat kita tarik adalah jangan heranatau kaget apabila dalam suatu kelompok atau lingkungan akan ada yang “berseberangan” dengan kita. Perbedaan pendapat atau prinsip memang bisa terbuka, namun bisa juga tertutup. Dengan segala macam alasan dan budaya, sering kali lebih senang berdiam diri, namun di belakang bisa muncul gosip. Kelihatannya orang tersebut diam atau mengangguk, namun di luar bisa bicara lain, setidak-tidaknya menggerutu atau ngrasani. Hidup ini memang penuh pro dan kontra.

Dalam benak penulis kadang-kadang muncul pemikiran sewaktu mendapat tugas membantu imam membagikan Komuni Kudus. Sebelum membagi Roti kepada umat lainnya, demi kepraktisan, ada beberapa imam yang memberi Tubuh dan Darah-Nya dan penulis cukup mencelupkan Roti tersebut ke piala yang berisi Anggur. Pemikiran yang muncul adalah bahwa penulis jangan-jangan memang seperti Yudas Iskariot. Mungkin para hierarki perlu bersepakat dan patuh serta setia kepada aturan yang sudah berlaku, bagaimana membagikan Anggur kepada awam ini. Atau malahan tidak sama sekali.

Penetapan Perjamuan Malam
26:26. Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." 26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. 26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. 26:29 Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku." 26:30 Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
Kelihatannya perjamuan makan tersebut hanya dihadiri Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya saja. Jika ada para perempuan yang membantu menyiapkan segalanya, mereka hanya membantu namun tidak terlibat dalam perjamuan itu sendiri. Mereka hanya menjadi kanca wingking.

Yang dapat penulis pahami, dari sinilah perayaan Ekaristi yang kita kenal sampai sekarang, dan akan berlangsung selama-lamanya. Tubuh yang hancur dan Darah yang tertumpah, untuk pengampunan dosa bagi orang yang mau bertobat. Kita selalu diajak mengenang sengsara wafat dan kebangkitan-Nya dalam Misa Kudus. Kita diajak untuk selalu bersyukur karena telah ditebus.

Namun bagi penulis, ada satu hal yang perlu kita pikirkan bersama, Darah Perjanjian yang sudah ditumpahkan untuk diminum dari cawan yang sama. Tidak sembarang orang bisa minum dari cawan yang sama dan mengikat perjanjian kudus dengan darah-Nya. Darah bagaikan nyawa, kehabisan darah berarti nyawanya melayang.

Dalam komunikasi rohani kami dengan yang di atas, kami dianggap belum layak untuk ikut mencicipi darah-Nya. Darah berarti sama dengan nyawa, jiwa atau roh. Darah Tuhan hanya pantas dan layak bagi orang yang suci, sportif dan konsekuen. Kita yang awam ini hanya layak meminum darah-Nya sewaktu melakukan janji suci pernikahan dalam Misa Kudus. Janji suci yang dipersatukan Allah dan tidak boleh diceraikan manusia, yang dipisahkan karena kematian. Hanya para tertahbis saja yang dianggap layak dan pantas minum darah-Nya, karena sudah mengikat perjanjian darah untuk hidup taat, melarat dan selibat. Yang pantas minum dari cawan yang sama, sebagai gembala yang menuntun domba-dombanya.

Prodiakonpun dianggap belum layak selama belum berani sportif, hidup suci dan konsekuen dengan janjinya. Menurut yang di atas, yang pantas dilakukan hanyalah dengan mencipratkan darah-Nya kepada semua orang awam. Mungkin yang dimaksudkan disini hampir sama sewaktu Imam melakukan prosesi pemercikan air suci di awal Misa Kudus. Apakah hal tersebut berarti mesti dilakukan dengan memercikkan darah dan air Tuhan Yesus yang sudah dikonsekrir? Padahal dalam hati penulis, inginnya ikut bersama-sama meminum Air dan Darah-Nya, selain memakan Tubuh-Nya. Anggap saja pengalaman rohani ini hanya berlaku untuk kelompok penulis, yang memang belum bisa suci, sportif dan konsekuen.

Penulis tidak tahu mengapa Tuhan Yesus tidak minum anggur lagi, ataukah karena sudah menjadi “minuman” bagi kita yang ikut dalam perayaan Misa Kudus? Sang pokok anggur dalam kenyataannya memang tidak pernah mencicipi dan merasakan buah yang dihasilkannya. Manusialah yang menikmati hasil dari pokok anggur tersebut. Dimakan buahnya atau diperas menjadi minuman. Kelihatannya di Kerajaan Sorga akan disediakan “minuman anggur baru.”

26:31. Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. 26:32 Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Kamis malam Jumat Wage di rumah si Anu, Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa Dia akan ditangkap dan para rasul akan tercerai berai dan ketakutan; namun juga dijelaskan Dia akan mendahului ke Galilea setelah kebangkitan-Nya. Bisa kita bayangkan bagaimana bingungnya para rasul mendengar perkataan Tuhan Yesus; padahal hal tersebut belum terjadi. Tergoncang imannya dan kebangkitan masih susah ditangkap dengan nalar waktu itu. Yang bisa dipahami adalah kebangkitan setelah mati. Namun orang mati hidup lagi pasti sesuatu hal yang susah diterima dengan akal.

Sudah dikatakan bahwa para murid akan lari, tercerai berai yang dapat dikatakan bahwa saat kejadian itu akan menjadi pengecut. Bersembunyi menyelamatkan diri, entah berkelompok entah sendiri-sendiri. Secara nalar, rasa takut atau kuatir pasti akan menjalar ke dalam tubuh ini. Jangan-jangan bukan mendapatkan kedudukan duniawi ini yang diterima, namun seperti sang guru yang akan dianiaya.

Dalam kehidupan sehari-hari, jangan-jangan kitapun akan menjadi pengecut jika menghadapi situasi yang gawat. Diam, tutup mulut, mencari kambing hitam atau seribu satu macam alasan untuk pembenaran diri. Padahal sebelumnya berani ngomong menggebu-gebu, berkobar-kobar. Nach ..... ..... !

Petrus akan menyangkal Yesus
26:33 Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." 26:34 Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." 26:35 Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.
Petrus merasa mantab bahwa ia tidak akan tergoncang selama mengikuti Dia. Dengan berani cenderung sombong, Petrus berkata siap mati bersama Tuhan Yesus. Banyak ungkapan yang belum terjadi sudah disampaikan oleh Tuhan Yesus. Ungkapan ini yang sering membuat bingung, apakah kejadian sebenarnya ataukah suatu kiasan dengan maksud lain. Karena itu, yang penting ngomong dulu sesuai dengan apa yang dirasakan pada saat itu.

Kita juga sering merasa mantab mengimani Dia. Namun, kelihatannya perlu dibuktikan apakah iman kita betul-betul mantab apabila dihadapkan pada kejadian yang mencekam dan menakutkan yang tebusannya nyawa kita. Tebusan aniaya dan jiwa karena menjadi pengikut Kristus. Jangan-jangan kitapun akan menyangkal atau berkelit lebih dari tiga kali, agar jangan ditangkap.

Hebatnya, orang model Simon Petrus yang sering diperingatkan dan ditegur oleh Tuhan Yesus, malah dialah yang dipilih untuk memimpin para rasul. Ceplas-ceplos sedikit kasar namun jujur dan polos, penyesalannya sampai tersedu-sedu.Yang sering dianggap lembut dan dikasihi-Nya malah tidak masuk dalam nominasi, biarpun secara khusus termasuk pilihan.

Di taman Getsemani
26:36. Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."
Mengapa Tuhan Yesus menyuruh para rasul duduk-duduk saja, sementara Dia pergi untuk berdoa? Ataukah hal tersebut belum ada hubungannya dengan para rasul? Doa-Nya hanya berhubungan antara Dia dan Bapa di sorga, yang sifatnya begitu pribadi?

26:37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." 26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? 26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" 26:43 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. 26:44 Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. 26:45 Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 26:46 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."
Petrus, Yakobus dan Yohanes kelihatannya murid yang paling khusus. Mereka sepertinya mendapatkan “ilmu” yang lebih dibandingkan dengan para murid lainnya. Beberapa kali hanya mereka bertiga yang diajak tersendiri. Dalam Kitab Sucipun, hanya mereka saja yang menulis surat pastoral, ditambah surat Yudas Tadeus.

Tuhan Yesus sebagai manusia sejati, memperlihatkan diri-Nya kepada ketiga murid, bahwa Diapun merasa sedih dan takut yang memerlukan teman. Kesedihan yang luar biasa sampai seperti mau mati saja. Kesengsaraan dan penganiayaan yang di luar batas peri kemanusiaan, sudah terbayangkan. Kesedihan karena manusia tidak mau berubah, yang hanya mementingkan diri sendiri. Tuhan Yesus secara tidak langsung mengajar kepada kita untuk berdoa kepada Bapa, agar pasrah total kepada kehendak-Nya. Dalam keadaan yang bagaimanapun jangan lupa untuk berdoa pasrah.

Sewaktu penulis di taman Getsemani, dalam bayangan penulis, Tuhan Yesus berdoa dengan lutut di tanah bebatuan dan tangan-Nya berpegang pada batu yang lebih tinggi di depannya. Bukan mengatupkan kedua belah tangan seperti yang sering kita lihat di lukisan atau gambar. Betapa penulis merasa kesakitan di lutut sewaktu mencoba berdoa seperti itu. Bagaimana kalau sampai satu jam seperti Tuhan Yesus? Hanya dengan membayangkan saja, penulis menangis dan terbata-bata sewaktu memimpin doa. Nyatanya aliran air mata itu menular kepada rekan-rekan yang lain.

Dan Tuhan Yesus berdoa seperti itu sampai tiga kali. Angka tiga sepertinya mempunyai arti khusus yang perlu dicermati. “Madep, manteb, mati” ungkapan dalam bahasa Jawa kelihatannya agak sulit diterjemahkan begitu saja. Menghadap saja belum cukup, dan perlu kemantaban yang lebih. Ini juga masih belum cukup, perlu ditambah mati yang berarti tidak bisa berubah lagi. Sudah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pernah suatu ketika penulis ditanya saudara-saudara dari Solo tentang arti atau maksud angka tiga, dan penulis menjawab pada waktu itu bahwa tidak tahu. Murid terpilih ada tiga, berdoa tiga kali, jalan salib tiga jam, di salib sampai wafat selama tiga jam, tiga hari kemudian bangkit.

Berjaga-jaga dan berdoa kelihatannya harus selalu dilakukan, karena kelemahan daging kita. Roh ini tahu kalau harus berdoa namun seringkali daging mengatakan nanti saja dan nanti saja, yang akhirnya lupa. Perlu saat-saat berjaga dan berdoa yang kita pisahkan dari saat-saat untuk beristirahat. Tuhan Yesus mengatakan satu jam saja cukup untuk berjaga-jaga dan berdoa. Dan yang satu jam itu akan terasa lama sekali jika kita ngomomg sendiri. Jangan-jangan kebablasan melamun atau malah ketiduran.

Ada satu hal yang rasanya penting untuk dipahami, dimana Tuhan Yesus mengajak ketiga murid untuk menemani selama satu jam saja. Dalam kesedihan-Nya Tuhan Yesus membutuhkan teman untuk berbagi. Hal ini sepertinya mengajarkan kepada kita untuk menyediakan waktu satu jam menemani Dia. Kapan dan dimana? Mungkin bisa dirumah, namun kelihatannya kitalah yang memerlukan Teman. Di gereja sewaktu mengikuti perayaan misa kudus, kelihatannya itu perayaan sukacita dan ucapan syukur. Terus kapan Tuhan Yesus ditinggalkan sendirian? Mungkin yang pas dan cocok ya sewaktu Dia berada di tabernakel bagaikan di penjara.

Kita semua mungkin sudah tahu, apabila ada lampu menyala di dekat tabernakel pasti menandakan Tuhan Yesus berada di sana dalam bentuk roti kudus. Begitu misa kudus selesai, Dia tinggal sendirian terpenjara dalam tabernakel dan kesepian, tidak ada yang menemaninya.

Pengalaman sewaktu kecurian, sepertinya ada tanda dan suasana yang berbeda. Anak bungsu yang masih kecil bermimpi dan menggigau sampai berdiri. Bertanya 144 dikurangi 144 ada berapa? Dalam hati mengatakan koq tidak seperti biasanya, apakah yang akan terjadi. Yang tadinya tidur di ruang keluarga, malahan terus pindah ke dalam kamar. Mestinya berjaga-jaga untuk sesaat, anggaplah satu jam dalam doa atau apapun namanya.. Namun mata ngantuk lebih “berkuasa” daripada bisikan hati tersebut. Sewaktu isteri berkata bahwa ada suara aneh di luar, ach … paling anjing yang sedang bermain di halaman, …….. dan tidur lagi. Pagi harinya baru ketahuan bahwa dua buah kendaraan motor roda dua sudah tidak ada di tempat.

Tuhan, ajarilah aku untuk mau meluangkan waktu berjaga-jaga menemani-Mu sewaktu Engkau sendirian. Demikian juga temanilah aku sewaktu aku merasa sendiri.

Yesus ditangkap
26:47. Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. 26:48 Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." 26:49 Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia.
26:50 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Hai teman, untuk itukah engkau datang?" Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. 26:51 Tetapi seorang dari mereka yang menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. 26:52 Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. 26:53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? 26:54 Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"
Kegelapan memang bisa menutupi segala macam karena tidak kelihatan. Dalam keadaan gelap, mungkin semuanya menjadi tidak jelas dan susah membedakan. Apalagi jika sudah gelap mata. Yudas Iskariotpun memakai tanda dengan mencium Tuhan Yesus agar tidak salah tangkap. Mereka lebih senang menangkap Tuhan Yesus di waktu masih gelap, sebab tidak akan banyak orang yang mengetahui kejadian tersebut, kecuali yang bersangkutan. Namun yang harus terjadi ya terjadilah.

Tuhan Yesus masih bisa berbicara dengan lembut kepada Yudas Iskariot yang berkhianat, yang bagi penulis rasanya sulit untuk melakukannya. Bisa kita bayangkan bagaimana rona wajah Yudas pada waktu itu, setelah mendengar sapaan Tuhan Yesus. “Untuk itukah engkau datang?” Untunglah hal itu terjadi di malam hari, sehingga tidak banyak orang yang memperhatikan. Mungkin penulis lebih seperti murid yang memotong telinga hamba Imam Besar. Kalau mau bertarung sekalian, ya ayo. Mumpung Sang Guru yang sakti masih berada di dekatnya. Jika bersama dengan Dia, tidak perlu ada yang ditakuti.

Barang siapa menggunakan senjata akan binasa oleh senjata; dan senjata itu bisa bermacam-macam jenisnya. Maka kita diminta untuk hati-hati didalam memanfaatkan “senjata” kita, tidak diperbolehkan untuk menyudutkan, atau mempermalukan seseorang. Jangan-jangan pada waktunya nanti kitapun akan disudutkan atau dipermalukan dengan senjata yang pernah kita pakai. Senjata sendiri sebenarnya netral, dapat dipergunakan untuk kebaikan namun bisa juga untuk keburukan. Tergantung siapa yang menggunakannya dan untuk apa.

Kelihatannya disini Tuhan Yesus lebih menekankan, bahwa segala sesuatu yang sudah tertulis harus digenapi. Melawan penggenapan walaupun sepertinya bermaksud baik, hal tersebut pasti rekayasa Iblis dengan segala tipu muslihatnya. Yang kelihatannya baik belum tentu benar. Nubuat harus digenapi walaupun jalannya membikin tidak enak. Itulah misteri!

26:55 Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. 26:56 Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.
Yudas Iskariot kelihatannya hafal betul, kemana Tuhan Yesus dan para murid berkumpul. Untuk menemui Dia mesti harus orang banyak, siapa tahu mereka akan melawan dan terjadi tawuran. Alasan lain kemungkinan mereka juga ada rasa takut, jangan-jangan Tuhan Yesus akan mengeluarkan kesaktian-Nya. Kesaktian macam apa yang belum bisa diperkirakan. Maka perlu prajurit dengan persenjataannya untuk menjaga segala kemungkinan. Tuhan Yesus disamakan dengan penyamun yang dalam keadaan kepepet pasti akan melawan. Nyatanya Tuhan Yesus tidak melawan dan siap mengulurkan tangan sebagai pesakitan.

Tuhan Yesus berkata benar bahwa para rasul akhirnya melarikan diri dan tidak bisa berbuat apa-apa. Mau tidak mau rasa ketakutan akan menjalar dalam lubuk hati mereka, jangan-jangan merekapun pada waktunya akan ditangkap juga. Dalam kegelapan yang pekat, rasanya gampang untuk bersembunyi, memperhatikan dari jauh apa yang akan terjadi dengan Sang Guru. Yudas Iskariot dengan kelompoknya tidak membutuhkan para murid. Mengejar dalam kegelapan, malah-malah bisa celaka jika yang dikejar berani melawan.

Rasa ketakutanpun sering kita alami apabila kita menghadapi penganiayaan karena iman kita kepada Tuhan Yesus. Kita tidak siap untuk menjadi pahlawan Kristus, makanya zaman sekarang ini rasanya jarang ditemukan martir. Kita lari dan bersembunyi dibalik topeng, hanya untuk mencari selamat.

Yesus di hadapan Mahkamah Agama
26:57. Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. 26:58 Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu. 26:59 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, 26:60 tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, 26:61 yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari." 26:62 Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" 26:63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." 26:64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." 26:65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. 26:66 Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!" 26:67 Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, 26:68 dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"
Sebagai imam besar yang dihormati, dia memperlihatkan diri sebagai orang yang bertindak menurut hukum. Dengan caranya, dicarilah saksi-saksi yang bisa memberatkan. Kenyataannya sangat sulit untuk membuktikan bahwa Tuhan Yesus telah berbuat kesalahan yang pantas untuk dihukum mati. Namun nubuat harus digenapi, jalan cerita keselamatan tidak boleh berubah. Maka yang harus terjadi, terjadilah.

Kelihatannya Tuhan Yesus menginginkan agar para ahli Taurat dan para imam, mungkin juga termasuk kita untuk berani mengakui bahwa kebenaran adalah kebenaran. Sang Panutan tidak harus mengatakan dirinya sebagai panutan, karena akan kelihatan seperti menyombongkan diri. Rasanya kita diajar untuk berani mengakui siapapun yang memang benar-benar harus kita akui, mungkin perkataannya, mungkin kepandaiannya, mungkin kesalehannya, mungkin kebaikannya atau yang lainnya lagi. Kita harus berani mengalahkan rasa iri dengki karena tidak mampu bersaing dalam hal apapun. Kita diajar untuk berani sportif dan konsekuen, mengakui yang menang, yang benar, yang baik, dan sebenarnya tidak merugikan kita sama sekali.

Penulis bingung sewaktu Tuhan Yesus mengatakan “mulai sekarang”. Apakah perkataan ini menyiratkan bahwa setelah peristiwa itu Tuhan Yesus naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa? Dan Dia akan datang di atas awan-awan di langit. Pada kenyataannya perkataan tersebut membuat mereka semakin penasaran dan dianggap sebagai menghujat Allah. Menghujat Allah hukumannya tiada lain kecuali mati, yang harus melewati penganiayaan. Dan itulah yang diinginkan para tokoh agama pada waktu itu. Sepertinya Tuhan Yesus memang sengaja agar segalanya tergenapi, setelah melihat mereka bingung mencari kesalahan yang sepadan dengan hukuman mati.

Setelah itu segala macam aniaya diterima oleh Tuhan Yesus. Penulis hanya bisa membayangkan betapa aniaya dan siksa yang dialami Tuhan Yesus di malam itu. Pasti bukan hanya ludahan, tinjuan dan pukulan saja yang Dia terima. Mungkin saja segala macam siksaan yang dikenal pada waktu itu ditimpakan kepada-Nya. Coba kita bayangkan jika para Imam Besar merestui hukuman mati, pasti semua orang yang berkumpul disitu saling berebut untuk menganiayanya dan merasa tidak bersalah. Yang penting jangan sampai mati dulu, cukup dihancurkan seluruh daging tubuhnya.

Sewaktu penulis berziarah dan masuk ke tempat tersebut, rombongan dibawa ke bawah tanah tempat Tuhan Yesus pernah disiksa. Penulis memimpin ibadat singkat dan isteri penulis bersender di tembok batu. Selesai ibadat, pemandu kami mengatakan bahwa yang disenderi isteri penulis dipercayai sebagai tempat Tuhan Yesus terlempar dan bersandar karena hajaran dan pukulan. Darah berceceran di tembok batu tersebut, yang pada waktu itu sudah tidak ada bekasnya lagi setelah dua ribu tahun. Hampir semua teman peziarah menangis pada waktu itu.

Petrus menyangkal Yesus
26:69. Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." 26:70 Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." 26:71 Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." 26:72 Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." 26:73 Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu." 26:74 Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. 26:75 Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Penulis hanya mencoba membayangkan bahwa Galilea dan Yerusalem jaraknya cukup jauh dan mempunyai dialek bahasa yang agak berbeda. Anggap saja orang Cilacap bertemu dengan orang Tasikmalaya yang jaraknya tidak begitu jauh. Bahasa mereka sudah berbeda. Tuhan Yesus dan para murid pergi ke Yerusalem termasuk tidak begitu sering. Dapat dimengerti apabila orang Yerusalem agak ragu-ragu tentang Petrus. Jika yakin sekali bahwa Petrus termasuk orang terdekat Tuhan Yesus, mestinya ditangkap sekalian saja.
Dalam kehidupan sehari-hari, dialek bahasa menjadi ciri asal seseorang. Namun nyatanya hal tersebut tidak selalu benar. Penulis lahir di Solo (kata orang tua) sekolah di Semarang dan bekerja lama di Bandung. Namun banyak orang yang baru kenal dengan penulis, menebak bahwa penulis berasal dari daerah Surabaya. Logat Solo maupun Semarang tidak menempel, apalagi logat Sunda malah tidak bisa sama sekali.

Matius menggambarkan betapa sedih hati Petrus karena sudah tidak mengakui Tuhan Yesus dan menyesal dengan menangis. Penulis mencoba membayangkan bagaimana Petrus tersedu-sedu seperti anak kecil, berjalan keluar. Tidak peduli lagi dengan pandangan orang lain yang mungkin keheranan. Yang ada hanya rasa bersalah dan menyesal, yang sepertinya tidak akan tergantikan dengan tebusan apapun. Penyesalan itulah yang sangat dihargai oleh Tuhan Yesus. Dari penyesalan yang begitu dalam bangkitlah niat untuk berubah, yang bisa menggerakkan para murid lain untuk tetap bertahan.

Memahami Matius Bab 25

Bab 25. Perumpamaan Gadis Bijaksana, Talenta, Penghakiman Terakhir

Gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh
25:1. "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! 25:7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Pada malam hari dapat kita bayangkan pasti suasananya gelap, maka diperlukan pelita untuk menerangi. Semakin banyak pelita maka akan semakin terang. Dengan pelita menyala di tangan, maka setiap orang dapat mengenali kita. Mereka yang berpakaian pesta pasti kelihatan cantik pada malam itu. Dalam kegelapan, siapakah yang akan mengenalinya bahwa mereka sudah menghias diri sehabis-habisnya? Segala dandanan dan pakaian indah menjadi tidak ada gunanya karena tidak bisa ditonton orang lain. Yang kelihatan hanya sesosok bayangan gelap. Malahan bisa-bisa kita pangling sebenarnya siapa dia.

Yang dapat penulis pahami tentang Kerajaan Sorga pada zaman akhir adalah tempat bagi orang-orang “bijaksana” yang sudah menyiapkan diri menerima kedatangan Anak Manusia. Orang-orang yang selalu membawa “terang” terus menerus tanpa bosan. Apabila terang tersebut terasa meredup, maka tempat terang tersebut diisi minyak dan disegarkan kembali agar selalu bersinar setiap saat. Minyak yang bisa menyegarkan terang rohani kita hanya Firman Allah. Karena firman yang diimplementasikan dalam perbuatan nyata, maka bisa dilihat orang lain walau di tempat gelap. Orang lain akan melihat rona wajah yang bercahaya, berkilauan dan ingin meniru. Jadilah contoh dalam kebenaran dan kebaikan.

Sebagai manusia yang penuh kedagingan, Tuhan Yesus tahu bahwa kita sangat lemah. Oleh karena itu perlu secara terus menerus dikuatkan, disiram, dipupuk dan disiangi dari rumput-rumput yang tidak berguna. Pelita yang selalu dibersihkan dari jelaga, sumbunya diperiksa apakah masih panjang untuk dapat menyala. Dan yang lebih penting, minyaknya tidak pernah kekurangan, yang selalu diisi setiap saat. Tuhan Yesus tahu bahwa kita akan mengalami jatuh-bangun. Sering kali kita lupa diri untuk memupuk menyirami ataupun mengisi minyak. Dan Dia dengan sabar dan penuh kasih akan tetap menunggu kita untuk sadar dan kembali kepada-Nya. Kita diberi kesempatan untuk bangkit dari tidur dan berubah. Kita ditunggu sampai batas akhir yang tidak dapat kita tolak kedatangannya.

Kerajaan Sorga akan dikaruniakan oleh Tuhan kepada orang-orang beriman yang dengan setianya selalu membawa terang. (10)

Perumpamaan tentang talenta
25:14. "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 25:17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. 25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
Yang dapat penulis pahami adalah, bahwa kita semua sebenarnya diberi bakat atau talenta masing-masing. Ada yang banyak, namun ada juga yang sedikit, dan hanya Tuhan yang tahu tentang ukuran banyak atau sedikit tersebut. Banyak atau sedikit tidak masalah, yang terpenting adalah bagaimana talenta tersebut dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan buah. Buah yang tidak pernah lepas dari pokok pohonnya, walaupun buah tersebut muncul di cabang atau rantingnya. Talenta sepertinya kebenaran atau kekudusan, apabila berkembang akan menjadikan pertobatan, dan bila berbuah akan memunculkan perubahan hidup yang baru. Kebenaran yang hanya disimpan di dalam hati dan tidak terungkap dalam perbuatan akan menjadi sia-sia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kenyataannya banyak orang berbakat, orang pandai tidak untuk kebaikan dan kebenaran namun malahan untuk kejahatan. Hal ini bertentangan dengan perumpamaan di atas yang membikin bingung penulis. Padahal dalam pengertian penulis talenta selalu berhubungan dengan bakat, kepandaian dan sejenisnya. Talent scouting diterjemahkan sebagai pencarian bakat.

Dalam komunikasi rohani kami dengan Tuhan Yesus, Dia mengajarkan bahwa talenta itu sebenarnya simbol iman dan perbuatan. Bagaikan mata uang coin yang kepalanya bergambar iman dan ekornya bergambar perbuatan. Semakin orang beriman dan melakukan perbuatan nyata, maka imannya semakin tumbuh dan berkembang dan semakin giat berbuat melakukan pelayanan. Orang beriman yang dinyatakan melalui perbuatan nyata, akan selalu menerima rahmat dan berkat. Bisa mensyukuri segala macam kejadian yang menimpa dirinya. Dari kejadian tersebut maka hikmah Tuhan selalu melimpah yang menumbuhkan imannya. Iman yang dipendam dan tidak berbuat sesuatu, hampir sama saja tidak akan berkembang dan berbuah, yang akhirnya berkarat atau habis dimakan waktu. Lebih baik talenta yang dimilikinya itu diberikan kepada orang yang bisa menggandakan. Satunya kebenaran iman dan perbuatan nyata, bagaikan satu keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara depan dan belakangnya.

Selain mengatakan terang, Tuhan Yesus sering kali mengatakan tempat yang gelap. Kegelapan yang berisi ratap dan kertak gigi. Sepertinya Tuhan Yesus ingin menegaskan kepada kita bagaimana suasana kegelapan yang sangat mengerikan dan tak terbayangkan.

Kerajaan Sorga hanya akan dikaruniakan Tuhan kepada orang-orang beriman yang mengembangkan imannya melalui perbuatan nyata. (11)

Penghakiman terakhir
25:31. "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Dari pelajaran ini, yang penulis pahami adalah Tuhan Yesus meminta kita untuk berbelas kasih kepada orang-orang yang menderita, yang kelaparan dan kehausan, yang telanjang, yang kebingungan, yang tidak bertempat tinggal, yang dianggap sebagai sampah masyarakat, yang tersingkirkan dan yang di penjara. Mereka merasa hina dan tersisih serta tidak mempunyai teman untuk mendengarkan keluhannya. Merekapun ingin atau mengharapkan untuk diakui sebagai manusia yang dapat berubah. Dan mereka semua ini betul-betul dikasihi Tuhan yang maha pengampun. Jangan-jangan segala penderitaan itu, langsung atau tidak langsung, kita terlibat ikut membuatnya.

Berbelas kasih dengan perbuatan nyata tanpa pamrih, yang hanya ingin menolong orang lain dari kesusahannya. Berbelas kasih adalah perbuatan yang tidak pernah berpikir untung rugi, yang berjalan begitu saja. Bagaikan kita bernapas setiap hari yang tidak pernah kita pikirkan. Pertolongan tidak mesti materi, namun dapat berbentuk apa saja. Pertolongan sekecil apapun akan memberikan penghiburan kepada yang ditolong. Inilah implementasi mengasihi Tuhan yang disalurkan lewat sesama. Orang-orang demikian yang mempunyai Kerajaan Sorga yang telah disediakan Bapa untuk mereka. Merekalah domba-domba dimana Tuhan sangat berkenan.

25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Betapa mengerikan bagi para kambing, yang diberi tempat api kekal dan siksaan kekal. Mereka orang-orang egois yang hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya. Tidak peduli kepada orang-orang yang menderita dan merasa hina. Berpesta di atas penderitaan orang lain. Dan zaman dahulu sampai sekarang ini, mungkin dimana-mana banyak orang seperti itu. Dan rasanya mereka ini tidak akan pernah habis sampai dunia ini kiamat.

Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang menginginkan hidup menderita, dianggap sebagai sampah masyarakat yang dibuang. Mengapa sampai terjadi demikian? Karena keserakahan, saling berebut kenikmatan dunia, jangan-jangan membuat orang lain tidak kebagian. Celakalah orang yang membuat penderitaan dan penganiayaan, apabila mereka tidak berubah. Mereka disimbulkan sebagai kambing yang selalu ingin menanduk saingannya.
Orang-orang hina dan menderita, yang membutuhkan sapaan dan bantuan adalah simbol dari Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus sendiri mengalami kehinaan dan penderitaan yang tiada taranya.

Pertanyaannya, apakah kita ini termasuk domba atau kambing? Mari kita renungkan masing-masing. Masih ada waktu untuk berubah! Semuanya diserahkan kepada kita.

Bagi penulis, yang paling gampang, akhir zaman atau kiamat adalah saat kita dipanggil Tuhan. Setiap orang akan mengalami kematian dan tidak dapat ditolak, dan itulah akhir zaman bagi kita pribadi. Terjadinya bisa begitu mendadak tak terduga atau bisa juga dalam segala macam cara di luar perkiraan kita. Karena panggilan-Nya bisa sewaktu-waktu. Berbahagialah orang yang sewaktu mendekati sakratul maut masih keuber untuk bertobat. Masih keuber untuk berbicara dengan Tuhan dan ingin ikut Dia, seperti yang tersalib di sebelah-Nya. Pertanyaannya, sudah siapkah kita apabila dipanggil tiba-tiba? Apa yang akan terjadi, jika belum siap tahu-tahu dipanggil secara mendadak? Yang hidup ini paling-paling mendoakan yang berangkutan. Ibu Maria Simma yang menerima kasih karunia dari Tuhan mengajarkan, agar para arwah didoakan melalui intensi Misa Kudus, paling tidak tiga kali.

Memahami Matius Bab 24

Khotbah tentang akhir zaman (24-25)
Bab 24. Penderitaan, Siksaan berat dan Mesias palsu, kedatangan Anak Manusia, Nasihat untuk berjaga-jaga

Bait Allah akan diruntuhkan
24:1. Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. 24:2 Ia berkata kepada mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
Itukah Tembok Ratapan yang merupakan sisa puing-puing Bait Allah yang dinubuatkan Tuhan Yesus? Semuanya runtuh dan Sang Bait Allah sendiri bersemayam di bangsa-bangsa asing. Entah sampai kapan. Keruntuhan dan kehancuran Bait Allah yang diperkirakan pada tahun 70-an sewaktu penyerbuan bangsa Romawi. Orang-orang Yahudi sampai sekarang masih melakukan doa di Tembok Ratapan, yang dipisahkan antara pria dan wanita. Setiap pria yang mau mendekat ke tembok tersebut harus memakai kopiah atau topi. Banyak kertas diselipkan ke dalam tembok, entah isinya seperti apa. Mungkin sesuai dengan namanya, bahwa mereka meratap dan memohon agar Bait Allah bisa dibangun kembali seperti dahulu kala.

Ataukah kata-kata Tuhan Yesus tersebut mempunyai arti lain yang lebih dalam? Apakah karena Sang Bait Allah sendiri yang sudah datang menjadi manusia sejati, maka Bait Allah buatan manusia sudah saatnya tidak diperlukan lagi? Kita bisa berdoa atau bertemu Tuhan di mana saja, kapan saja dengan cara apapun juga? Tanpa batas arah ruang dan waktu? Ataukah simbol tubuh kita yang mestinya menjadi Bait Allah, namun sudah dipenuhi dengan kejahatan dan mengalami kehancuran rohani?

Orang Yahudi diakui sebagai orang-orang yang cerdas dan mengalami tercerai berai, terbuang, teraniaya sampai pembunuhan besar-besaran di zaman Hitler. Sewaktu kami ngobrol dengan beberapa orang Yahudi, mereka mengatakan tidak kenal dengan Yesus. Sedangkan tentang Mesias, mereka mengatakan sedang menantikan kedatangan-Nya. Mereka tersenyum mencibir dan mengatakan orang Kristen dan orang Muslim hanya menjiplak ajaran mereka, ikut-ikutan berpegang pada Kitab Taurat dan para nabi mereka. Penulispun hanya bisa tersenyum saja tanpa berkomentar. Dari sinilah penulis berpendapat bahwa mendalami atau membaca Kitab Suci Perjanjian Lama, akan mengajarkan kepada kita bagaimana perilaku kehidupan bangsa Yahudi. Bagaimana mereka yang merasa sebagai bangsa terpilih, mengalami jatuh bangun karena amal perbuatan mereka sendiri. Paling tidak Perjanjan Lama bisa menjadi referensi dalam peziarahan kita di dunia ini.
Tuhan Yesus, aku berterima kasih dan mengucap puji syukur karena boleh mengenal Engkau, Yang Terurapi. Diberkatilah Engkau yang datang dalam nama Tuhan.

Permulaan penderitaan
24:3 Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" 24:4. Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! 24:5 Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.
Tuhan Yesus sudah mengingatkan kepada kita untuk selalu waspada, bahwa akan banyak Mesias palsu. Kemungkinan besar para Mesias palsu ini sangat pandai dan kelihatan sangat bijaksana yang ajarannya sangat masuk akal. Mungkin tidak secara langsung mereka menyebut diri sebagai mesias, namun dengan istilah lain yang setara dengan itu. Buah ajaran Tuhan Yesus adalah pertobatan dan kasih yang penuh damai sejahtera yang mempersatukan. Sedangkan buah ajaran Mesias palsu pastilah menyesatkan yang mengakibatkan perselisihan, perpecahan, kebencian dan jauh dari persatuan. Jangan-jangan segala macam perang yang timbul di dunia ini, adalah rekayasa para nabi palsu dengan segala macam argumentasi, segala macam alasan yang bisa diterima banyak orang. Atau malahan mempersiapkan diri dahulu dengan hal-hal yang kelihatan baik dan benar. Kalau perlu berani mengalah dan merendah lebih dahulu. Setelah diakui, mulailah mengangkat diri untuk menjadi pemimpin. Yang namanya pemimpin, biasanya akan lebih mudah untuk mengatur segala sesuatu. Jadilah nabi palsu setengah dewa, yang kata-katanya harus diterima dan diakui. Segala pesannya disebutkan diterima dari langit.

Karena setiap manusia pasti akan mati, kira-kira apa yang akan dilakukan sang nabi palsu ini sebelum menuju kematian? Jika dia menyadari akan perbuatannya, mestinya dia berubah dan bertobat serta mohon diampuni segala dosanya. Yang paling menyedihkan adalah bila orang-orang terdekat dari sang nabi palsu ini malah menghalalkan kekeliruan demi kepentingan diri. Yang mati biarlah mati, namun harus dijadikan pahlawan tanpa tanding agar kesesatannya tidak diketahui. Lha kalau si nabi palsu tetap tegar tengkuk, maka segala dogma yang diajarkan akan dibawa ke kubur. Ajarannya akan tetap langgeng dilakukan oleh para pengikut, entah sampai kapan.

Sebagai orang kecil, miskin, bodoh dan sederhana, siapakah yang menginginkan perselisihan, perpecahan, perang? Siapakah yang mengharapkan dijajah dan diinjak-injak? Pasti mereka memimpikan kemerdekaan sejati yang aman damai sejahtera penuh persatuan. Tidak usah muluk-muluk, aman damai sejahtera penuh keadilan dan persaudaraan, murah sandang murang pangan sudah cukup. Semua orang bisa bekerja dan penghasilannya sesuai untuk kebutuhan setiap hari, sudah syukur. Namun nyatanya, hanya masalah sepele maka muncullah nabi palsu yang menyesatkan dan terjadilah tawuran antar kampung, perang antar suku, perang antar keyakinan sampai perang antar bangsa. Sekecil apapun, yang namanya perang itu pasti buahnya kesengsaraan dan penderitaan. Pasti ada korban. Masih mendingan apabila perang melawan penindasan, kemiskinan, kejahatan dan pembodohan. Yang mati dalam perang tersebut bisa disebut pahlawan atau martir.
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk mengenali apakah ajaran itu datang dari pada-Mu, atau dari para Mesias palsu. Ajarilah aku supaya aku jangan tersesat, karena kelemahanku.

24:6 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. 24:7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. 24:8 Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. 24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, 24:10 dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. 24:11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. 24:12 Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. 24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. 24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
Nubuat kehancuran Yerusalem dengan Bait Allahnya dan tercerai berainya bangsa Yahudi dapat kita baca dalam sejarah. Demikian juga penganiayaan dan pembunuhan orang-orang Kristen perdana oleh bangsa Romawi dapat kita telusuri dalam sejarah gereja. Hebatnya, semakin dimusuhi dan dianiaya, malahan semakin tumbuh berkembang dan berbuah. Injil Kerajaan diwartakan secara sembunyi-sembunyi sampai zaman raja Konstantinus di tahun tigaratusan. Sejak raja Konstantinus berkuasa maka Injil Kerajaan mulai diberitakan kemana-mana. Pada saat ini bisa dikatakan sebagai zaman baru bagi perkembangan agama Kristen. Yang tadinya dikejar-kejar, kemudian berubah dan diperbolehkan mengembangkan diri. Berkembangnya agama Kristen selalu diiringi dengan berkembangnya kelompok anti Kristus, yang mungkin sering disebut kelompok bidaah. Mungkin saja terjadi bahwa sekarang ini kita menjadi bingung membedakan ajaran dari Gereja Kristen sejati dengan ajaran kaum bidaah.

Sejarah dunia mengajarkan kepada kita tentang terjadinya perang besar antar suku, antar negara, sampai munculnya perang dunia. Banyak negara yang mengalami kelaparan ataupun gempa bumi terus-menerus. Demikian juga penganiayaan terhadap para pengikut Kristus, sampai mereka mengalami pembunuhan. Kehidupan individualistis dan egois yang jauh dari sikap kasih berkembang dimana-mana seiring perkembangan dunia. Aneh bin ajaib sewaktu wakil Yesus bersanding dengan penguasa dunia di singgasananya, rasanya dunia pada waktu itu malahan menjadi gelap. Kebencian karena dogma yang keliru dan menganggap diri lebih baik dan benar sudah merambah di seluruh pelosok dunia. Dan banyak orang yang mengaku sebagai nabi atau rasul, berkembang di segala penjuru. Mereka seakan-akan Allah sendiri yang menghakimi manusia lain yang tidak sehaluan. Padahal semua manusia sudah diberi kehendak bebas. Mestinya kebebasan berkehendak itu diatur oleh negara secara adil tanpa pandang bulu secara konsekuen.
Perintah Tuhan Yesus untuk mendapatkan keselamatan hanyalah meminta kita untuk bertahan walaupun mengalami penganiayaan. Bukan bersekutu dengan penganiaya.

Penulis jelas tidak tahu kapan Injil Kerajaan Sorga akan menguasai dunia dan merubah hati, jiwa dan akal budi semua manusia. Kelihatannya tidak lama lagi, dan zaman baru sepertinya belum akhir dunia, dimana manusia mulai sadar bahwa Tuhan Yesus memang betul-betul Allah Putera dan Roh Kudus adalah utusan-Nya yang menyadarkan kita.

Siksaan yang berat dan Mesias-Mesias palsu
24:15 "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya-- 24:16 maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. 24:17 Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, 24:18 dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. 24:19 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. 24:20 Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.
24:21 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. 24:22 Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
Mungkinkah ayat di atas masih berhubungan dengan hancurnya Bait Allah sewaktu penyerbuan bangsa Romawi dengan segala penindasannya? Tempat kudus diinjak-injak dan dihancurkan sampai rata dengan tanah. Pembinasa keji disamakan dengan penguasa Romawi yang menyembah dewa-dewa? Menjajah dan menghancurkan segala macam yang berbau penyembahan kepada Allah Yang Maha Esa. Orang-orang lari menyelamatkan diri.
Saat-saat tersebut adalah saat paling sengsara bagi ibu-ibu yang sedang mengandung maupun yang sedang menyusui. Hal tersebut bisa kita bayangkan dan kita maklumi. Apakah akan terjadi pengungsian dan harus melarikan diri? Jika ya, memang akan sangat berat bagi ibu hamil atau sedang menyusui. Kita diminta berdoa agar saatnya tidak jatuh pada musim dingin atau hari Sabat. Mungkin kita bisa membayangkan mengapa jangan musim dingin atau hari Sabat. Musim dingin manusia tidak bisa berbuat apa-apa; melarikan diri dalam musim dingin yang membekukan pastilah sangat menyengsarakan. Hari Sabat harinya Tuhan bagi orang Yahudi dimana banyak orang berkumpul beribadah pasti tidak membawa apa-apa. Penyerbuan pasti menimbulkan hiruk pikuk kepanikan, saling menyelamatkan diri tanpa tahu arah, saling bertabrakan dan terinjak-injak pasti suatu suasana yang mengerikan. Mungkin pada waktu itu mereka berpikir bahwa kiamat sudah datang yang sudah tidak dapat dielakkan. Orang-orang Yudea supaya lari ke pegunungan, mengungsi tidak usah memikirkan harta benda.

Ataukah sebenarnya nubuat tersebut berlaku juga untuk saat ini, zaman sekarang ini dan sudah ada calon pembinasa keji yang mendekati tahta suci dan ingin mendudukinya? Anggaplah seorang serigala pembinasa yang berjubahkan gembala yang cerdas, yang sedang menapak ke atas.
Nubuat Tuhan Yesus, seperti yang disampaikan nabi Daniel kelihatannya begitu dahsyat dan menyeramkan. Sepertinya akan datang seorang penguasa kegelapan dengan kekuatan dahsyat memanfaatkan tempat kudus untuk diinjak-injak. Akan terjadi penganiayaan yang begitu hebat. Kita diingatkan untuk tidak memikirkan harta benda apapun, kecuali berpasrah kepada Tuhan. Apabila terjadi bencana besar, gempa bumi dahsyat, tsunami hebat tak terperikan, pasti susah untuk dibayangkan seperti apa.

Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk berdoa memohon, dan karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Tuhan sendiri yang akan berkarya; Zaman baru kelihatannya harus melalui era sengsara yang bukan main, yang akhirnya orang teringat akan Allah dan bertobat total. Berterima kasihlah kepada Tuhan dan umat pilihan-Nya! Umat pilihan-Nya ini yang akan memohon kepada Sang Penguasa langit dan bumi, agar waktunya dipersingkat. Siapakah yang termasuk umat pilihan?

Jika kita mencoba menyimak sejarah peradaban dunia, dimana bangsa melawan bangsa hampir di seluruh daratan Asia, Eropa sampai Afrika utara, sepertinya ada sesuatu yang aneh. Entah karena kelaparan hebat, wabah penyakit menular yang mematikan atau sesuatu yang misteri, perang sepertinya berhenti sendiri. Suku bangsa yang begitu terkenal sepertinya punah dengan sendirinya.

24:23 Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. 24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. 24:25 Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. 24:26 Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. 24:27 Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. 24:28 Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun."
Era sengsara tersebut kelihatannya akan diisi dengan banyaknya Mesias palsu dan nabi palsu yang menjual mimpi. Dan masalahnya, mereka dapat membuat tanda dan mujizat yang dahsyat, yang dapat menyesatkan orang-orang beriman sekalipun. Siapa yang tidak akan kagum dan terpikat dengan kehebatannya? Segala yang diucapkan sepertinya benar dan meyakinkan, apalagi jika dapat membuat mujizat penyembuhan. Nach ....... !

Jika kita mengikuti berita-berita yang beredar, sebenarnya sudah banyak orang yang menyebut dirinya nabi atau diangkat oleh para pengikutnya sebagai nabi. Namun lama kelamaan namanya seperti ditelan bumi dan menghilang dengan sendirinya.

Hati jiwa yang sudah mati dapat disebut sebagai bangkai, dimana penguasa kegelapan berkerumun untuk menyantapnya. Para bangkai ini pasti mempunyai pelindung, tempat untuk berbakti. Pelindung akan menuntut para bangkai sesuai kontrak yang disepakati.

Peringatan Tuhan Yesus ini mestinya mendapat perhatian secara khusus, agar pada waktunya dapat bertahan untuk tetap setia kepada-Nya, sampai kedatangan-Nya. Kedatangan Tuhan Yesus secara nyata seperti secara tiba-tiba bagaikan kilat, yang tahu-tahu sudah membelah langit. Mak jleg. Ora ngerti sangkan-parane.

Kedatangan Anak Manusia
24:29 "Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. 24:30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 24:31 Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.
Tuhan Yesus sudah memberikan tanda kedatangannya bagi orang percaya dan waspada. Matahari yang gelap maupun bulan yang tak bercahaya di seluruh bumi. Secara pikiran dan akal budi, kita hanya dapat membayangkan seperti terjadi gerhana, dimana bulan menutupi matahari secara total dan langit kelihatan gelap. Banyak meteor berjatuhan ke bumi yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Bisa juga bumi ini bergetar dan bergerak dimana manusia semakin gelap mata dan berkunang-kunang. Dalam keadaan panik segalanya menjadi bergoncang dan tidak tahu arah. Kebenaran ditinggalkan karena sudah tidak menarik lagi, rasa mengasihi berubah menjadi permusuhan yang membangkitkan kemarahan dan angkara murka. Perselisihan dan nafsu pertengkaran seperti tidak dapat dibendung, begitu menggelora ingin segera pecah. Hal yang begitu sepele sudah dapat menimbulkan pertempuran hebat. Iri dengki dengan nafsu membunuh menjadi santapan sehari-hari.

Secara pribadi, mungkin bisa membayangkan sewaktu kita kena serangan penyakit mendadak. Kepala pusing, dunia seperti berputar-putar, pandangan menjadi gelap dan mata berkunang-kunang bagaikan melihat bintang jatuh.

Padahal belum tentu seperti itu, yang kemungkinannya tidak bisa kita bayangkan dengan nalar kita. Yang jelas Tuhan Yesus akan datang berdiri di atas awan bersama bala tentara malaikat dan memilih orang-orang pilihannya. Apakah kita ikut terpilih pada waktu itu?

Perumpamaan tentang pohon ara
24:32. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. 24:33 Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. 24:34 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. 24:35 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.
Tuhan Yesus meminta kita untuk mengenal dan mengetahui tanda-tanda zaman sebelum kedatangan-Nya. Apakah yang dimaksud dengan angkatan ini? Apakah semua bangsa yang ada selama ini, yang modelnya seperti kita se dunia, yang disebut satu angkatan? Dan ada angkatan lain di luar kita, yang mungkin sebelum ataupun sesudah kita? Yang jelas perkataan Tuhan Yesus tidak pernah berlalu walaupun kita telah memasuki langit baru dan bumi baru. Rasanya kita tidak usah membayangkan seperti apa itu langit dan bumi baru. Jangan-jangan sudah di luar nalar dan akal budi kita.

Terus terang penulis merasa sangat sukar memahami kata-kata Tuhan Yesus. Ataukah Matius memang mempunyai maksud tertentu dengan cerita itu? Dari satu sisi, kelihatannya Tuhan Yesus menubuatkan tentang kehancuran bangsa Yahudi dengan Yerusalem dan Bait Allahnya. Angkatan para rasul dikatakan akan mengalami kejadian kiamatnya bangsa Yahudi. Di saat itulah ajaran Tuhan Yesus mulai menyebar dan ditulis dalam buku-buku suci, dan buku-buku tersebut mungkin yang kita kenal saat ini. Perkataan Tuhan Yesus tidak pernah berlalu dan masuk dalam Kitab Perjanjian Baru.

Di sisi lain ucapan Tuhan Yesus sepertinya berhubungan dengan hari kiamat dan kedatangan-Nya kembali. Mungkin satu hal yang penulis pahami, bahwa kita secara pribadi akan mengalami kiamat yang tidak tahu persis kapan terjadinya. Kita akan mengalami kematian yang tidak dapat kita tolak, walaupun kita sudah berupaya dengan segala cara.

Nasihat supaya berjaga-jaga
24:36 Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." 24:37 "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. 24:38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, 24:39 dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Kelihatannya, sebagai manusia sejati, Tuhan Yesus harus menjawab bahwa Diapun tidak tahu, kapan zaman baru itu terjadi, kecuali Bapa di sorga saja. Saat itu Tuhan Yesus sedang memerankan sebagai Anak Manusia, yang betul-betul manusia sejati. Sepertinya saat kedatangan Tuhan Yesus diserahkan kepada Allah Bapa di sorga.

Kita sudah pernah mendengar akan adanya nabi palsu yang pernah “menubuatkan” hari kiamat; dan nyatanya belum pernah terjadi. Mereka sepertinya lebih tinggi dan lebih tahu dari pada Sang Anak Manusia sendiri. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, pertanyaannya : siapakah yang harus kita imani secara total, termasuk perintah-perintahnya? Mengimani sepertinya lebih mudah diucapkan, dari pada melakukan perbuatan yang dikehendaki-Nya.

Secara bodoh, penulis menganggap bahwa zaman baru dapat disamakan dengan datangnya kematian; kita tidak pernah tahu kapan dan dimana serta dengan cara bagaimana kita akan meninggal. Kiamat yang penulis anggap sebagai kiamatnya kehidupan kita pasti akan terjadi. Kematian yang tidak bisa ditolak ataupun ditunda pasti akan menghampiri kita. Secara tidak langsung kita diajar untuk tidak usah pusing-pusing menghitung dan memperkirakan kapan kiamat. Ada yang jauh lebih penting untuk segera dijalani dan dilaksanakan, yaitu untuk segera berubah, bertobat dan menjadi manusia baru, menjadi anak-anak Allah. Berkarya sebagai anak Allah. Kapan saatnya berubah? Jawabannya pasti ya sekarang ini, jangan ditunda-tunda, jangan-jangan sudah terlambat jika tidak segera dilaksanakan.

24:40 Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; 24:41 kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. 24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. 24:43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. 24:44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."
Sekali lagi Tuhan Yesus mengingatkan supaya kita berjaga-jaga dan siap sedia. Yang satu diambil dan yang lain ditinggalkan, seolah-olah mengajarkan kepada kita bahwa setiap individu akan langsung bertanggung jawab kepada Tuhan. Kedekatan, hubungan keluarga, sahabat seiman ataupun hubungan hierarki tidak akan mempengaruhi pengadilan Tuhan. Tidak ada KKN! Pengadilan Tuhan akan adil seadil-adilnya bagi siapapun.
Yang dapat penulis pahami adalah tidak perlu kuatir akan kedatangan-Nya, apabila kita sudah menyiapkan diri dengan “pakaian pesta” sesuai dengan kehendak-Nya. Kita hanya diminta dengan sangat, agar berubah melalui pertobatan yang murni, selanjutnya mengikuti kehendak-Nya dengan perbuatan nyata. Orang yang sudah menyiapkan diri menghadapi ujian tidak pernah gentar. Dia akan selalu siap setiap saat karena segalanya sudah berjalan dengan mapan. Apapun yang terjadi, terjadilah. Kita songsong kedatangan Tuhan Yesus dengan penuh sukacita, karena sudah siap untuk mengikut Dia. Kapan saja, dimana saja.

Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat
24:45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? 24:46 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. 24:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. 24:48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: 24:49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, 24:50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, 24:51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."
Nubuat zaman akhir sudah dikatakan dan kita diminta untuk waspada dan siap sedia. Kita diminta untuk menjadi hamba yang setia dan bijaksana. Jangan menganggap bahwa Tuhan yang tidak kelihatan betul-betul tidak tahu apa yang kita perbuat. Orang Jawa sering mengatakan :”Gusti iku ora nate sare” Tuhan tidak pernah tidur, karena memang tidak mengenal siang dan malam seperti kita. Coba kita bayangkan, jika kita bisa tinggal di atas langit sana seperti satelit. Mungkin kita bisa melihat matahari sepanjang waktu dan tidak mengenal siang ataupun malam. Yang ada dan kelihatan hanya terang, karena sinar matahari selalu memancar setiap saat, tidak ada yang menutupi.

Bertobat, pemurnian diri dan berubah menjadi “manusia baru” yang setia kepada Tuhan. Setia kepada ajaran-ajaran-Nya dengan perbuatan nyata sesuai kemampuan masing-masing. Penulis tidak bisa membayangkan tempat kegelapan yang penuh dengan ratapan dan kertak gigi yang abadi. Begitu mengerikan untuk dibayangkan.
Tuhan Yesus, ampunilah aku dan ubahlah aku seperti yang Engkau kehendaki. Ajarilah aku untuk setia dan bijaksana.