Kamis, 11 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 4:46-54

Yesus menyembuhkan anak pegawai istana

4:46 Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. 4:47 Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. 4:48 Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." 4:49 Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." 4:50 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. 4:51 Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. 4:52 Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." 4:53 Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. 4:54 Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.

Kana di Galilea, menyiratkan bahwa kampung Kana bukan hanya satu tempat. Mungkin ada beberapa kampung Kana di wilayah Israel. Di Lebanon selatanpun dekat perbatasan dengan Israel ada kampung Kana. Kelihatannya Tuhan Yesus selama berkarya tidak pernah menetap di satu tempat. Dia berkeliling dari satu kampung ke kampung lain. Dari kota satu ke kota lainnya, karena memang itulah yang harus dilaksanakan..

Kita bisa menangkap bahwa apa yang dikatakan Tuhan Yesus, pada saat itu juga terjadi. Sabda-Nya menembus batas ruang dan waktu. Tidak ada sesuatupun yang bisa menghalangi kehendak Tuhan. Mujizat penyembuhan kepada anak seorang pegawai istana, membuat seluruh keluarga tersebut menjadi percaya kepada-Nya. Kemungkinan orang tersebut pegawai di istana Herodes yang di Galilea. Mungkin pada awalnya dia tidak begitu percaya kepada kuasa Tuhan Yesus. Namun dalam suatu upaya mencari kesembuhan, biasanya orang tidak akan bertanya tentang latar belakang siapakah sang penyembuh tersebut. Yang lebih penting adalah si sakit segera mengalami kesembuhan. Yang dia lakukan adalah mencari dan menemui Tuhan Yesus.

Sepertinya Tuhan Yesus menghendaki kerjasama kita dalam segala hal. Kita diminta untuk terlibat langsung apabila kita menginginkan sesuatu. Salah satunya adalah percaya bahwa Dia bisa berbuat apa saja. Gampang diucapkan namun dalam kenyataannya cukup sulit dilaksanakan. Mungkin hal ini yang menjadi ganjalan, penghambat untuk mencapai keinginan tersebut.

Selanjutnya adalah niat kita yang disertai upaya, usaha mencari, agar tercapai yang kita inginkan. Tanpa usaha, sepertinya Allah malah kita jadikan pembantu kita yang bisa disuruh-suruh. Suatu ketika kita jadikan dukun penyembuh, saat lainnya disuruh mencari rezeki. Di lain waktu disuruh mengerjakan soal ujian, dan lain sebagainya.

Kabar gethok tular dalam kehidupan sehari-hari kelihatannya lebih gampang merasuk ke dalam hati setiap orang. Akan sangat berbeda dengan model promosi diri, atau promosi dengan iklan. Promosi diri pasti menyampaikan kelebihan-kelebihan yang ditonjolkan, agar orang tertarik. Gethok tular adalah pengalaman orang yang pernah melihat, merasakan, mengalami sendiri dan diwartakan.

Jika kita renungkan, sebenarnya kitapun sulit untuk percaya akan sesuatu sebelum kita melihat sendiri. Kita sering ragu-ragu apabila mendengar seseorang menyampaikan kesaksian, mengalami penglihatan ataupun penyembuhan karena karunia Tuhan. Mengapa hal tersebut tidak terjadi pada diri kita? Padahal sepertinya segala sesuatu sudah dilakukan, seperti yang dialami oleh orang tersebut. Kita sering lupa bahwa karunia bukan tergantung kepada kita, namun kehendak Allah sendiri, suka-suka Tuhan. Mestinya kita ikut bersyukur bahwa Allah telah berkenan berkarya melalui orang lain, siapapun dia.

Mungkin kita belum bisa percaya seratus prosen, belum bisa pasrah sepenuh hati, atau ada hal-hal lain yang memang tidak kita ketahui. Kebimbangan, keraguan seringkali menjadi batu sandungan, seolah-olah kita telah membikin benteng pertahanan. Kita pribadi tidak ikut ambil bagian dalam karya keselamatan tersebut. Jangan-jangan malahan perasaan iri, merasa lebih pantas dan sejenisnya, yang menjadi batu sandungan. Penulis merasa yakin bahwa Tuhan selalu mendengar apa yang kita butuhkan, namun mungkin Tuhan mempunyai kehendak lain, di luar perkiraan kita. Kita tidak akan tahu rencana Tuhan, sebelum segalanya terjadi yang mungkin kita akan terpesona, heran ataupun bingung. Setelah kita merenungkan dengan hati, mungkin baru sadar bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu menjawab apapun yang kita omongkan selama hal tersebut baik. Hanya mungkin kita tidak bisa mendengar jawaban tersebut, walau telah mengusik hati kita..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar