Rabu, 31 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 8:21-30

Yesus bukan dari dunia ini

8:21. Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." 8:22 Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?"
8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
8:25 Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? 8:26 Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia."
8:27 Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa.
8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. 8:29 Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."
8:30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.


Sepertinya orang Yahudi secara tidak sengaja memutuskan perjanjian yang pernah diikat oleh nenek moyangnya. Mereka yang menganggap diri sebagai bangsa terpilih malahan terlena dan lupa diri bahwa yang ditunggu-tunggu sudah datang. Kebanyakan dari mereka tidak percaya bahwa Mesias yang menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia yang dirindukan, koq hanya seperti itu.

Mungkin sekarang ini kita merasa agak jelas bahwa Tuhan Yesus berkata bukan dari dunia ini. Dia berasal dari Kerajaan Allah nun di atas sana, sedangkan kita berasal dari bawah yaitu bumi tempat kita berpijak. Yang Esa sedang berperan sebagai Anak Manusia yang menjadi utusan Allah Bapa. Allah Bapa selalu menyertai Allah Putera karena memang Dia hanya satu, yang dapat berbuat apa saja menurut kehendak-Nya.

Bagaimana kehidupan yang di surga sana, mestinya kita bertanya kepada yang pernah tinggal dan hidup di sana. Selama masih hidup di dunia ini, rasanya tidak mungkin kita datang mengunjungi tempat itu. Mau berkunjung kepada walikota saja harus mendapat izin persetujuan. Sekarang yang dari atas sudah turun ke bumi, berarti yang tahu kehidupan di sana ya yang dari atas tersebut. Tinggal percaya atau tidak, atau ragu-ragu.

Yang begitu kudus malah dianggapnya sebagai kerasukan setan. Dan hal ini sama saja dengan meniadakan Allah yang hadir di tengah-tengah umat-Nya. Mereka akan mati dalam dosanya. Namun yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Mengapa mereka sampai tidak mengenal Mesias, padahal sudah tertulis dalam kitab suci. Apakah karena kedegilan mereka dan mengharapkan bahwa kedatangan Mesias harus yang begitu menakjubkan?

Anak Manusia ditinggikan sepertinya dapat dijabarkan bermacam-macam. Anak Manusia yang harus dipercaya dan diikuti karena Dialah Mesias. Atau mungkin ditinggikan karena disalib dan tidak membalas apapun. Dia tidak melawan secara phisik namun malah mewartakan kabar keselamatan bagi jiwa-jiwa yang percaya.

Pengertian bahwa Allah yang begitu tak terjangkau, membuat banyak orang Yahudi tidak bisa memahami Tuhan Yesus. Apalagi Tuhan Yesus memperkenalkan Allah yang mahatinggi sebagai Allah Bapa. Allah yang akan selalu menyertai setiap orang yang melakukan kehendak-Nya. Mungkin pada waktu itu mereka bertanya, sejak kapan Yahwe mempunyai Anak. Dan itu di luar nalar mereka yang mempercayai Allah yang Esa.

Secara tidak sadar, sebenarnya hidup kita diisi dan dibentuk oleh lingkungan dimana kita berada. Yang masuk dalam benak ini mau tidak mau akan menempel. Makin lama akan makin kuat menempel apabila belum pernah dilepas. Mungkin bagaikan kerak yang menempel di ceret, alat pemasak air. Akan sangat sulit untuk melepaskan segala macam yang sudah menempel di benak ini, untuk diganti dengan yang baru. Bagaikan sesulit melepas dari kebiasaan lama menuju ke kebiasaan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar