Rabu, 10 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 3:22-36

Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus

3:22. Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. 3:23 Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, 3:24 sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. 3:25 Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. 3:26 Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." 3:27 Jawab Yohanes: "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. 3:28 Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. 3:29 Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. 3:30 Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. 3:31 Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. 3:32 Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu. 3:33 Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. 3:34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. 3:35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Kita bisa merasakan kerendahan hati seorang Yohanes Pembaptis yang menjadi pendahulu sebelum kedatangan Mesias. Dia dengan sangat legowo harus menjadi semakin kecil, agar Mesias yang datang kemudian semakin besar dan dimuliakan. Kehendak Allah pasti terjadi walaupun kelihatannya jalannya berliku-liku seperti tidak akan terjadi. Pada waktunya pasti segalanya digenapi dan terlaksana.

Dalam pemahaman penulis, Yohanes Pembaptis dapat berbicara begitu karena dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus. Dia yakin sekali bahwa saudaranya adalah Mesias yang telah dijanjikan oleh Allah sendiri. Dialah yang diutus Allah yang akan menyampaikan firman Allah itu sendiri. Tanda-tanda yang diberikan melalui kuasa Roh Kudus sudah dialaminya sendiri, maka tugas perutusan yang diembannya sudah hampir selesai.

Mungkin kita juga bisa merasakan sewaktu hampir menyelesaikan suatu tugas, dan semuanya berjalan lancar. Kita malah berharap semoga segalanya cepat selesai dan tidak diperpanjang lagi. Ada perasaan sukacita yang mungkin akan tergambar di wajah kita, ketika pengganti atau pemimpin yang kita tunggu sudah datang. Tinggal mengatur waktu kapan serah terima akan diselenggarakan.

Bahkan Yohanes Pembaptis menganggap dirinya hanya sebagai sahabat pengantin pria. Biarlah pengantin pria bercengkerama dengan mempelai putri dengan penuh bahagia. Jika mereka berdua bersatu dengan bahagia, sahabatpun akan ikut bersukacita. Mungkin kita semua ini yang diharapkan menjadi mempelainya Sang Juru Selamat.

Mungkin kita bisa menganggap bahwa Yohanes Pembaptis menjadi nabi terakhir masa Perjanjian Lama. Dia sudah meluruskan jalan yang selama itu berliku-liku dan berkelok-kelok. Dia sudah meratakan jalan yang selama itu naik turun, terjal dan curam. Yang Empunya sudah datang, maka dia menyerahkan semuanya yang telah dia kerjakan kepada-Nya. Masa Perjanjian Baru akan segera dimulai dan sedang berlangsung.

Dalam benak penulis, Yohanes Pembaptis adalah orang yang begitu sederhana dengan penampilan apa adanya. Dia tidak silau oleh kenimatan dan gebyarnya duniawi. Dia tidak menyenggol minuman anggur walaupun anggur sudah menjadi bagian tradisi hidup sehari-hari. Kelihatannya dia hidup dengan penuh mati raga, menenggelamkan segala macam hawa nafsu sampai ke dasar. Hidupnya hanya dipersembahkan kepada Allah yang telah mengutusnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis yang begitu legowo rasanya sulit atau relatif sedikit ditemukan. Dia mengajar, yang berarti harus banyak bicara. Berbicara tentang kebenaran, kesetiaan, pertobatan, perubahan dan lain sebagainya. Namun sepertinya dia juga sebagai pendengar yang baik kepada orang-orang yang membutuhkan nasihatnya. Dia sadar bahwa dia hanya sebagai pembuka jalan, bukan sebagai pemeran utama, bukan mencari ketenaran.

Pada saatnya kita harus mundur dan menyerahkan estafet kepada yang ada di belakang kita. Biarlah para penerus semakin tumbuh berkembang, kalau bisa malahan didorong agar semakin besar melebihi kita. Tidak bisa dipungkiri apabila sering ada pemikiran, apakah dia bisa meneruskan seperti apa yang telah kita lakukan. Mungkin hal ini secara tidak sadar kita telah meninggikan hati, kesombongan yang tidak terucap, merasa selama ini yang paling baik. Terus berlindung di balik ungkapan, bahwa telah kenyang makan asam garam dunia.

Yohanes Pembaptis telah mengajarkan kepada kita bahwa perubahan akan berjalan secara alami. Pada saatnya yang kecil, yang muda akan tumbuh semakin besar, semakin dewasa. Yang tua akan semakin layu dan surut dimakan usia, dan itu tidak bisa dielakkan. Bagaikan seorang petani yang menyemai, menanam, memelihara dan akhirnya panen. Apakah tanaman itu hanya musiman, ataupun pohon keras yang bisa berumur puluhan bahkan ratusan tahun, pada saatnya pasti menyurut. Daun-daun tua akan menguning dan melepaskan diri dari dahannya, memberi kesempatan untuk tumbuhnya trubus daun-daun muda seiring dengan berkembangnya pohon tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar