Kamis, 11 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 4:20-26

4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." 4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

Kata-kata Tuhan Yesus menyiratkan bahwa sampai pada waktu itu orang Samaria belum mengenal secara benar, siapa yang mereka sembah. Menyembah Allah harus di tempat khusus, apakah itu tempat penyembahan atau pemujaan, Bait Allah atau sejenisnya. Mungkin orang Samaria yang dianggap setengah kafir oleh orang Yahudi, termasuk digolongkan penyembah berhala. Mereka mengadakan ritual penyembahan di atas puncak bukit atau gunung. Sebagai orang Yahudi yang sudah mengenal Allah yang Esa, maka Bait Allah yang di Yerusalem merupakan tempat untuk menyembah Allah. Di Bait Allah-lah yang tepat untuk memuji dan menyembah. Namun kemudian Tuhan Yesus menambahkan bahwa pada saatnya kita bisa menyembah Allah Bapa dimanapun dan kapanpun, selama dalam roh dan kebenaran.

Menyembah Allah adalah begitu rohani yang sifatnya begitu pribadi, komunikasi antara roh kita dengan Roh Allah. Di sana tidak ada kepalsuan, rekayasa dan pembenaran diri. Kita tidak bisa berdusta dan berdalih kepada Allah. Tidak lagi berpatokan kepada bahasa dan tata bahasa yang baik dan benar. Mungkin kita bisa menyebutnya sebagai bahasa hati atau bahasa rohani. Obrolan roh kita dengan Roh Allah sudah tidak mengenal pakem, etika, sopan santun, tatabahasa buatan manusia. Hal yang begitu pribadi akan menjadi berbeda kalau kita sedang berjamaah, berkumpul untuk memuliakan-Nya. Berkumpul mungkin memerlukan pemimpin yang anggaplah sebagai yang dituakan, memimpin doa bersama. Mulailah dibuat suatu patokan atau pegangan, pakem untuk ritual tertentu, agar bisa dilaksanakan secara bersama-sama.

Pada akhirnya Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Dialah Mesias yang dinantikan itu. Dalam bayangan penulis, perempuan Samaria tersebut pastilah bersukacita yang tidak bisa diungkapkan dengan bahasa. Mesias sendiri nyatanya berkenan menemuinya di sumur Yakub. Perasaan bimbang dan ragu-ragu bercampur dengan kegembiraan yang membingungkan. Benarkah Dia Mesias sendiri atau hanya seorang nabi. Namun perkataan-Nya begitu mempesona, mengetahui kehidupan pribadinya dan tidak menyalahkannya.

Dalam pemahaman penulis, hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus hadir bukan hanya untuk orang Yahudi saja. Dia datang ke dunia untuk segala bangsa, ras, suku dan kelompok lainnya. Pada waktu itu kelompok yang non Yahudi boleh dikatakan diwakili oleh orang Samaria, orang Gerasa, orang Yunani ataupun orang Romawi. Recana keselamatan bagi semua orang datang dari Yahudi, yang mau tidak mau Anak Manusia berasal dari keturunan Yahudi. Mengapa begitu, mungkin akan sangat sulit untuk menjelaskannya, yang bisa memuaskan banyak orang.

Secara tidak langsung, kita diajar bahwa Allah Bapa yang di surga adalah Roh. Roh yang Kudus yang tidak kelihatan, namun seringkali bisa kita rasakan. Hal inipun rasanya cukup sulit untuk dijelaskan dengan gamblang. Secara bodoh penulis hanya bisa menyebutnya sebagai suara hati, dimana kita juga mengenal istilah perang batin. Kitapun tidak bisa melihat perang batinnya seseorang, apabila yang bersangkutan tidak menceritakannya. Mungkin perang batin tersebut terjadi sewaktu roh kita sedang tidak bersepaham dengan Roh Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar