Selasa, 08 Desember 2009

Memahami Lukas Bab11

Bab 11- Hal Berdoa, Roh jahat, Tanda Yunus
Doa Bapa Kami
11:1. Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." 11:2 Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah:
Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. 11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya 11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
Semua orang Kristen apakah Ortodox, Katolik ataupun Protestan pasti mengenal doa Bapa Kami. Mungkin doa tersebut sudah merupakan santapan setiap hari sampai hafal di luar kepala. Saking hafalnya, jangan-jangan mulut ini mendaraskan doa namun hati akal budi keluyuran kemana-mana. Pikiran melamun atau mengembara ke sasaran lain, sedangkan mulut berkomat-kamit Bapa Kami. Dari sinilah penulis lebih senang menyebut doa sebagai ngobrol dengan yang kudus. Ngobrol mempunyai kesan lebih asyik, lebih dekat dan saling memperhatikan, lebih bebas bertutur kata dan akan lebih fokus dengan lawan bicara.

Dalam pemahaman penulis, doa Bapa kami ini berisi beberapa hal pokok. Pertama memuji dan memuliakan Allah yang mahakudus dan semoga kedamaian-Nya turun merajai setiap hati yang mendaraskan. Jika semua orang berdoa dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, maka damai sejatera-Nya pasti akan merajai bumi. Kedua memohon rezeki makanan sehari-hari yang secukupnya saja. Ketiga memohon ampun dan belajar mengampuni orang lain. Dan yang keempat agar dijauhkan dari segala pencobaan. Penulis tidak tahu isi doa yang diajarkan Yohanes kepada para muridnya.

Doa yang kelihatan begitu mudah tetapi sulit untuk dilaksanakan jika dengan sepenuh hati. Kita semua tahu bahwa Asma Allah begitu kudus, jangan sembarangan mengucapkan atau mengatas namakan nama Tuhan. Dialah yang termulia yang harus disembah dan dihormati. Kenyataan dalam hidup ini? Kita bisa merasakan di dalam diri kita masing-masing, kapan kita tidak memuliakan dan mengkuduskan nama-Nya sewaktu melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kasih-Nya. Menyebut asma Allah yang mahabesar sambil melakukan perbuatan yang keliru, melampiaskan kekerasan, melontarkan kebencian. Berlindung dibalik nama-Nya yang kudus. Sering kita mengakui bahwa Allah begitu mengasihi dan menyayangi umat-Nya. Apakah Dia setuju jika kita berlindung pada-Nya dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kasih sayang itu sendiri?

Selanjutnya dalam pemahaman penulis, kita diminta untuk selalu dan terus memohon agar Kerajaan-Nya masuk kedalam diri kita, merajai kita, menguasai kita. Mengharapkan Roh Kudus-Nya merasuk dan memimpin kita. Kita mengakui sebagai manusia lemah yang tidak bisa apa-apa; tanpa Roh Kudus-Nya kita begitu gersang dan tandus. Apabila Roh Kudus yang berkarya dalam diri kita, semestinya benih-benih yang ditaburkan adalah benih kasih yang ilahi dan disemai di ladang subur. Sayangnya seringkali akal budi kita menolak Kerajaan-Nya yang ditawarkan kepada kita, walaupun mulut ini berucap. Alangkah indahnya apabila di dunia ini hanya berisi kasih, damai dan sejahtera. Kerajaan-Nya betul-betul turun atas kita semua, yang menghapuskan segala macam kebencian, keserakahan dan perselisihan.

Meminta makanan setiap hari yang secukupnya dalam pemahaman penulis adalah ajaran untuk tidak serakah. Kita diajar untuk meminta setiap hari yang berarti ngobrol dengan Tuhan setiap hari. Makanan jasmani dan makanan rohani yang secukupnya saja untuk setiap hari. Biarlah proses kehidupan ini menggelinding begitu saja tanpa keserakahan. Jika semua orang melaksanakan seperti itu, maka mestinya tidak akan ada kelaparan karena tidak ada yang serakah. Semua orang bisa saling berbagi dengan penuh ikhlas dan tulus.

Jika direnungkan, penulis merasa yakin bahwa kebutuhan makanan jasmani di seluruh dunia ini cukup bagi kita semua. Penulis merasa yakin bahwa Tuhan telah menyediakan segala sesuatunya bagi kehidupan kita, seberapapun banyak manusia itu. Banyak jenis makanan yang bisa dinikmati untuk hidup ini, bukan hanya beras atau terigu. Karena kekawatiran dan keserakahan, mulailah memohon rezeki untuk seumur hidup, malahan untuk tujuh turunan. Kita lupa bahwa semua orang juga membutuhkan makanan sehari-hari, sama seperti kita. Jangan-jangan jika terjadi kelaparan kepada sekelompok orang, secara tidak langsung kita termasuk penyebabnya.

Mulailah muncul pemikiran bisnis karena menjadi barang kebutuhan pokok, maka jenis makanan pokokpun diklasifikasi. Dengan segala macam cara dan proses panjang, manusia mulai tergantung kepada bahan makanan pokok tertentu saja. Sampai muncul salah satu ungkapan “kalau belum kemasukan nasi, rasanya belum makan.”

Mestinya dilakukan dahulu apa yang tertulis dalam doa tersebut, baru setelah itu berdoa. Penulispun mengakui secara jujur bahwa hal tersebut tidak gampang. Penulis pernah membaca pengalaman Vassula yang menulis buku True Life in God (Hidup sejati dalam Allah). Vassula diminta untuk berdoa Bapa kami oleh Tuhan Yesus dan diuji sampai semalam suntuk. Doanya selalu dikatakan kurang ini dan kurang itu, tidak sesuainya mulut dan hati dan sebagainya. Baru keesokan harinya Tuhan Yesus merasa puas dan meminta yang seperti itulah yang diharapkan Tuhan.

Memberi ampun kepada orang yang bersalah kepada kita, dalam kenyataan hidup ini nyatanya tidak mudah. Rasa sakit hati yang tidak kelihatan masih bisa ditutupi dengan topeng wajah ceria, walaupun rona merah yang hanya sekejap muncul dapat dihilangkan. Seringkali muncul pertanyaan dalam hati. yang bersalah kepada kita itu yang bagaimana. Kedua belah pihak mengakui itu salah dan tidak peduli, atau salah menurut anggapan kita sendiri saja.

Kita bisa merenungkan di dalam diri kita masing-masing, masih adakah luka batin, rasa sakit hati yang kita simpan. Jika memang masih menempel di relung-relung hati ini, kita bertanya diri dengan jujur apakah sudah bisa mengampuni. Mungkin saja bekas-bekas luka itu masih menempel dan tinggal kenangan saja. Apabila masih belum juga bisa mengampuni, kita bisa bertanya diri lagi adakah faedah yang kita dapatkan dari luka batin tersebut. Mungkin saja merasa enak sewaktu menggaruk-garuk luka yang sebenarnya sudah mengering. Dalam rasa keenakan, bisa saja luka tersebut terbuka lagi. Mau tidak mau, sekecil apapun pasti ada suatu beban, ganjalan yang tidak akan hilang selama tidak kita buang.

Konyolnya, apabila kita merasa sakit hati kepada seseorang padahal orang tersebut sama sekali tidak menyadari bahwa pernah menyakiti orang lain. Orang tersebut biasa-biasa saja sewaktu bertemu kita karena merasa tidak bersalah. Mungkin kitalah yang salah tingkah harus berbuat bagaimana. Mungkin yang paling baik adalah segera konfirmasikan dengan dialog kepada yang bersangkutan, mengungkapkan perasaan yang mengganjal. Apapun tanggapannya, sebaiknya segera untuk diselesaikan, rekonsiliasi sehingga tidak ada sedikitpun beban yang mengganjal. Dan yang namanya memberi maaf seringkali kita gradasikan, tergantung banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Padahal pengampunan tidak mengenal syarat, seperti mengasihi yang tanpa syarat.

Selama roh jahat masih boleh berkarya di dunia ini maka kejahatan akan tetap berjalan seiring dengan kehidupan itu sendiri. Dia akan selalu berusaha untuk memasuki hati dan akal budi kita, mempengaruhi dengan segala macam iming-iming. Dia akan mencari segala sisi kelemahan kita agar mudah masuk. Dan itulah pencobaan dimana kita sering begitu rapuh karena kelemahan kita sendiri. Karena kelemahan kita, seringkali kita tidak sadar telah masuk ke dalam perangkap pencobaan, sekecil apapun itu. Pasti kita pernah mengalami rasa jengkel, marah, tidak puas walau tidak sampai terungkap keluar. Dan disitulah kita diajar untuk selalu memohon agar dijauhkan dari pencobaan.

11:5 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, 11:6 sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; 11:7 masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. 11:8 Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.
11:9 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 11:10 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 11:11 Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? 11:12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? 11:13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Janji Tuhan yang teguh dan setia ditawarkan kepada kita. Jika kita meminta yang baik dan benar pasti akan diberi, entah kapan pemberian itu diserahkan kepada kita. Jika kita mau mencari yang baik dan benar, pasti pada saatnya akan menemukan apa yang kita cari. Jika kita mau mengetuk dengan sabar, pasti pada saatnya nanti pintu akan dibukakan. Janji yang bukan main karena Allah Bapa sendiri yang akan memberikan Roh Kudus-Nya kepada kita. Hal ini berlaku sampai sekarang dan selamanya. Tuhan Yesus sendiri selalu menawarkan diri-Nya untuk kita melalui Roh Kudus-Nya. Tuhan maha memaklumi akan kelemahan kita. Tanpa Dia kita bukan apa-apa dan gampang terpeleset untuk jatuh ke dalam jurang menganga yang sudah menunggu di hadapan kita.

Persoalannya sekarang, siapkah kita membuat ruangan di dalam hati kita untuk Roh Kudus-Nya agar bersemayam dan memimpin kita dalam segala hal. Menguasai kita untuk hidup sejati dalam Allah Tritunggal agar memperoleh kehidupan kekal. Dia selalu ingin masuk ke dalam diri kita, apabila memang diberi tempat untk bersemayam.

Dalam kehidupan sehari-hari nyatanya tawaran Allah Bapa seringkali kita tolak. Paling tidak kita pinggirkan dan selanjutnya akal budi kita yang berkuasa kembali. Pada awalnya kita siapkan ruang khusus yang indah untuk Roh Kudus. Kita merasakan sukacita pada saat itu dan bisa berpasrah dengan tulus mengikuti perintah-Nya. Karena kelemahan kita dan iming-iming duniawi, seringkali kita silau dan takjub akan gemerlapnya keindahan yang ditawarkan dunia. Akhirnya Roh Kudus kita perintahkan untuk meninggalkan singgasana yang kita buat, karena kita ingin mendudukinya sendiri.

Tuhan, berilah kami Kerajaan-Mu dan kuasailah agar kami bisa mencapai kemurnian dan kesucian untuk mendapatkan hidup kekal seperti yang Engkau tawarkan. Amin.

Janji Tuhan Yesus inilah yang menjadi kekuatan dalam hidup kita. Allah Bapa akan memberikan Roh Kudus kepada siapapun yang meminta kepada-Nya. Persoalannya, kita tidak selalu yakin malahan ragu dan bimbang, apakah Roh Kudus sebenarnya selalu berkarya di dalam diri kita. Segala macam permohonan, curhat, ataupun pertanyaan yang kita sampaikan kepada Tuhan, akan selalu dijawab. Jawaban Roh Kudus yang masuk ke dalam diri kita, pasti isinya begitu baik dan bijaksana. Jawaban tersebut bercampur baur menjadi satu dengan jawaban-jawaban lain yang juga masuk ke dalam diri kita. Entah jawaban dari akal budi kita sendiri, entah jawaban dari orang lain ataupun yang lainnya lagi. Disinilah sulitnya memilah-milah segala jawaban yang berada di perbendaharaan hati kita. Seringkali kita dapat menangkap jawaban Roh Kudus yang begitu indah namun koq tidak sesuai dengan keinginan daging akal budi kita. Atau jawaban tersebut malah kebalikannya dari yang kita inginkan, akhirnya kita memilih jawaban yang berasal dari dunia ini.

Kita sadar dan tahu bahwa dalam doa Bapa kami, Tuhan Yesus mengajarkan permohonan rezeki secukupnya untuk hari ini saja. Besok pagi memohon kembali seperti itu, dan begitu seterusnya. Dari doa atau obrolan setiap hari ini, maka akan tumbuh keintiman, kedekatan dengan Allah Bapa. Keintiman yang begitu misteri karena sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dari hanya sekadar doa Bapa Kami, kemudian akan tumbuh berkembang komunikasi yang lebih akrab, tanpa ada batas. Mungkin saja kata-kata “aku dan Engkau” pada saat tertentu akan bergeser menjadi “kita.” Allah yang selalu beserta kita, sehingga sebenarnya kita tidak sendirian lagi. Kita malah akan lupa dengan permohonan, tetapi berbicara kehidupan sehari-hari.

Yang sering terjadi seiring dengan keinginan daging kita, kalau boleh memohon rezeki untuk jangka waktu yang panjang, jadi tidak usah setiap hari berdoa Bapa kami. Sering kali kita berhenti hanya meminta saja, lupa dengan mencari maupun mengetok. Padahal janji Tuhan Yesus di atas merupakan satu kalimat utuh, antara meminta, mencari dan mengetok.

Menurut pemahaman penulis, kita diajar untuk selalu berhubungan dengan Tuhan sendiri melalui doa atau ngobrol dengan-Nya. Dalam obrolan tersebut tidak lupa kita sampaikan permintaan yang diinginkan. Kita diajar juga bahwa dalam dunia ini kita harus selalu mencari atau berusaha dalam mencapai keinginan kita. Seringkali kita merasa bahwa sepertinya semua jalan tertutup bagi kita, tidak ada yang berpihak kepada kita, semuanya buntu. Maka kita diajar juga untuk selalu mengetok pintu Hati-Nya, dan disanalah kita akan dibukakan. Kita bisa terheran-heran, mengapa sebelumnya pintu-pintu itu tidak terlihat. Mungkin Tuhan Yesus berkata :”Berusahalah dahulu, nanti Aku yang menyelesaikan sisanya.”

Apabila kita merenung ke belakang, seringkali baru kita sadari bahwa Tuhan-lah yang memberi dan membukakan jalan hidup kita. Pada saat-saat yang seperti inilah kita baru ingat dan sadar bahwa selama itu lupa mengucap syukur kepada Tuhan. Apa saja yang kita peroleh dengan benar dan baik, sebetulnya berasal dari perkenan Allah. Setiap pekerja sudah sewajarnya mendapatkan upah, dan itu harus kita syukuri

Bagi penulis sendiri, janji Tuhan Yesus ini merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Meminta mencari dan mengetok nyatanya selalu dikabulkan oleh Tuhan Yesus yang seringkali tidak terduga. Pemberian-Nya macam-macam, ada yang sesuai dengan permohonan namun ada juga yang berbeda. Ada yang hanya beberapa waktu saja, ada juga yang bertahun-tahun baru dikabulkan. Betapa baik dan mahakasih-Nya Dia kepada semua orang yang mau datang kepada-Nya. Pernah juga dengan segala kesombongan diri tidak mau memohon karena malu. Masak hal yang begitu duniawi koq merepotkan Tuhan. Karena sudah sepuluh tahun tidak juga bisa, maka dengan sepenuh malu penulis ungkapkan segala kesombongan diri ini. Dan doa dikabulkan! Puji Tuhan!

Yesus dan Beelzebul
11:14. Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. 11:15 Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." 11:16 Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. 11:17 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 11:18 Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. 11:19 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 11:20 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 11:21 Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. 11:22 Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."
Penulis seringkali bertanya dalam diri sendiri, saat kapan sebenarnya Iblis mulai berkarya di dalam diri ini. Sepertinya Tuhan Yesus berkata bahwa Iblis tak henti-hentinya berusaha mempengaruhi kita. Sering dia muncul melalui telunjuk kita, suara dari mulut kita ataupun bahasa tubuh kita. Sewaktu kita marah besar, cobalah untuk bercermin. Maka kita akan bisa melihat secara sekilas wajah iblis menghiasi roman muka kita di cermin.

Tuhan Yesus secara tidak langsung sudah menunjukkan siapa sebenarnya Dia. Kuasa Allah ada dikarya-Nya setiap hari karena memang Dia sendiri Allah yang turun ke dunia. Kerajaan Allah sudah datang kepada kita. Kita diajak dan diajar agar selalu bersama Dia, diajar mengumpulkan anak-anak domba bersama Dia.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali Iblis berkarya tanpa kita sadari. Yang semestinya berkumpul bersama malah tercerai berai akibat telunjuk, mulut dan sikap kita. Seringkali kita berlindung dibalik umur, pengalaman maupun selera kita. Kita mengkritik, menyindir ataupun bahasa lain yang tidak kita sadari menyebabkan perpecahan. Seringkali dengan ego kita, kita ingin merubah orang lain sesuai kehendak kita. Jangan-jangan orang tersebut juga ingin merubah kita. Buntut-buntutnya terjadi perbedaan pendapat, yang buahnya bisa jadi berbentuk perpisahan, perceraian atau perpecahan. Dengan alasan apapun, perpecahan ini jelas tidak dikehendaki oleh Tuhan Yesus.

Jika Tuhan Yesus saja selalu dicobai oleh rekayasa jahat, apalagi kita manusia ini yang begitu lemah. Banyak pengalaman mengajarkan kepada kita, kerajaan atau rumah tangga yang terpecah-pecah pasti akan runtuh. Terpecah-pecah dalam artian perbedaan tujuan, pamrih, ego pribadi atau kelompok tanpa adanya keinginan dialog untuk rekonsiliasi dari kedua belah pihak. Biasanya telunjuk jari kanan ini ditumpangi oleh roh jahat, ketika menyalahkan pihak lain. Sewaktu menyalahkan atau bicara kekurangan pihak lain, secara tidak sadar mengakui diri lebih benar dan lebih baik. Merasa lebih baik dan benar ini maka langsung atau tidak, menuntut pihak lain yang harus berubah. Padahal umumnya semua merasa benar dan saling menyalahkan, terus muncullah perselisihan yang menimbulkan perpecahan. Dan roh jahatpun akan tersenyum sampai tertawa karena berhasil dalam karyanya memecah belah.

Mungkin kita harus berani mengadakan perubahan total dari kebiasaan ini, apabila ingin mengikuti ajaran Tuhan Yesus. Berani melakukan penyangkalan diri, mengakui kesalahan, kekurangan, kelemahan, mengalahkan ego pribadi sebelum diberondong dari luar. Pihak lain tidak akan menyalahkan, mengkritik lagi karena sudah ada pengakuan segala kekurangan. Jika kedua belah pihak berani melakukan pengakuan ini, barulah dialog dapat dilakukan dengan lebih tenang untuk menuju perdamaian dan persatuan yang menjadi harapan semua. Masalahnya akan berbeda kalau dari sejak awal memang berkeinginan untuk pecah, bercerai. Seribu satu macam alasan, rekayasa atau apapun akan tetap dipertahankan untuk tujuan pecah. Pertanyaannya hanya satu, mengapa ingin pecah, berpisah atau bercerai?

Iri dengki, tersinggung, tidak mau kalah, serakah biasanya dapat menimbulkan rekayasa jahat. Dalam kebiasaan berpikir dan berucap negatif kepada seseorang yang berhasil, dalam bidang apapun, jarang kita bisa belajar bagaimana orang tersebut bisa sukses. Yang seringkali muncul dalam obrolan mengomentari orang berhasil, ujung-ujungnya adalah kelemahannya. Bahkan tidak jarang dikait-kaitkan dengan kuasa setan, roh jahat, kafir dan sebagainya. Dari obrolan dan komentar negatif tersebut, kita tidak mendapatkan apa-apa. Mungkin inilah yang disebut sebagai berkata yang sia-sia.

Kata-kata Tuhan Yesus:“Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” pada saat itu kelihatannya begitu sulit diterima oleh mereka. Siapa sich sebenarnya Dia ini, koq beraninya mengaku dengan kuasa Allah. Memang diakui bahwa kenyataannya Dia dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, sulit diterima akal, melebihi nabi-nabi yang pernah ada dengan segala dongeng kehebatannya. Bahasa akal budi lebih merasuki akal sehat dibandingkan dengan bahasa rohani yang mengakui bahwa Tuhan itu maha kuasa. Segalanya mungkin bagi Tuhan, yang bagi manusia sering menganggap tidak masuk akal. Ya memang harus tidak mempergunakan nalar kita yang begitu kecil di hadapan Tuhan. Sebutan-Nya saja Yang Maha Kuasa.

Permasalahan yang muncul adalah, seringkali kita merasa bahwa kita sudah begitu hebat, pandai bahkan jenius. Segalanya di dunia ini harus bisa dijelaskan dengan nalar kita. Apabila belum diketahui, ya kita anggap saja masih dalam percobaan dan penelitian. Hal itu syah-syah saja. Kita pasti tidak akan bisa menjelaskan dengan nalar mengapa Saulus tiba-tiba berganti nama menjadi Paulus. Hukum sebab akibat kelihatannya tidak berlaku.

“Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." Dalam benak penulis, perkataan Tuhan Yesus ini harus menjadi perhatian khusus bagi kita. Dalam kehidupan sekarang ini seringkali kita mengajak berkumpul untuk memuliakan Allah. Entah namanya doa bersama, retreat, sembahyangan, ngobrol rohani atau apapun. Maksud tersebut jelas tujuannya baik, namun begitu apabila disertai kata-kata “harus” maka hasilnya bisa berubah bertolak belakang. Harus tersebut bisa diungkapkan dengan kata-kata tegas ataupun yang halus namun tersirat memaksa. Kata yang keluar dari mulut ini seringkali jadi batu sandungan yang dapat mencerai-beraikan. Ajakan yang awal mulanya tidak memaksa, yang begitu bebas bagi siapapun untuk bergabung, karena sesuatu hal tadi mulai menyusut pelan-pelan.

Para ahli, para pimpinan gereja mungkin perlu merenungkan kembali dengan hati yang bersih, mengapa pengikut Kristus ini sampai pecah tercerai berai seperti sekarang ini. Mengapa Gereja Awal sampai pecah dua menjadi Ortodox dan Katolik, yang sering disebut sebagai Gereja Barat dan Gereja Timur. Kemudian mengapa gereja Katolik pecah dan muncul kelompok Kristen Protestan. Selanjutnya mengapa Gereja Protestan sampai beratus bahkan beribu-ribu macam denominasi.

Penulis merasa yakin seyakin-yakinnya bahwa pasti ada alasan-alasan yang dapat dikemukakan dari setiap kelompok tersebut. Setiap argumentasi yang dibuat, sadar atau tidak umumnya menuju ke arah pembenaran diri, yang disesuaikan, diselaraskan dengan Alkitab. Terus muncul masalah-masalah dari yang sepele sampai yang prinsip diperdebatkan. Jangan-jangan Tuhan Yesus sedih dan menangis melihat para pengikut-Nya pecah tercerai-berai. Tuhan Yesus pasti tidak akan menyalahkan awam yang tidak tahu asal muasal perpecahan ini, tetapi akan ditagih kepada para pimpinan yang menyebabkan perselisihan.

Kita bisa membayangkan apabila Tuhan Yesus sebagai kepala gereja-Nya, maka anggota tubuh-Nya “ tiwikrama” menjadi tiga. Mungkin saja dari setiap tubuh itu ada yang cacat, disambung dengan yang palsu. Satu tangan asli ada di tubuh si A, satu kaki asli di tubuh si B, satu pinggul asli di tubuh si C.

Alangkah indahnya apabila gereja yang satu dari awalnya, bisa bersatu kembali seperti semula. Mungkin dibutuhkan kerendahan hati yang bening dari setiap kelompok, berani mengakui setiap kelemahan masing-masing dan mengakui kebenaran dari yang lain. Mungkin inilah rekonsiliasi global yang ditunggu Tuhan Yesus dengan hara-harap cemas. Masalah ritual atau ibadat yang sudah menjadi kebiasaan selama ini, mungkin menjadi topik yang ke sekian.

Yang mengagetkan penulis, nyatanya perayaan Paskah waktunya berbeda antara Gereja Ortodox dengan Gereja Katolik dan Protestan. Tuhan Yesus disalibkan dua kali dalam setahun! Tubuh-Nya dipecah-pecah sampai tidak terhitung! Maafkan penulis ini.
Tuhan, ampunilah kalau ungkapan ini membuat Engkau tidak berkenan. Amin.

Ada kata-kata Tuhan Yesus yang perlu direnungkan, bahwa berkarya dengan kuasa roh jahat, maka dialah yang akan menjadi hakim kita. Bisa kita bayangkan bahwa roh Jahat akan meminta kita untuk meneken kontrak perjanjian. Dia akan memberikan hak yang kita minta, namun akan menagih kewajiban yang harus kita penuhi. Pada waktunya roh jahat tersebut pasti akan menghakimi kita, sesuai dengan seleranya. Penghakiman Allah jelas lebih bijaksana dan adil, karena Dia Sang Maha Adil yang selalu teguh dan setia dengan janji-Nya..
Kembalinya Roh Jahat
11:24 "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. 11:25 Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapih teratur. 11:26 Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula."
Sadar atau tidak, mungkin kita semua pernah dimasuki oleh roh jahat. Hal ini dapat dibuktikan sewaktu kita berbuat jahat, sekecil apapun kejahatan itu. Biasanya akal budi kita sudah mempersiapkan segala macam alasan untuk pembenaran diri. Itu ini bukan suatu hal yang jahat, namun .......... . Manusiawi kita langsung ditonjolkan terlebih dahulu bahwa masih banyak kelemahan daging dan itu kita pertahankan sebagai senjata.

Mari kita bayangkan rumah kita yang bersih tersapu dan rapih teratur, apalagi kalau ada beberapa tamu yang akan datang. Betulkah semuanya bersih teratur? Dimanakah kita sembunyikan yang selama ini terlihat berantakan? Jangan-jangan malah kita letakkan ke dalam kamar pribadi kita, dimana orang lain tidak akan melihatnya. Kalau mempunyai gudang tersendiri, tempat jauh kurang praktis. Nanti kan mau dikeluarkan lagi.

Biarpun kita diajar untuk menjadi kecil seperti anak yang perbendaharaannya masih sedikit, rasanya enggan jika diminta membersihkan diri dari segala macam arsip pribadi. Perbendaharaan yang kita punya entah baik entah buruk entah bersih ataupun kotor, tetap tersimpan dalam hati. Jika yang baik dan bersih yang tersimpan masih mendingan, namun seringkali kita masih menyimpan dan memelihara kotoran kita. Kotoran tersebut antara lain iri dengki, dendam, marah, sombong, serakah, ego ingin diakui dan lainnya lagi. Bukan kita buang dan lenyapkan namun kita singkirkan ditempat tersembunyi bagaikan arsip yang begitu penting dan berharga. Sekali waktu dapat dibuka kembali untuk nostalgia. Jangan-jangan malah menjadi musium langka yang bernilai.

Mungkin disinilah berbahayanya segala simpanan kotoran apabila kita menghadapi situasi yang begitu ekstrim berkenaan dengan iman kita. Tujuh roh jahat dapat kita samakan bahwa angka tersebut begitu banyak, yang berarti begitu hebatnya. Mereka akan membongkar seluruh simpanan kita dan mengorek seluruh kotoran yang tersimpan. Kotoran tersebut yang akan dipupuk dan dikembangkan sehingga menjadi besar.

Kita bisa membayangkan apabila kita menyapu segala kotoran dan sampah lalu kita kumpulkan. Halaman terlihat bersih dan rapi enak dipandang. Bersyukurlah kalau tumpukan sampah tersebut segera kita buang atau kita lenyapkan. Apa yang akan terjadi jika menunggu nanti saja dibuangnya? Jangan-jangan akan datang sekelompok ayam, anjing atau kucing dan memporak porandakan tumpukan sampah tersebut, menjadi berserakan kemana-mana.

Beruntunglah orang yang telah bisa membuang bahkan melenyapkan kotoran dari dalam perbendaharaan hatinya. Roh jahat yang datang tidak akan menemukannya walaupun sudah diobrak-abrik dan dibongkar.

Roh jahat sepertinya bagaikan tentara dari tingkat prajuirt sampai jendral. Semakin jahat dia maka pangkatnya akan naik. Mereka menginginkan semua hati manusia ini menjadi padang tandus dan gersang. Mereka akan marah dan paling tidak suka melihat hati yang suci bagaikan ruangan bersih tersapu dan rapih teratur. Maka tidak usah heran apabila yang namanya pencobaan akan datang silih berganti. Kadang-kadang pencobaan tersebut datang melalui keadaan yang kelihatannya sepele dan begitu sederhana.

Mungkin kita bisa merasakan bahwa rasa tidak suka, mengeluh, mendongkol, tersinggung sampai marah merupakan benih-benih yang disebarkan roh jahat. Keinginan memiliki lebih yang sering dikaitkan dengan tingkat kebutuhan adalah bibit-bibit keserakahan yang disemaikan roh jahat. Dalam hal ini mungkin agak berbeda dengan dongkol dan marahnya Tuhan Yesus yang tersirat dalam tulisan Injil, sewaktu mengusir pedagang di Bait Allah.

Siapakah yang Berbahagia?
11:27. Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." 11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Setiap orang tua khususnya ibu, pada umumnya menginginkan anak-anaknya menjadi orang. Menjadi orang dalam artian berhasil dalam hidupnya, dilihat dari sisi materi, kedudukan, pandangan masyarakat umum. Betapa seorang ibu menyediakan wadah selama sembilan bulan lebih dengan segala penderitaannya. Betapa bahagianya begitu sang anak lahir, dan masih menyediakan dirinya untuk menyusui selama beberapa bulan. Di dunia ini adalah wajar jika mengharapkan anaknya menjadi orang. Jika anaknya sukses maka akan muncul pertanyaan, siapakah orang tuanya, siapakah ibunya, bagaimana dahulu mendidiknya dan sebagainya. Siapakah yang tidak bangga dan bahagia apabila memiliki anak yang berhasil, dalam pandangan masyarakat umum?

Tidak kita pungkiri bahwa seringkali orang tua memaksakan kehendak kepada anaknya, harus begini dan begitu. Niatnya kan baik, dengan harapan kelak berhasil dan tidak menyesal. Sebagai anak walupun tidak sependapat, biasanya ya mematuhi keinginan orang tua. Setelah dewasa dan bisa berpikir sendiri atau malahan sudah mandiri, barulah berani untuk berbeda pandangan.

Namun jawaban Tuhan Yesus memang seringkali mengagetkan orang dan memaksa untuk merenung diri. Dia tidak melihat keberhasilan yang hanya duniawi ini, tetapi lebih jauh lagi. Keberhasilan duniawi yang hanya akan dinikmati selama delapanpuluh-seratus tahun saja, kemudian dipanggil menghadap-Nya alias almarhum. Paling-paling hanya tercatat dalam sejarah atau silsilah. Tuhan Yesus lebih menekankan kepada kebahagiaan yang kekal, kebahagiaan yang rohani. Kebahagiaan tersebut bisa dicapai hanya apabila manusia mau mendengarkan firman Allah dan memeliharanya melalui perbuatan nyata di dunia ini. Dan itu semua janji Tuhan Yesus yang teguh, adil dan setia dengan janji-Nya.

Hampir setiap kali kita mengikuti misa kudus, kita akan mendengar seruan yang mirip dengan ucapan Tuhan Yesus ini setelah pembacaan Injil. Kemudian kita akan memberi tanggapan dengan sepenuh hati dan sepenuh sukacita. Sabda-Nya menjadi jalan, kebenaran dan hidup kita.

Tanda Yunus
11:29. Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. 11:31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! 11:32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"
Tuhan Yesus Sang Anak Manusia sudah mengungkapkan diri-Nya bahwa Dia lebih dari Salomo maupun Yunus. Kita mungkin sudah tahu siapakah raja Salomo yang begitu besar, yang sudah membangun Bait Allah yang begitu hebat. Kita juga mungkin sudah tahu siapakah nabi Yunus yang pernah tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari. Tanda yang kita ketahui sekarang ini bahwa Tuhan Yesus akan masuk ke dalam rahim bumi selama tiga hari. Setelah tiga hari maka Dia akan bangkit untuk menyatakan bahwa maut telah dikalahkannya.

Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana jahatnya angkatan zaman Tuhan Yesus. Mungkin saja zaman sekarang ini sama saja bahkan bisa lebih jahat dari zaman itu. Kita hanya bisa membandingkan dengan perkiraan bahwa ada zamannya Yunus, zamannya Salomo, zamannya Tuhan Yesus dan zaman sekarang. Zaman Yunus dan Salomo belum mengenal siapakah Tuhan Yesus. Mereka dapat dimaklumi karena belum mengalami bertemu dengan Tuhan sendiri secara kasat mata. Maka ada nabi-nabi yang mendapat wahyu yang mendahului sebelum kedatangan-Nya. Zaman sekarang mendapat tinggalan cerita, kesaksian iman yang ditulis yang semestinya lebih banyak tahu walaupun tidak mengalami sendiri.

Kita membaca pengalaman nabi Yunus selama tiga hari dalam perut ikan besar dan dimuntahkan kembali dalam keadaan baik-baik saja. Kejadian tersebut menjadi tanda dari Allah yang membuat orang Niniwe bertobat, berubah dari kelakuan jahatnya selama itu. Kita juga membaca atau mendengar Tuhan Yesus bangkit dari kematian setelah tiga hari menyatu dengan bumi. Kita juga mengerti bagaimana banyak orang bertobat dan menjadi pengikut Kristus setelah kenaikan-Nya ke sorga. Sang Anak Manusia ini menegaskan bahwa Dia lebih dari Salomo maupun Yunus. Jangan-jangan angkatan zaman Tuhan Yesus itu bingung dengan apa yang dimaksudkan tanda Yunus. Mereka jelas tahu cerita nabi Yunus dan pewartaan yang dilakukannya kepada bangsa Niniwe.

Mungkin pada zaman sekarang ini kita akan mengernyitkan dahi atau bahkan mencibir, jika mendengar seseorang mengatakan :”Bertobatlah segera! Murka Tuhan sudah diambang batas dan akan memuntahkan Lahar-Nya, mengalir seperti sungai menghampiri kita.” Ungkapan itu dari dulu sudah pernah ada. Bencana alam yang terjadi itu kan fenomena alam yang memang harus terjadi. Itu bukan bagian murka Allah.

Memang, akan sangat sulit untuk membedakan apakah itu fenomena alam ataukah tanda dari Tuhan untuk mengingatkan kita. Yang jelas, kita sadar dan tahu bahwa kebenaran, kebaikan dan keindahan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia ini telah diperkosa oleh manusia sendiri. Mungkin tanda-tanda dari Tuhan memang yang fenomena alami, bukan yang aneh-aneh tidak masuk akal. Biar manusia bisa merenung dan menyadari betapa tidak berdayanya dan tidak berartinya kemampuan yang selama ini dibanggakan. Sampai sekarang manusia belum bisa menduga secara pasti, kapan dan dimana akan akan terjadi gempa bumi.

Dalam pemahaman penulis, sepertinya bangsa Yahudi angkatan pada waku itu begitu jahat. Sepertinya tidak ada panutan atau nabi yang dapat diterima oleh masyarakat banyak. Yohanes Pembaptispun tidak mereka anggap sebagai nabi yang mendapat karunia dari Tuhan sendiri. Apalagi Tuhan Yesus yang selalu mencela perbuatan mereka yang malah menimbulkan iri dengki dan kebencian. Segala peringatan yang disampaikan tidak pernah digubris malah disepelekan. Mestinya seperti orang Niniwe dan ratu dari Selatan yang berubah dan bertobat, setelah mendengar kata-kata Yunus maupun Salomo. Yohanes Pembaptis masuk penjara karena mencela raja Herodes dan akhirnya dipenggal kepalanya.

Jangan-jangan kitapun sama dengan mereka, tahu yang diinginkan Allah agar kita berubah namun nyatanya tetap melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan. Hanya kita sendiri yang tahu, apakah kita mendengar dan melaksanakan firman Allah ataukah sebaliknya.

Jangan-jangan penghakiman untuk bangsa zaman sekarang ini akan lebih mengerikan. Semua orang yang telah bertobat beramai-ramai akan menghakimi dan menghukum kita. Apa lagi yang kurang? Dari zaman Abraham sampai zaman Kristus Yesus sudah pernah kita dengar. Perang Dunia pertama dan kedua sudah kita lewati; apakah tetap bertahan menantikan perang yang ketiga?
Tuhan Yesus, ubahlah hati kami semua orang, untuk kembli ke jalan-Mu. Amin.

Pelita Tubuh
11:33 "Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya. 11:34 Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. 11:35 Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. 11:36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya."
Kita semua tahu kegunaan cahaya dan kita semua membutuhkannya. Cahaya matahari yang menyinari dunia ini tidak pernah membeda-bedakan, siapa yang akan diberi sinarnya. Cahayanya memancar begitu saja kemana-mana, siapa yang membutuhkan silahkan memanfaatkan. Yang tidak menginginkan silahkan bersembunyi atau menghindar dari cahayanya. Dengan adanya cahaya, kita bisa melihat sesuatu yang tadinya tidak kelihatan. Dan kita juga bisa membayangkan bagaimana rasanya mengalami situasi atau suasana gelap gulita tanpa cahaya sedikitpun.

Kita semua tahu kegunaan pelita dan kapan dimanfaatkan. Pasti dinyalakan pada saat gelap atau malam hari, agar cahayanya menerangi seluruh ruangan. Zaman sekarang mungkin bukan memakai perumpamaan pelita tetapi lampu listrik. Kaki lampu listrik dipasang di taman, sedangkan dalam rumah tertancap atau tergantung di langit-langit. Dikatakan bahwa mata yang menjadi pelita tubuh. Dari matalah memancar sinar yang dikeluarkan dari lubuk hati. Kita bisa membayangkan apa arti ungkapan gelap mata. Dari sinar mata yang terpancar, kita bisa merasakan kira-kira bagaimana orang tersebut. Dari matalah kita bisa melihat segala sesuatu dan dari sanalah pikiran akal budi kita akan mengasosiasikan atau menterjemahkan apa yang dilihat.

Mari kita bayangkan pelita zaman dahulu yang diletakkan di atas kaki dian. Tanpa kaki dian maka pelita tersebut tidak akan berada di atas, yang tidak dapat menerangi seluruh ruangan. Dengan adanya kaki dian, maka efektifitas cahaya yang dipancarkan akan lebih terasa. Apabila kita yang menjadi simbol pelita, terus simbol siapakah yang akan menjadi kaki diannya? Bagi bayangan penulis sendiri, paling tidak ada tiga penopang agar kaki dian bisa berdiri tegak dan tidak mudah terguling. Kita bisa berandai-andai bahwa kaki dian adalah simbol dari Allah Tritunggal. Kita juga bisa mengandaikan bahwa kaki dian simbol dari Tuhan Yesus, Bunda Maria dan para kudus yang menopang kita.

Kita mungkin bersepakat bahwa melalui mata, segala sesuatu yang dilihat dapat merangsang kita untuk berasosiasi. Maksud penulis adalah bahwa apa yang kita lihat dapat menimbulkan berbagai-bagai macam pikiran dan tafsiran, bisa positif ataupun negatif. Dari mata turun ke hati, menjalar ke pikiran akal budi. Mata yang letaknya relatif di atas, dikatakan Tuhan Yesus sebagai pelita tubuh. Gerak dan sinar mata yang terpancar dari dalam diri kita bisa mencerminkan pribadi kita.

Kita bisa membedakan sinar mata yang berbinar-binar penuh sukacita, dengan yang bernyala penuh kemarahan atau kejengkelan. Kita juga bisa membedakan pandangan yang menyejukkan dengan pandangan yang menyebalkan. Demikian juga sinar mata yang kosong seperti melamunkan sesuatu ataupun pancaran kesedihan. Kita juga mengerti maksud dari ungkapan gelap mata yang berkonotasi negatif. Dalam pikiran yang jahat segalanya bisa diterjemahkan menjadi jahat, dan pancaran sinar matapun akan berindikasi tidak baik. Begitu juga sebaliknya, dari akal budi yang bersih, segala sesuatu yang dilihat akan diterima apa adanya dan diterjemahkan secara positif.

Sepertinya kita diajar oleh Tuhan Yesus untuk melihat segala sesuatu dari sisi yang terang, yang positif terlebih dahulu. Diajar untuk memaklumi orang lain, meraba-rasakan keadaan, kondisi dan situasi seseorang yang diungkapkan melalui perbuatan. Positif atau terang secara rohani mungkin agak berbeda dengan etika atau adat kebiasaan yang berlaku. Kita bisa membayangkan anak-anak balita yang mandi bersama dalam keadaan telanjang. Mereka dengan penuh kegembiraan tanpa ada rasa malu atau jengah karena masih bersih dari masukan lain-lain. Begitu semakin dewasa, perbendaharaan hati dan pikiran sudah ditambah dari mana-mana dan mulailah muncul yang namanya macam-macam. Kepatutan, kepantasan, peradaban, yang dikemas dalam etika atau adat kebiasaan. Kemudian kita membuat klasifikasi bagaimana cara melihat, memandang, mendengar maupun berbicara sampai bahasa tubuh yang baik. Hal inipun masih diperluas sesuai tingkatan umur, pangkat, jabatan dan lainnya lagi.

Apabila kita sebagai orang tua, seringkali begitu mudah mengatakan seseorang anak muda tidak sopan dalam berbicara. Kurang begini kurang begitu dan masih perli diajar. Kita mestinya berpikir positf, jangan-jangan anggapan tidak sopan tersebut karena kebisaannya ya memang sebegitu. Mungkin kita lupa untuk memandang sinar mata yang dipancarkan anak tersebut. Anak orang Jawa lahir di Batak secara umum pasti bahasa Jawanya tidak sebagus yang lahir di Jawa Tengah. Demikian juga sebaliknya anak orang Batak yang lahir dan besar di Jawa, bahasa Bataknya pasti tidak komplit. Yang kita pikirkan hanya bahwa anak muda harus sudah tahu sendiri yang namanya sopan santun, adat istiadat ataupun kebiasaan. Mereka harus tahu sendiri yang namanya “sasmita” atau bahasa isyarat tubuh, anggaplah dari suatu pancaran lirikan mata yang mempunyai arti tertentu. Apalagi pada zaman sekarang ini dimana masyarakat sudah bercampur baur menjadi multi kultur. Kita sering lupa bahwa dahulu juga pernah mengalami menjadi anak muda.

Apabila kita sebagai anak muda, seringkali juga kaget melihat cara ngomong orang tua dalam suatu pertemuan. Para orang tua sepertinya menganggap yang muda seperti anak-anak terus, lupa bahwa sudah berkembang menuju dewasa. Jangan-jangan malah pengalamannya lebih dewasa daripada yang tua-tua.

Kita sering lupa bahwa setiap kata atau ungkapan bisa dikatakan halus untuk suatu daerah, namun dikatakan kasar untuk daerah lainnya. Kita sering lupa bahwa setiap angkatan atau generasi mempunyai adat budayanya yang khas masing-masing, yang seringkali membuat heran angkatan diatasnya.

Menjadi pelita berarti memancarkan terang cahayanya kepada siapapun atau apapun agar semakin terlihat jelas. Terang dibutuhkan untuk mengalahkan kegelapan. Mestinya Roh Terang sangat kita dambakan dan kita butuhkan, agar kegelapan di dalam diri kita masing-masing menjadi menipis dan kalau bisa sirna sama sekali. Allah sendiri adalah Sang Terang, yang dari pada-Nya tidak ada kegelapan.
Kecaman kepada orang Farisi dan Ahli Taurat
11:37. Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. 11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. 11:39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? 11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu. 11:42 Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Adat kebiasaan orang Yahudi salah satunya adalah mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan yang tidak keliru agar segala makanan yang masuk ke tubuh ini tidak tercemar karena tangan yang bersih. Mungkin hampir sama maknanya dengan kebiasaan masuk ke gereja mengambil air suci dan membuat tanda salib. Hampir sama dengan imam yang akan mempersembahkan ekaristi mencuci tangannya.

Secara jujur penulispun sering merasakan seperti orang Farisi, munafik tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan. Mewartakan lima senjata keselamatan yang disampaikan Bunda Maria di Medjugorje, berdoa, membaca Kitab Suci, berpuasa, bertobat dan Ekaristi, nyatanya malah belang bentong sendiri. Mengajak membantu orang lain yang menderita kekurangan, ech malah diri sendiri tidak pernah berderma.

Sepertinya Tuhan Yesus lebih menegaskan dan mengajar kita untuk lebih transparan dalam segala hal. Satunya hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Jika perlu meninggalkan adat istiadat yang penuh basa basi yang selalu berlindung dibalik etika atau sopan santun semu. Secara frontal Tuhan Yesus langsung makan tanpa mencuci tangan. Tuhan Yesus pasti tahu bahwa mencuci tangan agar bersih, suatu ajaran yang baik. Namun secara rohani, apapun yang kita makan haruslah bersih dari segala macam. Bukan hanya bersih dari sisi berbagai macam penyakit tubuh, bahkan yang lebih penting bersih dari segala macam perbuatan yang tidak diperkenankan Tuhan. Bisa jadi tangan mulut dan yang dimakan sudah suci bersih dari hama penyakit, namun bagaimana kalau makanan itu sendiri diperoleh dari merugikan orang lain, rampasan, korupsi dan sejenisnya?

Dalam pemahaman penulis, yang dikecam oleh Tuhan Yesus adalah bahwa mereka melakukan itu semua hanya demi kebiasaan, bukan makna yang lebih dalam dibalik cuci tangan. Segala makanan atau rezeki yang diperoleh harus didapatkan dengan cara yang bersih tanpa merugikan orang lain atau siapapun. Jadi yang masuk kedalam tubuh ini juga bersih, sebersih sewaktu memperolehnya sehingga tidak menjadi batu sandungan di tenggorokan. Dengan kata lain harus bersih rohani dan juga bersih jasmani, yang satu harus dilakukan yang lain jangan diabaikan. Terjadilah keseimbangan antara rohani dan jasmani seperti yang dikehendaki Allah sendiri. Yang rohani harus diutamakan lebih dahulu, namun yang jasmani jangan sampai diabaikan.

Sepertinya kita diajar untuk semakin sempurna luar dalam; bersih secara duniawi juga bersih secara rohani. Dalam pandangan Tuhan, rohani lebih penting dibandingkan yang duniawi, walaupun jasmani jangan diabaikan. Kita diajar untuk berpihak dan melakukan kehendak-Nya, juga melakukan perbuatan baik yang dibikin manusia. Bikinan manusia itulah yang kita kenal dengan istilah adat istiadat, etika, sopan santun ataupun budi pekerti.

Mari kita renungkan bersama, apa yang ada di dalam hati kita sewaktu masuk gereja, mencelupkan tangan ke air suci dan membuat tanda salib. Setelah segala sesuatunya selesai, sewaktu mau keluar dari gereja, mengapa kita mencelupkan tangan ke air suci lagi dan membuat tanda salib?

11:43 Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. 11:44 Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya."
Kecaman selanjutnya ditujukan kepada orang-orang yang gila hormat yang sebenarnya tidak pantas untuk dihormati. Mereka tidak akan mendapatkan pujian dari Allah, bahkan diabaikan. Mungkin sudah selayaknya apabila orang-orang yang berhasil dan bisa menjadi contoh, orang-orang tua bijak sebagai panutan untuk dihormati.

Sewaktu penulis berziarah ke Kapernaum, dikatakan oleh pemandu bahwa orang-orang Farisi suka berdiri di suatu tempat yang dia tunjukkan. Tempat tersebut boleh dikatakan selalu dilewati banyak orang dan mereka akan mengangguk memberi hormat kepada orang Farisi. Dan kita semua umumnya juga senang kalau dihormati, disegani bahkan kadang ditakuti.

Namun kecaman Tuhan Yesus membikin merinding, karena diumpamakan bagaikan kubur tanpa tanda. Tersirat bahwa kubur yang memakai tanda bahwa itu pusara terakhir seseorang, siapapun orang itu maka perlu dihormati. Jangan diinjak-injak sembarangan, yang tidak menyiratkan penghormatan kepada yang sudah meninggal. Malahan mungkin perlu didoakan semoga yang sudah meninggal tersebut dapat diampuni dosanya dan diterima Allah di surga.

Kita bisa membayangkan suatu kubur yang tidak ada tandanya, sehingga banyak orang tidak tahu bahwa itu kuburan. Bagaimana kita tahu bahwa itu kuburan seseorang, apabila rata dan tidak ada tanda-tanda yang menyiratkan bahwa itu kubur.

Kita juga bisa membayangkan bagaimana sewaktu hidup dihormati, namun begitu meninggal dilupakan sama sekali malahan dicaci maki penuh benci. Bahkan bekas kuburannya diinjak-injak dipakai jalan atau tempat bermain, sepertinya dihinakan. Betapa kasihan keluarganya yang masih hidup, apalagi jika dicatat dalam sejarah sebagai orang yang tidak baik. Hal tersebut masih mendingan kalau hanya dilupakan manusia, bagaimana jika Tuhan juga tidak mengingatnya?

11:45 Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga." 11:46 Tetapi Ia menjawab: "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.
Ahli Tauratpun terkena kecaman yang langsung menusuk dan menyakitkan karena disampaikan secara terbuka. Mungkin mereka dianggap sebagai kelompok yang bisa ngomong doang namun tidak memberi contoh nyata. Terjun langsung bagaimana caranya berbuat dan berkarya. Namun karena mempunyai kekuasaan dan keahlian di bidangnya, siapa yang berani membantah? Disinilah bahayanya suatu kekuasaan yang diberikan kepada manusia. Bidang apapun kekuasaan itu, tidak jarang dimanfaatkan oleh yang berkuasa untuk kepentingan pribadi atau kelompok, sekecil apapun. Mestinya aturan, dogma, hukum, undang-undang dan sejenisnya, berlaku untuk semuanya di kelompok, organisasi, masyarakat ataupun bangsa yang bersangkutan, tidak ada perkecualian. Termasuk yang membikin dan mengundangkannya.

Sepertinya para ahli Taurat dalam salah satu dogmanya, terbebas dari suatu kewajiban tertentu, dan itu menjadi tanggung jawab orang awam. Dengan segala macam alasan, argumentasi, kalau perlu mengatas namakan Tuhan agar tak terbantahkan, beberapa hal menjadi kewajiban dan beban kaum awam. Terus dikatakan bahwa para ahli Taurat juga mempunyai kewajiban yang tidak bisa dilakukan oleh awam. Mungkin contoh ekstrimnya memberikan dogma untuk berani berperang melawan penjajah Romawi; kalau mati upahnya menjadi pahlawan dan masuk sorga. Jangan-jangan malahan mereka menganggap bahwa sorga berada di tangan atau mulut mereka. Lha kalau sorga itu merupakan dambaan dan harapan setiap orang, mengapa tidak maju sendiri agar meraih sorga. Pasti ada lagi seribu satu macam pembelaan diri yang dikemukakan karena mereka para ahli.

Siapakah yang berani melawan suatu dogma atau adat yang sudah diajarkan sejak lahir? Jika ditanyakan mengapa begini mengapa begitu, jangan-jangan malah disemprot dianggap tidak tahu adat. Pokoknya harus dilaksanakan dan tidak boleh dibantah. Melawan adat yang sudah ada dampaknya bisa dikucilkan, pamali, ora ilok bisa kuwalat atau ancaman lainnya. Unik dan anehnya, ada beberapa adat yang terbalik-balik, disini boleh namun disana tidak boleh. Dimanakah letaknya suatu kebenaran sejati yang dikehendaki Allah?

Mungkin orang awam hanya berani ngobrol warung kopi, sebagai wacana yang tak terjawabkan. Mungkin hanya dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang selama ini agak tersembunyi, semakin lama semakin tersingkap dengan sendirinya.

Coba kita renungkan bersama pertanyaan ini :”Betulkah manusia pertama di dunia ini namanya Adam? Betulkah Hawa itu tercipta dari tulang rusuknya Adam?” Jika betul dasarnya apa, jika tidak dasarnya apa? Adakah referensi dari kitab lainnya? Dan nyatanya hal ini saja sudah menjadi beban berat bagi kita. Maka rasanya tidak keliru apabila seorang bijak mengatakan bahwa iman itu adalah suaru proses berpikir, merenungkannya. Sepertinya kita diajar untuk merenungkan makna yang lebih dalam lagi, di balik cerita tersebut.

11:47 Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. 11:48 Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. 11:49 Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, 11:50 supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, 11:51 mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.
Kitab Suci Perjanjian Lama jika kita renungkan, ada beberapa bagian yang merupakan sejarah perjalanan bangsa Israel. Kita bisa membaca bagaimana beberapa umat pilihan Allah, yang disebut nabi mengalami penganiayaan dan dibunuh. Kita pernah mendengar Habel saudara Kain, tetapi mungkin Zakharia anak Yoyada di zaman raja Yoas tidak begitu mengenal. Namun kita bisa merasakan bahwa setiap kali orang Israel melawan Tuhan, mereka akan mengalami kesengsaraan; dan itu terjadi berkali-kali.

Penulis mengalami kebingungan mengapa segala kesalahan zaman dahulu, dituntut dari angkatan pada waktu itu. Sepertinya angkatan di zaman Tuhan Yesus memang begitu tegar tengkuk, melebihi zaman-zaman Sodom dan Gomora atau zaman air bah. Orang-orang yang semestinya menjadi panutan, menjadi contoh, sudah tidak bisa diharapkan. Dengan segala kepandaiannya, mereka membodohi orang lain demi kepentingan pribadi atau kelompoknya masing-masing. Hal tersebut semakin diperparah dengan terjajahnya mereka oleh bangsa Romawi. Pada saatnya nanti, nyatanya angkatan inilah yang telah membunuh Yohanes Pembaptis maupun Tuhan Yesus.

Yang terbersit dalam benak penulis pada zaman sekarang ini, bagaimana dengan membangun monumen untuk para martir padahal sebelumnya ada yang dibunuh dan dianiaya juga oleh pemimpin agama setempat. Apakah semua itu akan dituntut kepada angkatan tersebut?

Di zaman sekarangpun, kebenaran sejarah sudah selayaknya mesti ditegakkan. Kita membaca sejarah atau perjalanan hidup para martir yang dibeatifikasi sebagai santo atau santa. Jangan-jangan mereka dan keturunannya, yang mengakibatkan kematian para kudus ini akan dituntut oleh Tuhan. Bagaimana kalau yang menjadi pemicu pembunuhan orang kudus tersebut para imam? Masih beruntung karena mereka tidak mempunyai keturunan, sesuai dengan kaulnya yang selibat (?).

11:52 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi."
11:53 Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. 11:54 Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Kembali para ahli Taurat dikecam habis-habisan. Mereka yang semestinya menjadi sumber ilmu pengetahuan rohani sepertinya malah lebih condong ke yang duniawi. Ilmu pengetahuan yang rohani malah disembunyikan rapat-rapat, jangan sampai orang awam tahu. Jika sampai orang awam mempelajari dan memahami betul-betul isi pengetahuan rohani. Jangan-jangan nanti terbuka kedoknya, bahwa selama ini sudah melenceng dari ajaran Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, sekarang inipun yang namanya umat awam, hanya tahu ajaran gereja, baru di lapisan kulit arinya saja. Hampir apa yang dikatakan oleh para imam, pendeta, kiai maupun biksu atau yang lainnya dianggap paling benar. Mereka inilah yang dijadikan panutan dalam menuntut ilmu kehidupan rohani. Kunci pengetahuan kebenaran dan kebaikan yang hakiki seolah-olah hanya milik mereka dan orang awam cukup mengetahui kulitnya saja. Pengalaman hidup dan berguru yang selama ini sudah mereka jalani, seolah-olah sudah yang paling tinggi. Repotnya kalau sudah memproklamirkan diri sebagai wakilnya Allah di tempat tersebut, dimana mereka menetap. Jangan-jangan yang terjadi malahan pembohongan yang direkayasa sedemikian rupa, seolah-olah sesuai firman Allah. Penulis merasa yakin bahwa kecaman Tuhan Yesus masih berlaku sampai sekarang, sampai selama-lamanya.

Sebagai contoh ekstrim, apabila ada orang awam yang mendengar, melihat, mengalami atau merasakan sentuhan Tuhan, jangan-jangan sudah dipotong dahulu oleh si ahli Taurat bahwa itu mistik, klenik dan sejenisnya. Itu bisa dijelaskan dengan analisa ilmiah dari disiplin ilmu tertentu. Tidak mungkin Tuhan berbuat begini dan begitu karena ada tertulis dalam kitab suci. Padahal Tuhan sudah kita akui sebagai Sang Maha Kuasa, Sang Maha Bisa, cara apapun yang bagi manusia dianggap tidak mungkin, Dia pasti bisa. Tuhan tidak bisa diatur oleh manusia, sehebat dan sekuasa apapun manusia tersebut. Mungkin disinilah kita diajar untuk bijaksana dengan hati terbuka, menunggu dan melihat buah-buah yang dihasilkan oleh orang awam tersebut. Peringatan bagi para ahli Taurat ini mau tidak mau harus direnungkan dalam-dalam, jangan sampai menghalangi orang yang ingin masuk ke dalam pengetahuan rohani yang sejati. Jangan-jangan sejarah akan berulang terus menerus, selama roh kejahatan masih boleh berkarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar