Rabu, 31 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 8:1-11

Perempuan yang berzinah

8:1. tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. 8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. 8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. 8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" 8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. 8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." 8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" 8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."


Kita bisa merasakan bahwa semua orang pada dasarnya pernah berbuat dosa. Apakah berbuat dosa berat ataupun ringan, yang jelas sebagai manusia yang lemah tidak akan luput dari kekhilafan. Mungkin orang lain tidak tahu sama sekali bahwa kita pernah berdosa, namun hati nurani kita tidak bisa mengelak dan menipu diri sendiri. Allah yang Mahamelihat melalui Roh-Nya berkarya menyentuh hati kita, dan sering kita abaikan.

Penulis tidak tahu mengapa hanya si perempuan saja yang dibawa ke hadapan Tuhan Yesus. Bagaimana dengan lelaki yang berbuat zinah tersebut? Apakah hukuman rajam hanya berlaku bagi pihak perempuan saja? Ataukah karena Hawa hanya tercipta dari tulang rusuk Adam? Kasihan betul nasib para perempuan pada zaman waktu itu! Ataukah di zaman sekarangpun perempuan masih diperlakukan berbeda dengan laki-laki? Dimanakah letak kekeliruannya, padahal sama-sama lahir dari rahim seorang ibu. Jikalau berbeda karena kodratnya, mungkin masih bisa dimaklumi. Laki-laki dengan segala kelebihan dan kekurangannya, demikian juga perempuan dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Jawaban Tuhan Yesus begitu mengena dan menusuk setiap hati yang sedang berada di situ. Para ahli Taurat dan kaum Farisi yang sudah dikenal sebagai pemuka agama, dalam kenyataannya tidak berani melempar batu kepada perempuan tersebut. Secara tidak langsung merekapun mengakui bahwa masih termasuk orang yang berdosa. Jangan-jangan dalam tampilan yang sok suci tersebut, di antara mereka bahkan pernah berzinah dengan perempuan itu.

Nasihat Tuhan Yesus pasti sangat menyejukkan bagi hati perempuan tersebut. Perkiraan akan mati dengan sengsara karena dilempari batu, nyatanya tidak terjadi. Dan yang menyelamatkannya dari kematian adalah Tuhan Yesus sendiri. Mungkin kita bisa membayangkan atau merabarasakan, segala macam gejolak yang tumbuh di hati sanubari perempuan itu. Perasaan gembira, bahagia, terharu, heran seakan tidak percaya, bersyukur dan yang lainnya bercampur baur. Dia hanya diminta untuk berubah menjadi manusia baru, tidak berbuat dosa lagi. Pasti pengalaman rohani yang begitu hebat tersebut akan mengubah cara hidupnya. Penulis tidak tahu siapakah perempuan tersebut. Apakah dia yang kita kenal sebagai Maria Magdalena?

Penulis juga tidak bisa membayangkan, sedang menulis apa Tuhan Yesus pada waktu itu. Dia mencorat-coret di tanah dengan jari-Nya, pasti dengan maksud tertentu. Ataukah Dia sedang menunggu reaksi yang lebih keras dari para ahli Taurat dan kaum Farisi? Sekali lagi kita diingatkan tentang sepuluh perintah Allah yang tidak boleh membunuh. Yang berkuasa memberikan pengadilan hanya Allah sendiri. Siapapun masih diberi kesempatan untuk bertobat dan berubah, untuk tidak berbuat dosa lagi.

Dalam pemahaman penulis, pada waktu itu Tuhan Yesus sepertinya menulis atau menggambar palang salib. Semua orang berkumpul kepada Dia dan ingin mendengar komentar-Nya. Kita bisa membayangkan bahwa semua orang dari timur, barat, utara dan selatan datang berduyun-duyun untuk mencari Dia. Dan itu bagaikan gambar palang salib dimana Tuhan Yesus berada di tengah.

Tidak ada seorangpun yang sempurna kalau tidak menemui Dia. Hanya Dialah yang sempurna, yang mengajak kita semua untuk seperti Dia. Dampaknya begitu menakjubkan karena semua orang pergi satu persatu, meninggalkan Tuhan Yesus dan perempuan tersebut. Secara tidak langsung mengakui bahwa merekapun masih mempunyai dosa. Tuhan Yesus sendiri juga tidak menghakimi, malahan menasihati. (22-05-07)

Secara tidak langsung kita telah diajar untuk menjadi orang yang pengampun, tidak menghakimi orang lain, selama kita sendiri masih memiliki dosa dan kesalahan. Mungkin azas praduga tidak bersalah mengadopsi dari ajaran Tuhan Yesus sendiri. Jika kita renungkan, betapa berat beban bagi para penegak hukum untuk melaksanakan pekerjaan dengan seadil-adilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar