Rabu, 10 Maret 2010

Memahami Yohanes Bab 2:13-25

Yesus menyucikan Bait Allah

2:13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 2:14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 2:15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 2:17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." 2:18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" 2:19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." 2:20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" 2:21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. 2:22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

2:23. Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. 2:24 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, 2:25 dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.


Dalam bab ini Yohanes menceritakan bagaimana Tuhan Yesus mengusir para pedagang binatang korban dan penukar uang di halaman Bait Allah. Rumah doa bukan tempat berjualan namun tempat untuk bertemu dengan Tuhan. Tetapi yang dijual kan untuk kebutuhan ritual tersebut, bukan yang lain. Mengapa mereka diusir? Hal ini kan sudah berjalan bertahun-tahun dan tidak pernah terjadi apa-apa? Hal ini kan sudah menjadi kebiasaan yang sudah dimaklumi banyak orang?

Dalam pemahaman penulis, kelihatannya Tuhan Yesus ingin memisahkan antara perbuatan yang duniawi dengan yang rohani. Bait Allah, rumah doa adalah tempat orang berkumpul untuk bertemu Allah yang tidak kelihatan, yang rohani. Seluruh hati, jiwa dan akal budi pada waktu itu dicurahkan hanya untuk Allah. Sedapat mungkin segala batu sandungan yang dapat mempengaruhi untuk konsentrasi kepada Tuhan ditinggalkan atau dilepaskan dahulu. Sepertinya Yohanes Penginjil teringat ungkapan dan mengutipnya dari Mazmur (Mzm 69:10).

Begitu kita bicara tentang berjualan, pastilah hubungannya dengan keuntungan materi. Walaupun ada tawar menawar, yang berjualan pasti tidak mau merugi ataupun impas. Jika si pembeli merasa kemahalan, rasa itu tidak mudah untuk dilepaskan dari pikiran, yang bisa menumbuhkan rasa mendongkol, tidak enak dan sebagainya. Apalagi dalam pembelian itu ada rasa keterpaksaan karena seperti keharusan. Keinginan dari rumah untuk konsentrasi kepada Tuhan sedikit banyak akan terganggu karena harga.

Dalam pemikiran penulis, jangan-jangan berjualan di Bait Allah pada waktu itu sudah mendapat restu dari pimpinan Bait Allah. Seperti kesepakatan, dimana kedua belah pihak akan mendapat keuntungan materi dari hasil penjualan atau penukaran uang. Yang lebih konyol lagi apabila ditekankan atau direkayasa bahwa hanya jualan mereka saja yang sudah memenuhi syarat untuk korban. Karena kebutuhan sesuai tradisi yang berlaku, maka apa yang dijual bisa dinaikkan harganya karena mau tidak mau tetap harus dibeli. Para pembeli yang membutuhkan pasti bisa memperkirakan harga yang pantas pada waktu itu, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Yang tumbuh di dalam hati adalah merasa diharuskan, ditipu, dipaksa, namun kalah karena sudah kewajiban dan tradisi. Perasaan terpaksa ini akan sangat sulit untuk dirubah dengan rasa memaklumi yang kemudian merasa tulus ikhlas. Mungkin bagi orang kaya hal tersebut tidak begitu dipersoalkan, idhep-idhep atau anggap saja membantu pendapatan penjual dan penukar uang.

Tiba-tiba Tuhan Yesus datang dan mengusir mereka. Pasti mereka kaget dan bertanya tentang kewenangan dan hak untuk bertindak demikian. Secara duniawi kita bisa memaklumi protes para penjual dan penukar uang. Namun dalam hal ini Tuhan Yesus tidak bicara duniawi yang kasat mata, tetapi lebih dari itu. Di tempat tersebut adalah Rumah Bapa yang akan bercengkerama dengan umat-Nya. Dari hati ke hati, yang begitu rohani dan bebas dari yang duniawi.

Mungkin kita bisa menterjemahkan kata-kata Tuhan Yesus :”Silahkan rombak dan bunuhlah Aku, maka tiga hari kemudian aku akan bangkit lagi. Akulah Sang Bait Allah” Dan Tuhan Yesus nyatanya tidak berkata langsung namun melalui ungkapan dan harus diterjemahkan dengan hati-hati. Pada saat itu Dia tidak mau menyombongkan diri bahwa Dialah Allah yang berkenan turun ke dunia, demi menebus manusia yang sudah berontak dan dikuasai oleh kejahatan. Pada kenyataannya, para rasulpun baru menyadari dan mengerti akan ungkapan Tuhan Yesus setelah semuanya terjadi.

Dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini, apa yang akan kita rasakan apabila di teras sekitar gereja dipergunakan untuk berjualan? Yang dijual pada umumnya berkisar buku rohani dan asesori lainnya, makanan dan minuman. Mungkin ungkapan ada gula ada semut, berlaku juga di sini. Siapa gulanya dan siapa semutnya, terserah kita untuk coba menterjemahkan masing-masing.

Kita bisa membayangkan apabila kita mempunyai anak-anak yang masih kecil, dan akan kita ajak untuk ke gereja. Sewaktu masih di rumah anak-anak sudah diberitahu bahwa akan menghadap Tuhan. Karena mau bertemu Tuhan, maka sikapnya harus diajari sedemikian rupa agar tidak memalukan orang tua. Anak-anak diajar secara pelan untuk berpuasa atau pantang jajan sebelum dan selama mengikuti perjamuan ekaristi. Kemungkinan yang terjadi bisa bermacam-macam sewaktu sudah sampai di gereja. Ada yang menurut dan bisa duduk manis, namun ada juga orang tua yang kalah oleh keinginan anak sewaktu melihat jajanan. Biasanya senjata yang paling ampuh adalah rengekan anak yang bisa mengganggu konsentrasi yang duduk di sekitarnya.

Penulis merasa yakin bahwa semua orang yang pro atau kontra dalam hal jualan di luar gereja, mempunyai seribu satu macam alasan. Entah alasan yang berhubungan dengan yang rohani ataupun yang lebih duniawi. Keputusan akhir berada di tangan pastor paroki yang mungkin tidak bisa menyenangkan semua orang. Hanya mungkin, yang perlu kita renungkan bersama, apakah tujuan pokok kita sewaktu akan pergi ke gereja. Mana yang harus diutamakan antara yang pokok dan embel-embel atau uba-rampe.

Ayat-ayat selanjutnya memberikan gambaran kepada kita bahwa Tuhan Yesus banyak membuat tanda-tanda, yang kemungkinan besar mujizat yang menakjubkan. Tanda-tanda tersebut membuat orang banyak mulai percaya kepada-Nya. Kepercayaan tersebut bisa bermacam-macam, tergantung setiap orang yang menyaksikan atau mengalaminya. Percaya bahwa Dia sakti, hebat atau istilah lainnya, percaya bahwa Dia utusan Allah ataupun percaya bahwa Dialah Mesias yang ditunggu-tunggu. Paling tidak, percaya bahwa Dia seorang penyembuh yang bisa diminta untuk menolong.

Percaya saja nyatanya belum cukup, karena roh jahatpun juga lebih percaya bahwa Dia adalah Allah yang berasal dari surga. Harapan-Nya adalah, berubahnya seseorang menuju yang lebih baik dan benar melalui perbuatan nyata yang bisa dirasakan oleh orang lain. Memang sepertinya yang paling sulit adalah untuk bangkit dan berubah, berbeda dengan waktu-waktu yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar