Senin, 15 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 6:16-21

Yesus berjalan di atas air

6:16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu 6:17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, 6:18 sedang laut bergelora karena angin kencang. 6:19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. 6:20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" 6:21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

Dalam pemahaman penulis, kelihatannya Tuhan Yesus mendidik para murid setahap demi setahap. Dalam memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Putera, hampir semua orang tidak siap untuk menerima begitu saja. Bagaimana mungkin untuk langsung percaya bahwa Dia adalah Tuhan sendiri yang datang. Biarlah para muridpun sedikit demi sedikit mulai mengenal secara dekat akan daya kuasa-Nya. Pengalaman air menjadi anggur, menyembuhkan orang sakit, memberi makan banyak orang sudah dilewati.

Dan sekarang biarlah para murid melihat sendiri, bagaimana air danau dan angin tunduk kepada-Nya. Alam bahkan lebih mengenal Tuhan Yesus dan menyediakan dirinya menghormati Sang Pencipta. Air bagaikan berubah menjadi jalan rata nan mulus, angin memberikan jalan dan membuka diri, menghantarkan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Mereka menyeberang tanpa halangan, seakan-akan air dan angin membantu mendorong lebih cepat sampai tujuan.

Kita bisa membayangkan bagaimana para murid dicekam perasaan takut pada waktu itu. Secara nalar hanya sejenis kayu atau barang yang berat jenisnya lebih rendah dari air, yang akan mengapung di atas air. Orang akan tenggelam jika tidak bisa berenang. Yang bisa mengapung atau bahkan berjalan di atas air, pasti tidak mempunyai berat. Yang terbersit langsung adalah hantu yang berbadan halus. Kata hantu dan Tuhan dalam bahasa Indonesia sepertinya begitu tipis.

Kita diajar untuk “jangan takut” akan segala sesuatu, selama kita bersama Tuhan sendiri. Dia tidak pernah meninggalkan kita, Dia selalu menyertai bahkan sebenarnya masuk di dalam kita. Hambatan untuk mengenal Dia bahwa selalu bersama di dalam diri kita, karena Dia tidak kita beri tempat yang selayaknya. Malahan sering kali kitalah yang menghindar dari dekapan Tuhan sendiri. Apa yang perlu ditakuti apabila kita bersama Tuhan. Tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan Dia, kecuali kelemahan diri kita sendiri.

Mungkin kita bisa mengatakan bahwa jika Roh Kudusnya berada di dalam kita, menguasai kita, mujizat selalu terjadi dalam hidup kita. Roh Allah yang menguasai kita, berarti dalam kebebasan kita, kita malah pasrah bongkokan kepada-Nya. Kepasrahan nyatanya bukan sesuatu yang gampang karena ego kita. Orang yang pasrah hampir sama dengan kalah, menjadi bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar