Rabu, 10 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 3:1-21

Percakapan dengan Nikodemus

3:1. Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. 3:2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." 3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" 3:5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. 3:6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. 3:7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 3:8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." 3:9 Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" 3:10 Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? 3:11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. 3:12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? 3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 3:20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 3:21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."

Dalam pemahaman penulis, percakapan Nikodemus dengan Tuhan Yesus bukanlah yang duniawi, namun yang rohani dan surgawi. Nikodemus mengakui bahwa tanda-tanda mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus pastilah karena Allah menyertai Dia. Namun ungkapan Tuhan Yesus sangat sulit diterima oleh Nikodemus. Mungkin kita juga akan bingung mendengar ungkapan-Nya apabila kita hidup di zaman itu. Bahkan sekarang inipun sebenarnya masih membikin bingung.

Dalam pemahaman penulis, untuk dapat melihat Kerajaan Allah, seseorang harus dilahirkan kembali. Lahir kembali bukan harus masuk ke dalam rahim ibu, secara pikiran manusia yang masih duniawi. Kita bisa melihat Kerajaan Allah sepertinya harus kembali seperti anak kecil yang baru lahir. Polos, bersih dari segala macam permasalahan yang dirasakan orang yang lebih dewasa. Melalui air dan roh, bagaikan dipermandikan, dibersihkan agar seperti sedia kala. Agaknya Roh Kudus diungkapkan seperti angin yang tidak kelihatan walaupun dapat dirasakan membelai kulit kita. Sering kita bisa merasakan suara hati yang bagaikan angin tadi, dan kita tidak tahu dari mana itu.

Kita mungkin sadar bahwa sewaktu masih kecil, kita lupa atau tidak tahu apa yang ada dalam benak kita sewaktu umur masih dibawah dua tahun. Mungkin setelah itu kita masih bisa mengingat apa saja yang diajarkan oleh orang tua kita. Mungkin banyak kata-kata “jangan” yang kita dengar dari orang tua kita, daripada kata-kata “boleh.” Akal budi ini mulai diisi dengan program, mana yang boleh mana yang tidak, mana yang baik mana yang tidak, dan sebagainya. Dari panca indera yang ada, kita bisa merekam segala macam kejadian yang kita alami dan kita terjemahkan masing-masing, sesuai selera kita. Secara universal, kita mulai mengenal baik dan buruk, salah dan benar, etika, sopan santun, kewajiban dan larangan, perasaan takut, jijik dan banyak hal. Kebebasan yang dimiliki sewaktu masih bayi mulai diikat oleh berbagai macam aturan, adat, tradisi, kebiasaan dan sejenisnya.

Lama kelamaan tumbuhlah dalam diri ini perasaan iri, keinginan lebih, diakui, yang dapat membuahkan keserakahan dalam segala hal. Kenikmatan duniawi yang dapat dirasakan oleh indera kita mulai menarik dan membius untuk menikmatinya. Mulailah pikiran ini merekayasa bagaimana caranya untuk dapat memperolehnya. Apabila keserakahan yang berkuasa, maka segala macam cara bisa ditempuh tanpa menghiraukan orang lain yang bisa dirugikan.

Indera ini sepertinya sudah diselimuti oleh tirai keserakahan, sehingga tidak bisa lagi melihat Kerajaan Allah yang ada di hadapan kita. Yang terlihat hanyalah keinginan untuk meraih kenikmatan duniawi yang bisa memberikan kepuasan, walaupun hanya sesaat. Sebab dalam kenyataannya keinginan lebih yang sering kita sebut kebutuhan, hampir selalu menang. Kita bisa membuat segala macam alasan untuk pembenaran diri, dan itu sah-sah saja, selama tidak merugikan pihak lain.

Dilahirkan dari air dan Roh mungkin sekarang ini lebih kita kenal sebagai pembaptisan. Air sebagai simbul kehidupan yang bisa untuk membasuh dan membersihkan, namun tidak bisa menghilangkan noda yang terlanjur menyatu. Namun hanya Roh Kudus yang bisa membersihkan sampai bersih, bagaikan panas api yang memurnikan emas. Melalui pembaptisan suci maka kita bagaikan lahir kembali dan diubah menjadi anak-anak Allah. Hanya anak-anak Allah yang terpilih saja yang bisa memasuki Kerajaan Allah. Dari Roh Kuduslah jiwa kita bisa dimurnikan, yang berarti bahwa Kerajaan Allah bisa dinikmati apabila Roh Kudus berkenan. Hanya karena kasih karunia dari Allah saja manusia dapat merasakan Kerajaan-Nya. Jadi manusia hanya bisa mengharap kepada Allah, melalui perbuatan-perbuatan seperti yang dikehendaki Tuhan.

Tidak ada seorangpun manusia yang masih hidup di dunia ini yang tahu persis seperti apa itu sorga. Hanya yang pernah tinggal di sana saja yang tahu. Menjelaskan kepada orang yang belum tahu memang suatu hal yang cukup sulit. Jangan-jangan yang dibayangkan malah bertolak belakang dengan yang dimaksudkan. Kemudian terjadi getok tular dan diajarkan kepada generasi di belakangnya. Bisa-bisa malah semakin salah kaprah dan akan sulit untuk dikembalikan kepada yang sebenarnya.

Penulis tidak tahu sejak kapan dogma kehidupan kekal setelah kematian badan ini dikenal oleh bangsa Yahudi. Sejak kapan mereka mengenal istilah sorga dan neraka, mungkin perlu melihat kitab para nabi. Dalam kenyataannya kelompok Saduki tidak percaya akan kebangkitan.

Jika kita rasakan dan renungkan, sepertinya Tuhan Yesus lebih menekankan kepada perbuatan nyata dalam kehidupan ini. Hal-hal yang sangat duniawi yang dapat kita lakukan setiap saat, selama masih hidup di dunia ini. Setiap orang diharapan untuk berbuat baik dan benar, dan bisa diraba rasakan oleh masyarakat sekitar. Berbuat baik dan benar tidak akan bersembunyi, yang sangat bertolak belakang dengan berbuat jahat. Kita akan selalu berusaha agar jangan sampai seorangpun tahu, bahwa kita telah berbuat jahat. Namun kita akan sangat senang, apa lagi jika dipuji, untuk memperlihatkan diri bahwa merasa telah berbuat baik.

Dalam pemahaman penulis, Nikodemus diwejang oleh Tuhan Yesus akan hal-hal yang rohani dan yang sorgawi. Nikodemus sepertinya digiring untuk semakin mengenal siapakah Tuhan Yesus, yang menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia. Dituntun untuk percaya bahwa yang sedang berbicara di hadapannya adalah Anak Manusia yang turun dari surga. Dia datang bukan untuk menghakimi dan menghukum karena kita telah berbuat jahat, tetapi malah sebaliknya. Dia datang untuk menyelamatkan kita semua dengan ajaran bahwa Yang Datang betul-betul Allah.

Kita diminta untuk merenung dan menyadari akan kelakuan kita selama ini, dan akhirnya percaya bahwa Sang Roh Kebenaran telah menyentuh kita bagaikan angin semilir. Percaya bahwa hanya Dialah yang dapat menyelamatkan kita. Setelah mulai sadar dari kegelapan diri, maka terlihatlah cahaya yang menerangi. Kita bagaikan terbangun dari tidur dan melihat semburat cahaya terang, kemudian bangkit dan berniat untuk berbuat sesuatu. Sudah semestinya berubah ingin melakukan sesuatu yang baik dan benar, sesuai kehendak Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar