Senin, 15 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 6:1-15

Yesus memberi makan lima ribu orang

6:1. Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 6:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. 6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. 6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 6:5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" 6:6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. 6:7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." 6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: 6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" 6:10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." 6:13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. 6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."
6:15. Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.


Mungkin kita pernah atau bahkan sering mendengar cerita kesaksian bagaimana Tuhan Yesus memberi makan banyak orang dengan daya kuasa-Nya. Sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan sebuah gereja di tepi danau Galilea, dengan mozaik lima roti dan dua ekor ikan. Mungkin di sekitar situlah Tuhan Yesus dahulu berkarya yang membuat semua orang ingin mengangkat-Nya menjadi raja.

Mungkin harapan banyak orang, jika Tuhan Yesus menjadi raja maka mereka tidak akan kekurangan makanan. Jika zaman Musa, semua orang mendapatkan roti manna dan tidak kekurangan, maka Tuhan Yesus bisa memberikan roti dan ikan yang tidak akan habis. Namun Tuhan Yesus bukan menginginkan menjadi raja dunia. Dia lebih mengharapkan agar semua orang percaya kepada-Nya dengan melalui tanda mujizat. Hanya yang diutus Allah Bapa saja yang bisa berbuat begitu menakjubkan. Jika mereka bisa percaya bahwa Dia Mesias, maka diharapkan mereka bisa berubah pandangan. Ada makanan rohani yang lebih penting untuk dilahap dengan sukacita. Makanan rohani yang bisa membawa kedalam hidup kekal, menikmati Kerajaan Surga.

Sambil menunggu saat makan, mereka disuruh duduk di atas rumput yang kemungkinan besar berkelompok-kelompok.. Dalam saat menunggu, mereka bisa berbagi cerita, berbagi komentar ataupun pendapat. Pastilah dalam hal ini mereka membicarakan pengajaran Tuhan Yesus. Disamping itu, dengan berkelompok maka akan lebih gampang untuk menghitung secara kasar.

Setelah mereka semua makan roti dan ikan sampai kenyang, Tuhan Yesus meminta agar semua sisa potongan makanan dikumpulkan. Makanan yang membuat jasmani kita tetap hidup harus dihargai dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bukan karena kaya atau tidak membeli, terus kita boroskan dengan sia-sia. Banyak saudara kita mungkin pada saat bersamaan belum mendapat rezeki. Makanan tersebut masih berguna bagi orang lain karena bukan barang sisa dari mulut kita.

Paling tidak hal tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa yang sedikit, yang kecil yang tidak kelihatan berarti, masih ada gunanya jika kita mau berkarya. dan memanfaatkannya. Lima roti dan dua ikan di tangan Tuhan Yesus, bisa mengenyangkan banyak sekali orang. Sekecil apapun kita, sebodoh apapun kita, selama masih hidup pasti ada gunanya, kalau mau berbuat sesuatu. Kita tercipta dan hidup di dunia, pasti ada sesuatu rahasia Tuhan bagi kita agar Dia bisa dimuliakan. Kita bisa melihat garam dapur yang dimanfaatkan untuk bumbu masak. Garam yang harganya relatif murah, dengan jumlah sedikit namun bisa membuat masakan menjadi enak dan lezat. Apa jadinya kalau kebanyakan garam, bukan menambah semakin sedap malahan bahkan mungkin tidak termakan karena keasinan. Lebih baik jika sisa garam tersebut disimpan, siapa tahu nanti dipergunakan sewaktu-waktu.

Sepertinya kita diajar untuk menghargai segala sesuatu walaupun hal tersebut begitu sepele. Kita diajar untuk menghargai setiap orang walaupun orang tersebut sepertinya tidak ada apa-apanya. Segala sesuatu yang besar selalu dimulai dari yang kecil, bahkan yang tidak pernah diperhitungkan orang.

Jangan sampai ada sesuatu yang terbuang percuma, yang mungkin akan membikin kotor, berserakan, tidak terurus, selama masih bisa dimanfaatkan. Secara tidak langsung, kita diajar untuk semakin cerdas dalam hal memahami rohani dan duniawi. Tuhan Yesus lebih mengharapkan agar tidak seorangpun yang akan terbuang sia-sia. Dia datang untuk menyelamatkan, bukan untuk menghakimi. Masih ada waktu untuk berubah, kembali ke jalan Tuhan selama kita masih hidup.

Dalam mengarungi kehidupan itu sendiri, Dia juga mengharapkan agar bumi ini dijaga kelestariannya. Dari bumi ini kita memperoleh segala sesuatu yang kita butuhkan. Maka bumi ini perlu dijaga dan dipelihara, karena kita merupakan bagian dari isi bumi ini. Betapa indahnya apabila manusia bisa bersatu dengan alam dan Tuhan. Allah mengajak kerjasama, keterlibatan manusia ini untuk bersama-sama membangun dunia dengan segala macam isinya.

Tuhan Yesus yang kelihatan tidak mempunyai apa-apa namun bisa memberi makan ribuan orang. Dia sangat peduli dengan penuh belas kasih, kepada semua orang yang berharap kepada-Nya. Bagaimana dengan kita? Bisakah kita memberi makan kepada orang yang membutuhkan bantuan kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar