Jumat, 19 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 7:1-13

Yesus pergi ke Yerusalem untuk hari raya Pondok Daun

7:1. Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. 7:2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. 7:3 Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. 7:4 Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia." 7:5 Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya. 7:6 Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. 7:7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. 7:8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."

7:9 Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea. 7:10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. 7:11 Orang-orang Yahudi mencari Dia di pesta itu dan berkata: "Di manakah Ia?" 7:12 Dan banyak terdengar bisikan di antara orang banyak tentang Dia. Ada yang berkata: "Ia orang baik." Ada pula yang berkata: "Tidak, Ia menyesatkan rakyat." 7:13 Tetapi tidak seorangpun yang berani berkata terang-terangan tentang Dia karena takut terhadap orang-orang Yahudi.


Dalam pemahaman penulis, banyak perkataan Tuhan Yesus yang menimbulkan pro dan kontra. Tuhan Yesus berani berterus terang untuk mengatakan mana yang jahat dan mana yang tidak, mana yang keliru mana yang tidak. Risikonya cukup menggetarkan yaitu bisa dikejar-kejar, malahan percoban hendak dibunuh. Kehadiran-Nya membuat gerah banyak orang yang selama itu merasa biasa saja untuk berbuat salah atau jahat. Kekeliruan yang mungkin sudah membudaya atau kekeliruan kolektif yang didogmakan. Celaan yang disampaikan Tuhan Yesus membuat kelompok mereka panas hati dan ingin melenyapkan-Nya. Mungkin kelompok ini banyak tinggal di Yerusalem dan daerah Yudea. Alasan yang paling masuk akal adalah menyebutnya sebagai penyesat yang melawan hukum yang dibuat manusia itu sendiri.

Namun banyak juga orang yang berpihak kepada-Nya. Selama waktu itu Tuhan Yesus telah sering berbuat kebaikan, yang dapat dirasakan oleh banyak orang. Mungkin kelompok yang ini lebih banyak jumlahnya, karena mereka masyarakat kelas biasa. Masyarakat kecil yang menderita yang hampir tidak mampu membiayai hidupnya sendiri. Bisa dimaklumi karena memang sedang dijajah oleh bangsa lain yang belum mengenal Allah. Tuhan Yesus menjadi penyelamat, penghibur dan penyembuh yang tidak meminta imbalan apa-apa. Dia berkarya dengan terang-terangan di hadapan banyak orang, tidak memakai tipu muslihat dan mempromosikan diri.

Namun Dia juga mengecam orang-orang yang berbuat jahat, yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Mungkin kelompok ini yang mencari upaya dengan berbagai cara untuk menyingkirkan Dia. Salah satunya dengan mengatakan bahwa Dia akan menyesatkan rakyat. Penyesatan yang dipakai bukan dari sepuluh perintah Allah, namun pemahaman atau penafsiran yang selama waktu itu sudah mendarah daging. Allah yang begitu tinggi tak terjangkau tidak mungkin menjilma menjadi manusia. Tidak mungkin Allah yang di surga sekaligus bisa berada di dunia. Apakah mungkin Allah berada dimana-mana?

Pada zaman sekarang, secara teknologi suara manusia di suatu tempat bisa didengarkan di seluruh dunia jika kita menghidupkan radio. Televisi malah bisa menyiarkan gambar-gambar dan suara yang terjadi pada waktu itu juga. Semuanya ini masih buatan manusia, lha kalau Allah yang Mahakuasa, siapa yang dapat membayangkannya?

Seringkali kuasa Allah kita bayangkan seperti apa yang ada di benak kita yang masih terbatas. Kemudian kita menganggap seperti sudah mengenal Allah luar dan dalamnya. Beruntunglah bahwa Allah tidak marah. bahkan mungkin hanya tersenyum saja. Seperti kita melihat anak-anak kecil yang sedang berdebat atau bercerita dan kita merasa lucu dan memakluminya. Kita melihat bagaimana ada anak yang sok menangan dan ada juga yang kalahan. Jika mereka sampai berkelahi, ada yang menangis, kita turun tangan untuk melerai dan memberi nasihat.

Untuk menghindari bentrokan di Yerusalem, Tuhan Yesus mempunyai caranya sendiri karena memang belum waktunya. Dia ingin menyelesaikan semua karya yang diberikan oleh Allah Bapa. Apa yang direncanakan Allah, semuanya harus terjadi dan tidak bisa ditolak.

Penulis juga merasa bingung, mengapa saudara-saudara-Nya malah tidak bisa percaya. Berkumpul bersama selama puluhan tahun apakah membuat mereka merasa tahu betul siapakah saudaranya yang satu ini? Apakah selama masih di Nazaret Tuhan Yesus sama sekali tidak menampakkan kuasa-Nya? Betul-betul menjadi manusia biasa, seperti kita? Jawaban yang sederhana ya seperti yang Dia ucapkan :”Waktunya belum tiba.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar