Rabu, 10 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 2:1-11Perkawinan di Kana

Perkawinan di Kana

2:1. Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; 2:2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. 2:3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." 2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." 2:5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" 2:6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. 2:7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh. 2:8 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya. 2:9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki, 2:10 dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." 2:11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

Di Kana Galilea Tuhan Yesus sepertinya tidak banyak bicara tentang yang rohani. Sebagai tamu undangan, Dia berperan sebagai layaknya tamu bersama para murid. Mungkin Bunda Maria malah yang ikut sibuk di belakang membantu nyonya rumah dan para pelayan pesta. Bunda Marialah yang mengetahui bahwa kehabisan anggur. Bisa dibayangkan apa jadinya kalau sampai kekurangan minuman, padahal minum anggur sudah menjadi tradisi pada waktu itu. Mungkin Bunda Maria sejenak ikut bingung, namun dia teringat akan Puteranya yang berada di tempat perjamuan. Dalam bayangan penulis, Bunda Maria pasti tahu persis siapakah Puteranya itu. Berkumpul bersama selama sekian tahun pasti sudah selayaknya mengenal apa saja yang dilakukan Sang Anak.

Mungkin seperti sambil lalu namun penuh nada yang serius, Bunda Maria mendatangi Tuhan Yesus dan berbisik pelan. Bunda Maria hanya mengatakan bahwa mereka yang punya hajat kekurangan anggur. Bunda Maria mengatakan hal itu karena belas kasihnya kepada keluarga pengantin, dan meyakini kalau Tuhan Yesus mau menolong pasti bisa. Sedangkan Tuhan Yesus mengatakan belum saatnya berbuat yang ajaib. Saat yang tepat bagi Tuhan Yesus belum tentu sama dengan saat yang kita inginkan.

Ataukah saat yang tepat sebenarnya berhubungan dengan kematian dan kebangkitan-Nya? Mungkin bahasa isyarat antara ibu dan anak yang paling mengetahui maksud perkataan tersebut. Demikian juga dengan tempayan yang biasa dipergunakan untuk pembasuhan, mungkin mempunyai makna lain yang lebih dalam. Tempayan adalah tempat atau wadah yang sebenarnya netral, karena bisa dipergunakan untuk apa saja. Karena kebiasaan pada umumnya yang sudah terbentuk, pokoknya tempayan tersebut dipakai untuk tempat air pembasuh kaki dan tangan. Bagaimana perasaan kita sewaktu melihat bahkan disuguhi minuman teh dengan poci yang berbentuk pispot? Dari pispot tersebut, air teh dikucurkan ke dalam cangkir dan diberikan kepada kita.

Paling tidak kita bisa membayangkan bahwa anggur bisa memabukkan, sehingga lupa dengan adat sopan santun yang berlaku. Dalam keadaan mabuk yang terasa malah ingin minum terus, bagaikan orang yang kehausan. Mungkinkah Yohanes Penginjil atau malah Tuhan Yesus sendiri memberikan makna baru dengan kejadian itu? Apakah kita diharapkan untuk mengasihi Allah sampai mabuk kepayang, sehingga melupakan segala hal yang ada di sekitar kita?

Dalam pemahaman penulis, Bunda Maria tahu persis siapakah Puteranya itu. Bunda Maria mengenal betul betapa Sang Putera begitu hormat kepadanya dan belas kasih-Nya tak terukur. Bunda Maria tahu bahwa Sang Putera begitu rendah hati yang tidak mau menonjolkan diri-Nya dan menikmati sebagai manusia biasa. Peran-Nya sebagai manusia biasa dipegangnya dengan teguh dan setia, sampai pada waktunya kapan harus berkarya.

Bunda Maria memberikan pesan kepada pelayan-pelayan, bahwa apa yang akan dikatakan Puteranya agar dituruti saja. Ada kesan betapa Bunda Maria begitu yakin bahwa sesuatu akan terjadi karena karya Kristus Yesus anaknya. Karena belas kasihnya, mereka berdua ibu dan Anak, tidak ingin yang empunya hajat dipenuhi perasaan malu kepada hadirin. Mungkin kehabisan anggur pada zaman itu, hampir sama dengan di zaman sekarang jika kehabisan suguhan atau hidangan. Betapa malu dan pasti akan menjadi pembicaraan dimana-mana. Berani mengundang tamu sekian banyak koq hidangannya tidak mencukupi sesuai jumlah tamu. Mestinya kan dilebihi untuk berjaga-jaga. Lebih baik bersisa daripada kekurangan.

Mukjizat anggur di Kana yang di Galilea adalah perbuatan ajaib yang pertama kali dilihat dan disaksikan oleh Yohanes Penginjil maupun murid lainnya. Penulis tidak bisa membayangkan apakah kejadian itu hanya disaksikan oleh para murid dan para pelayan, ataukah malah berita mengherankan itu segera menyebar ke banyak orang. Dalam pemahaman penulis, kejadian tersebut mestinya hanya mereka-mereka saja yang tahu. Pada saat kejadian, hal tersebut dianggap sebagai rahasia keluarga besar yang empunya hajat. Bunda Maria dan Tuhan Yesuspun pasti tidak mau menonjolkan sebagai pahlawan penyelamat. Namun pasti bahwa keluarga yang mempunyai hajat pernikahan tidak akan lupa dengan kejadian tersebut.

Yohanes Penginjil pasti mempunyai maksud tertentu dengan pengalaman yang mengherankan tersebut. Air menjadi anggur yang enak belum pernah terdengar sampai saat itu. Paling tidak sebagai murid, kepercayaan kepada Sang Guru akan semakin menebal karena disaksikan sendiri. Kabar yang menakjubkan harus disampaikan kepada banyak orang, bahwa Gurunya betul-betul Putera Allah. Tanpa kabar seperti ini kita tidak akan tahu apakah Kristus Yesus hanya sebagai manusia biasa yang mempunyai kelebihan atau utusan Allah yang terberkati.

Tuhan Yesus yang sederhana dan tidak mempunyai apa-apa, malah memberikan sumbangan enam tempayan anggur pilihan. Mungkin hanya orang yang mampu saja yang bisa menyediakan anggur enak sebegitu banyak. Hal tersebut sepertinya mengajarkan kepada kita, bahwa kitapun harus mau berbuat sesuatu yang menumbuhkan sukacita kepada orang lain; sekecil apapun perbuatan itu.

Sewaktu penulis bersama isteri dan rombongan mengunjungi Kana, kelompok yang Katolik mengucapkan pembaharuan janji pernikahan yang dipimpin pastor berbahasa Jerman. Pembaharuan janji pernikahan setelah dua puluh lima tahun kawin sepertinya memberikan penyegaran dan mengingatkan kembali. Niat dan janji bersama dengan pasangan, menyemai cinta kasih agar tumbuh berkembang dan akhirnya berbuahkan sukacita. Semoga aromanya dapat dinikmati dan dirasakan oleh saudara-saudara di sekitar. Mengulangi Perjanjian suci yang disaksikan dan direstui oleh Fr. Gabiel, OFM pada tanggal 5 September 2001, disertai makan dan minum Tubuh dan Darah Tuhan Yesus. Kemudian penulis berkesempatan mencicipi bermacam-macam jenis anggur yang dijual, sebelum membeli untuk oleh-oleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar