Selasa, 09 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 1:19-28

Kesaksian Yohanes Pembaptis
1:19. Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" 1:20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." 1:21 Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" 1:22 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" 1:23 Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." 1:24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. 1:25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" 1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, 1:27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." 1:28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.

Dalam bayangan penulis, pada waktu kehadiran Yohanes Pembaptis yang mengajak orang untuk bertobat, banyak orang yang geger dan bertanya-tanya. Dalam keadaan dijajah bangsa Romawi yang kemungkinan besar penuh penderitaan, banyak orang menantikan kedatangan Mesias. Mesias dengan harapan berpenampilan hebat, yang bisa menggerakkan bangsa Yahudi untuk lepas dari penjajahan. Rasanya agak aneh, apabila yang datang malah tinggal di padang gurun, di luar kota yang tidak ada penghuninya.

Mungkin apa yang diperbuat oleh Yohanes Pembaptis mengindikasikan bahwa ia orang pilihan dan terpilih. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya orang yang mendatangi dia untuk dibaptis. Kehadirannya yang termasuk aneh, menjadi perbincangan banyak orang.

Situasi itu menjadi pemikiran orang Yahudi, khususnya para imam, kaum Lewi maupun orang Farisi. Mungkin banyak orang sudah tahu bahwa Yohanes Pembaptis anak seorang imam yang dikenal sebagai Zakarias. Dia dilahirkan di wilayah Yudea, yang mungkin tidak jauh dari Yerusalem. Agak-agak cocok dengan nubuat tentang kedatangan Mesias.

Namun dalam kenyataannya Yohanes Pembaptis berkata apa adanya, jujur dan merendah. Dia mengaku bukan Mesias dan juga bukan nabi yang pernah ada maupun yang akan datang. Dia mengaku hanya sebagai orang yang berseru-seru di padang gurun, sesuai dengan nubuat nabi Yesaya. Semua orang pada waktu itu mengerti dan tahu sekali bahwa Elia akan datang, sesuai nubuat Yesaya.

Kita bisa menangkap bahwa dalam pandangan orang Farisi pada waktu itu, orang yang berhak membaptis seseorang hanyalah para nabi. Orang biasa tidak boleh. Mesias lebih daripada nabi yang berarti bisa dan boleh membaptis. Ataukah mungkin baptisan itu sendiri diperkenalkan oleh Yohanes Pembaptis? Rasanya sangat sulit mencari kata-kata baptis di Perjanjian Lama.

Kita bisa menangkap bahwa banyak orang awam, rakyat biasa yang menganggap bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi yang diutus Allah. Namun kemungkinan besar para tokoh agama dan pemerintahan Yahudi malah tidak mengakuinya sebagai nabi. Kalau mereka mengakui, mestinya menuruti apa yang dikatakan nabi, karena dipercaya bahwa nabi adalah utusan Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tidak acuh dan cuek, sulit untuk mengakui seseorang atau kelompok yang telah melakukan perbuatan baik dan benar. Padahal buah-buah manis perbuatannya telah dirasakan oleh banyak orang. Untuk itu, maka berupaya mencari kelemahan atau kekurangan dan berkomentar macam-macam. Konyolnya, kita tidak mau dan tidak bisa berbuat nyata seperti mereka. Waktu berjalan terus dan omong doang dengan segala macam komentar, merasa lebih baik entah dari sisi yang mana. Pada akhirnya ya tetap tidak berbuat sesuatu, hanya berhenti sebagai pembicaraan di warung kopi.

Pada umumnya tidak ada nabi yang berani menyebutkan dirinya sebagai nabi. Dengan kerendahan hatinya dia hanya akan menyampaikan pesan-pesan Tuhan yang telah diterimanya. Nabi Yesaya bernubuat, pastilah orang-orang yang dinubuatkan tersebut bukan orang sembarangan, namun orang-orang pilihan dan utusan Allah sendiri. Tetapi menjabarkan atau menafsirkan suatu nubuat juga tidak gampang. Berapa puluh tahun atau bahkan berapa ratus tahun jarak antara zaman nabi Yesaya dengan zaman itu?

Dari awal sebenarnya para tokoh agama ini sudah diberitahu oleh Yohanes Pembaptis. Mesias sudah datang dan berada di antara mereka seperti orang biasa saja. Dia mengakui batapa rendah di hadapan Sang Mesias, sehingga membuka tali kasutpun tidak layak. Sang Maha Tinggi menjadi rakyat jelata, betul-betul diluar perkiraan pikiran yang terbatas ini.

Kelihatannya Tuhan Yesus lebih sering mencelikkan mata kita, karena perbuatan-Nya dianggap tidak umum. Kita lebih sering dipaksa untuk merenung bahwa pikiran Tuhan nyatanya tidak sama dengan pikiran kita. Kesetiaan, kerendahan hati, mengalahkan diri sendiri dan berpihak kepada kaum lemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar