Selasa, 09 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 1:29-34

Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus

1:29. Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. 1:30 Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. 1:31 Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." 1:32 Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. 1:33 Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. 1:34 Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."

Dalam pemahaman penulis, tanpa kuasa Roh Kudus Yohanes Pembaptispun tidak akan mengenal Mesias. Hanya karena kuasa Roh maka ia mengerti bahwa saudaranya yang selama ini ia kenal, adalah Anak Allah. Yohanes Pembaptis menyebut-Nya sebagai Anak domba Allah yang akan menghapus dosa dunia.

Kita bisa berkomentar mengapa disebut anak domba, bukan anak sapi atau anak kambing atau yang lainnya. Mungkin terus muncul jawaban dengan segala macam alasan, paling tidak sejarah kehidupan bangsa Yahudi pada waktu itu akan menjadi pijakan dasar.

Anak domba yang mulus biasanya dipergunakan untuk korban penebus dosa atau pentahiran. Dan yang datang disebut Anak domba Allah, sepertinya mengisyaratkan bahwa Dia akan menjadi korban untuk penebusan dosa manusia. Sering kali kita mendengar seseorang menyebut dirinya sebagai hamba Allah, hamba yang melakukan kehendak Tuannya. Sudah selayaknya jika perbuatannya selalu mengacu kepada ajaran Tuhan itu sendiri. Akan menjadi lucu dan aneh apabila kelakuannya bertentangan dengan kehendak Sang Tuan.

Kita bisa membayangkan bagaimana suasana pembaptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis kepada Kristus Yesus. Mungkin sebelumnya ada dialog dahulu karena mereka saling kenal. Mereka berdua masih bersaudara yang umurnya hanya terpaut beberapa bulan saja. Yohanes Pembaptis sudah menerima tanda dari Roh Kudus, siapakah Mesias yang akan datang setelahnya. Merpati menjadi simbul akan kehadiran Roh Kudus, dan yang dibaptis adalah Anak Allah sendiri. Kemungkin pembaptisan tersebut terjadi pada saat tidak banyak orang berduyun-duyun. Walaupun banyak orang yang bersama-sama dibaptis, namun tanda kehadiran Roh Kudus mungkin hanya diketahui Yohanes Pembaptis sendiri.

Kita juga bisa membayangkan yang namanya pakaian dicuci dengan air akan kelihatan bersih, namun belum sempurna. Noda-noda tertentu tidak bisa hilang walaupun dicuci berkali-kali. Hampir tidak ada pakaian yang selalu kelihatan baru seperti semula. Itulah yang dilakukan Yohanes Pembaptis kepada semua orang yang datang kepadanya untuk dipermandikan.

Tuhan Yesus akan mencuci dengan Roh Kudus yang bagaikan api yang bernyala-nyala dan memurnikan emas yang tadinya penuh dengan noda dan kotoran. Penulis tidak tahu apakah Tuhan Yesus melakukan pembaptisan yang disimbulkan dengan air, atau hanya dengan perkataan saja.

Yang jelas, betapa Tuhan Yesus mau merendahkan diri, sama dengan orang lain dan bersedia untuk dibaptis. Padahal Dia adalah Allah sejati yang tidak mempunyai kesalahan dan dosa. Sepertinya Dia mengajar kita untuk berani merendahkan diri dan mengalah, belajar menghilangkan kesombongan yang sia-sia. Sepertinya, tidak ada sesuatupun di dunia ini yang bisa disombongkan atau dibanggakan. Ungkapan Jawa mengatakan “Pangkat amung sampiran, bandha amung titipan” yang tidak akan dibawa mati. Tidak kita pungkiri bahwa seringkali kita terjebak oleh kebanggan semu tersebut, dan akhirnya duniawi ini yang kita kejar. Kitapun masih bisa beralasan, kan masih hidup di dunia yang memang membutuhkan kelengkapan untuk hidup. Kitapun cenderung bersetuju bahwa di dunia ini berlaku ungkapan “Keuangan yang kuasa” walaupun tidak segalanya bisa dibeli oleh uang.

Perkataan Yohanes Pembaptis hampir selalu kita dengar sewaktu kita akan menyambut Tubuh Kristus dalam perayaan ekaristi, perjamuan kudus. Dia mengorbankan Diri-Nya sampai mati hanya kerena ingin menebus dan menghapus dosa-dosa kita. Disitulah kita mestinya mengucap syukur dan terima kasih atas pengorbanan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar