Selasa, 01 Desember 2009

Memahami Markus Bab9

Bab 9 - Transfigurasi, Mengusir Roh jahat, Yang terbesar, Penyestan

Yesus dimuliakan di atas gunung
9:1. Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa."
Perkataan Tuhan Yesus ini sangat sulit untuk dipahami oleh penulis. Apakah kalimat tersebut seperti ungkapan atau peribahasa, penulis tidak tahu. Mungkin Kerajaan Allah disini bisa menjadi simbul Tuhan Yesus sendiri. Dia nyatanya datang dengan penuh kuasa yang amat menakjubkan. Dan yang berkumpul saat itu memang belum mati karena mereka semua bisa mendengar perkataan itu.

Jika hal tersebut coba dipahami dengan bahasa rohani, tidak akan mati rohnya berarti hidup kekal. Jika pemahamannya seperti itu, maka banyak orang yang sedang berkumpul disitu tidak semuanya akan hidup. Atau mungkin hanya sedikit yang akan mati kemudian bangkit rohnya dijemput Tuhan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apakah hal ini menyiratkan bahwa hanya sedikit orang yang bisa langsung masuk ke sorga? Dengan kata lain bahwa karena kelemahan daging kita, maka pada saatnya nanti akan banyak orang harus melalui pencucian terlebih dahulu.

Mungkin yang paling banyak adalah roh yang gentayangan, menunggu saat-saat dipanggil dalam pengadilan Allah. Dalam penantian tersebut, jangan-jangan mereka masih berada di sekitar kita, namun tidak kasat mata. Yang jelas sampai saat ini penulis belum pernah melihat ataupun berjumpa dengan yang tidak kelihatan tersebut. Bisa jadi mereka berseliweran di sekitar kita, bisa melihat kita dan kita tidak.

Dalam pemahaman lain, mungkinkah salah satu yang tidak akan mati adalah Bunda Maria? Penulis sangat percaya bahwa Bunda Maria yang kudus tidak pernah merasakan kematian jasmani. Dia naik ke surga dengan raga dan jiwanya, hilang begitu saja tanpa seorangpun mengetahui. Kemungkinan besar para murid sudah mulai berkarya di luar kota Yerusalem. Kahadiran dan kepergian Bunda Maria yang begitu sedikit tertulis dalam Injil, menjadi misteri dalam kehidupan kita sampai saat ini.

Pemahaman selanjutnya, apakah sewaktu Tuhan Yesus bertransfigurasi di gunung Tabor, ngobrol dengan Musa dan Elia. Kejadian tersebut disaksikan oleh Simon Petrus, Yohanes dan Yakobus. Tuhan Yesus memperlihatkan kekuasaan-Nya sebagai Anak Allah. Namun siapakah yang telah meninggal pada waktu itu?

Pemahaman yang lain, apakah sewaktu Tuhan Yesus bangkit dari kubur mengalahkan maut? Membangkitkan orang lain yang sudah mati sangat berbeda dengan membangkitkan dirinya sendiri yang sudah mati. Mungkin itulah kuasa yang paling menakjubkan, bisa dilihat dan dirasakan oleh banyak orang. Kita sudah tahu bahwa Yudas Iskariot pada waktu itu sudah meninggal di dalam penyesalannya.

9:2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, 9:3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. 9:5 Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." 9:6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. 9:7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
9:8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. 9:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. 9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."
Kelihatannya memang Petrus, Yakobus dan Yohanes menjadi murid pilihan. Mereka bertiga sepertinya mendapatkan pengajaran dan penglihatan yang lebih, dibanding dengan murid lainnya. Mereka diajak ke gunung Tabor sampai ke puncak bukit tersebut. Mereka melihat sendiri bagaimana Tuhan Yesus berubah rupa, termasuk pakaian-Nya juga berubah. Mungkin kita hanya bisa berandai-andai bahwa pakaian yang dikenakan Tuhan Yesus adalah pakaian surgawi yang tidak akan ada di bumi ini. Yang mengherankan lainnya adalah kedatangan Elia dan Musa yang begitu tiba-tiba. Tidak diceritakan bagaimana pakaian mereka berdua dan bagaimana para murid mengenalnya sebagai Musa dan Elia.

Dalam peristiwa hebat ini, sepertinya mata para murid bertiga dibuka agar betul-betul mengenal siapakah gurunya. Sang Guru bertransfigurasi memperlihatkan kemuliaan-Nya, ditemani oleh Elia dan Musa. Pastilah mereka berbincang-bincang tentang sesuatu yang penting. Kemungkinan besar para kudus tersebut membicarakan tentang masa karya Tuhan Yesus yang sudah semakin dekat dengan penggenapannya. Hari-harinya sudah bisa dihitung dengan jari, penganiayaan dan kematian sudah di depan mata.

Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan para murid pada waktu itu, begitu melihat pemandangan yang menakjubkan. Antara ketakutan, bergetarnya hati, ketegangan namun juga membahagiakan, bercampur aduk menjadi satu, sehingga terbengong-bengong. Petrus sampai lupa diri dan ingin tinggal di atas gunung tersebut. Perkataan spontannya yang begitu manusiawi seperti tidak mendapat tanggapan.

Apalagi sewaktu awan aneh datang menaungi mereka berlima. Bukan awan sembarang awan, karena dari balik awan ada suara ajakan yang lembut namun tidak bisa ditolak. Ada suatu kuasa yang tak terjelaskan untuk mengindahkan suara tersebut. Dialah Allah Bapa yang berkata :”Inilah Putera-Ku terkasih, dengarkanlah Dia.” Kalimat tersebut sepertinya ditujukan kepada para murid bertiga saja.

Kalimat Allah Bapa inilah yang menyentuh hati penulis untuk mencoba memahami ajaran Tuhan Yesus di dalam Injil. Dari sinilah penulis mencoba mendengarkan firman-Nya dan berusaha untuk memahami sesuai kemampuan, untuk kehidupan rohani sehari-hari saat ini. Apabila ada kekeliruan dalam memahami-Nya, Tuhan pasti tahu dan memaklumi akan kekurangan ini.

Kita pasti mengenal siapakah Musa dan Elia, yang mewakili para nabi sebelum kedatangan Tuhan Yesus. Mungkin kita pernah membaca atau mendengar bagaimana ke dua nabi tersebut pergi naik ke gunung yang kudus untuk bertemu Allah. Gunung tersebut kita kenal dengan nama gunung Sinai atau gunung Horeb.

Musa kita kenal sebagai pembebas bangsa Israel dari tangan orang Mesir, berkelana selama empat puluh tahun menjelajahi padang gurun sampai di gunung Nebo, yang sekarang terletak di Yordania. Dia sendiri dengan beberapa pengikutnya tidak ikut masuk ke tanah terjanji. Dialah yang menerima sepuluh perintah Allah dan ditulis di batu loh. Dengan tongkatnya dia bisa membuat mukjizat bermacam-macam, sampai raja Firaunpun ngeri melihat kehebatannya. Dipercayai dialah yang merumuskan Kitab Taurat yang disebut Pentateukh.

Elia kita kenal sebagai nabi yang mengalahkan banyak para dukun dan ahli sihir dalam pertandingan mempersembahkan korban bakaran. Akhirnya semua dukun penyembah berhala tersebut dibunuh agar tidak menyesatkan banyak orang. Elia kita kenal sebagai nabi yang bisa terbang, lebih cepat dan mendahului orang yang berkuda. Dialah nabi yang naik ke surga dijemput kereta bersama jiwa dan raganya. Jubahnya bisa untuk membelah air sungai Yordan.

Pengalaman rohani yang begitu hebat pasti bukan hanya kebetulan, namun dibalik itu ada tugas dan tanggung jawab yang besar. Ketiga murid tersebut sepertinya diberi kuasa, tugas dan tanggung jawab untuk kelangsungan pewartaan kabar sukacita tentang Kristus Yesus. Mereka sekarang sudah tahu dan mengerti bahwa gurunya adalah Sang Mesias, Allah sendiri yang berkenan turun ke dunia menjadi manusia biasa. Mereka diajar untuk tidak terlena dengan kebahagian yang masih duniawi ataupun pengalaman sorgawi yang begitu sesaat. Masih ada pekerjaan lain yang harus diseleaikan lebih dahulu, mewartakan kabar sukacita tentang Kristus Yesus.

Rahasia besar tersebut hanya boleh diwartakan, setelah Tuhan Yesus selesai dengan tugas penebusan-Nya. Tugas akhir tersebut boleh dikatakan sewaktu Tuhan Yesus bangkit dari mati yang berarti Dia telah mengalahkan maut. Kematian yang dialami-Nya sendiri dan maut itu dikalahkan melalui kebangkitan-Nya. Hal ini begitu berbeda sewaktu Dia membangkitkan orang yang sudah mati, karena Dia sendiri masih hidup.

Mungkin kita bisa memaklumi kebingungan para murid karena memang belum terjadi. Kita tahu karena segalanya sudah terjadi dua ribu tahun yang lalu. Jika kita hidup di zaman waktu itu, pasti kitapun akan bingung dengan ucapan bangkit dari antara orang mati tersebut. Secara tidak langsung hal tersebut sepertinya memberi pesan kepada kita agar kita juga bangkit dari kematian kita sekarang ini. Mungkin kita pernah mendengar atau membaca kata-kata Tuhan Yesus: “biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Tanpa kita sadari jangan-jangan rohani kita sedang mati suri walaupun secara jasmani kita masih hidup. Kita diminta dengan sangat untuk bangkit hidup kembali dan berubah menjadi manusia baru, ya rohaninya ya jasmaninya.

9:11 Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" 9:12 Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? 9:13 Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia."
Jika kita hidup di zaman itu, maka kita bisa memaklumi akan kebingungan dan pertanyaan para murid. Yang mendahului Gurunya selama ini kan Yohanes Pembaptis, bukan Elia? Gambaran sosok tubuh Yohanes Pembaptis kan tidak sama dengan Elia yang mereka dengan dan lihat. Mungkinkah roh Elia bereinkarnasi kepada Yohanes Pembaptis?

Dalam pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus menjelaskan tentang apa yang pernah dinubuatkan para nabi. Para nabi memberikan gambaran dan tanda-tanda tentang Yohanes Pembaptis yang menjadi pendahulu, maupun Tuhan Yesus sang Mesias. Nubuat itu sendiri semestinya disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi para nabi itu sendiri. Banyak nubuat-nubuat yang disampaikan, jaraknya sudah berabad-abad dengan penggenapan nubuat itu sendiri.

Paling tidak ada kemiripan antara Elia dan Yohanes Pembaptis. Mereka berdua tidak punya tempat tinggal tetap, malahan lebih banyak di padang gurun untuk bertapa dan berpuasa. Mereka berdua menghardik dan memperingatkan para pendosa untuk kembali ke jalan Tuhan. Dampaknya mereka berdua tidak disukai oleh para rajanya, malahan dibenci oleh isteri raja. Kita mungkin pernah mendengar pidato memperingati seorang pahlawan, anggaplah Bunda Theresa. Dalam pidato tersebut diselipkan kata-kata : “Setelah kepergian beliau, kami masih tetap mengharapkan kehadiran Theresa-Theresa baru ….. dst.” Mengharapkan kehadiran para penerus yang kehidupandan pengabdiannya mirip seperti Theresa.
.
Yesus mengusir roh jahat yang membisukan
9:14. Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. 9:15 Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. 9:16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?" 9:17 Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. 9:18 Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat."
9:19 Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" 9:20 Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. 9:21 Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya. 9:22 Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."
9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" 9:24 Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" 9:25 Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!" 9:26 Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati." 9:27 Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri. 9:28 Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?" 9:29 Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."
Kemungkinan besar, banyak orang yang sudah mengalami bagaimana para murid yang diutus berdua-dua melakukan mujizat seperti Tuhan Yesus sendiri. Para murid diberi kuasa illahi yang sifatnya tidak tetap, karena iman yang masih terombang ambing. Sering kali terus merasa bahwa imannya sudah kuat, tak akan roboh diterjang ombak dan badai. Perasaan merasa iman kuat ini sedikit banyak malah bisa menumbuhkan kesombongan, padahal dalam kenyataannya tetap belum bisa memindahkan gunung. Mau tidak mau terbersit juga keraguan yang malah melunturkan kekuatan iman.

Mungkin para murid yang lain yang ditinggalkan oleh Tuhan Yesus pada waktu itu tidak bersandar kepada kuasa-Nya, tetapi dengan kekuatan sendiri, dan gagal menyembuhkan. Mungkin pengalaman menjamah, menumpangkan tangan atau cara lainnya sudah dilakukan, tetapi tetap tidak bisa mengusir roh jahat. Mau tidak mau bingung juga, mengapa tidak berhasil, dan dalam ketidak pastian tersebut malah lupa kepada Allah. Tuhan Yesus mengingatkan kepada para murid bahwa manusia itu begitu lemah. Dalam kelemahan yang disadarinya tersebut, maka diminta untuk berdoa. Biarlah kekuatan dan kuasa Tuhan yang mengalir bebas karena kepasrahan, menguasai jasmani dan rohani. Jadi, sebenarnya Tuhanlah yang berkarya dengan cara yang begitu misteri.

Dalam pemahaman penulis, kita diajar kembali untuk tidak mempergunakan kekuatan sendiri. Kekuatan kita secara rohanipun begitu lemah dibandingkan dengan kekuatan roh jahat. Kita harus percaya dahulu kepada Allah dan memohon kekuatan-Nya yang mengisi kita. Kita hanya menjadi sarana selama kita pasrah akan kekuatan Tuhan yang menguasai kita. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya akan kuasa Allah dan pasrah kepada-Nya. Biarlah Tuhan secara bebas masuk ke dalam diri kita, kuasa-Nya berkarya melalui kita yang bukan apa-apa.

Penulis tidak tahu mengapa pada zaman itu sepertinya hampir semua penyakit dan kelemahan selalu dikaitkan dengan roh jahat. Bagaimana membedakan antara kerasukan roh jahat dengan yang kurang waras atau sakit ayan? Apakah semuanya berkaitan?

Dalam beberapa hal penulis dapat menangkap dan memahami, apabila karena hawa nafsu kedagingan ini dampaknya menjadi penyakit jasmani. Kerakusan karena makanan dan minuman yang lezat, sering membuat orang lupa diri sehingga menambah terus. Dampaknya semua organ tubuh dipacu untuk mengolah makanan dan minuman yang berlebih. Salah satu akibatnya adalah kelelahan organ tubuh yang berdampak kepada tumbuhnya sakit penyakit. Hal ini akan lebih dipercepat apabila perasaan negatif dimanjakan untuk menguasai tubuh ini. Kemarahan, sakit hati, iri dengki dan dendam, percabulan, kemabukan dan nafsu lainnya, mau tidak mau akan mempengaruhi diri seseorang menjadi kelemahan dalam hal sakit penyakit.
.
Pemberitahuan kedua tentang penderitaan Yesus
9:30. Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; 9:31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit." 9:32 Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus berkata dengan terus terang, apa yang akan terjadi dengan dirinya. Namun pada waktu itu apabila kita berada di sana, mungkin kita juga bingung dan bertanya-tanya, apakah yang dimaksudkan. Mungkinkah perkataan tersebut suatu perlambang atau ungkapan dengan tujuan tertentu. Terus kita mereka-reka sesuai dengan kemampuan nalar kita.

Kelihatannya Tuhan Yesus membutuhkan waktu khusus untuk para murid-Nya. Banyak pengajaran yang harus segera disampaikan, seakan-akan waktunya sudah hampir habis. Ujian akhir sudah di depan mata, namun pelajaran masih ada yang tersisa. Saat-saat tersebut harus dimanfaatkan dengan baik, karena tidak bisa ditunda lagi.

Biarlah mereka bertanya-tanya di dalam hati masing-masing, nanti pada waktunya mereka akan tahu dan mengerti. Pada saatnya nanti, mereka akan mengangguk-angguk bahwa Tuhan sudah memberi tahu namun belum bisa ditangkap dengan nalar. Pengalaman seperti inilah yang akan semakin menguatkan iman mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering berdiam seribu bahasa, karena tidak tahu harus apa dan bagaimana. Kita tidak mengerti akan maksud perkataan seseorang dan malu untuk bertanya atau meminta penjelasan. Dalam kesendiriannya, maka seseorang tersebut akan terus berbicara dan berbicara. Mungkin saja seseorang tersebut tidak mempedulikan bahasa tubuh yang bengong dan diam, atau sebenarnya tahu bahwa bicaranya belum dimengerti. Jangan-jangan sebenarnya malah menunggu tanggapan dari yang mendengarnya.

Siapa yang terbesar
9:33 Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" 9:34 Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. 9:35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."
Di dalam perjalanan, sepertinya Tuhan Yesus berada di depan dan para murid mengikuti di belakang-Nya. Karena di belakang, mereka bisa saling berdebat, bergurau atau apapun. Bila berdekatan dengan Sang Guru, rasanya agak segan untuk ngobrol sendiri tentang masa depan.

Kita bisa menangkap bagaimana para murid pada waktu itu masih memikirkan yang duniawi. Bila kelompok mereka semakin besar, pastilah dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang harus mengelola. Mungkin setiap murid menyombongkan kemampuan dirinya masing-masing, dengan berbagai alasan. Semuanya merasa pantas dan layak untuk menjadi pemimpin, walaupun mungkin hanya debat setengah gurau.

Nyatanya Tuhan Yesus seperti tidak mendengar apa yang mereka perbincangkan dan berjalan terus. Mereka dibiarkan untuk saling berdebat setengah bertengkar, memuaskan dirinya dengan berandai-andai dan terhanyut. Barulah setelah sampai di rumah, Dia bertanya.

Perkataan Tuhan Yesus sepertinya mengajar kepada kita untuk merenung lebih dalam. Tuhan Yesus berbicara dengan bahasa rohani yang begitu bertolak belakang dengan pikiran kita. Kita diajar untuk berani rendah hati, selalu mengalah bagaikan seorang pelayan. Secara umum yang namanya pelayan selalu di belakang. Yang dilayani setelah selesai makan minum langsung pergi keluar di tempat lain. Si pelayan masih membersihkan dan membereskan meja kursi yang ditinggalkan, barulah setelah itu gantian makan. Dalam perjalanan, si pelayan pasti berada di belakang membawa segala sesuatu perbekalan.

Memang pekerjaan menjadi pelayan termasuk paling tidak enak. Dia bangun duluan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan tuannya. Diapun tidur paling belakangan setelah membereskan pekerjaan untuk hari itu. Dia bisa menjadi sasaran luapan kemarahan dari tuannya, walaupun tidak berbuat kesalahan apapun. Mungkin saja jam kerjanya termasuk paling panjang, tanpa ada perjanjian upah lembur atau yang lainnya. Pekerjaannya bisa serabutan tidak karuan, tergantung bagaimana tuannya memerintah. Hampir tidak ada hitam diatas putih atau perjanjian tertulis tentang kewajiban dan hak antara majikan dan pelayan. Menjadi seorang pelayan berarti harus siap tersakiti, yang bisa dalam bentuk apapun.

Banyak hal telah dialami dan diterima oleh para murid dari Gurunya. Mereka telah praktek mewartakan, menyembuhkan dan mengusir roh jahat. Namun masih ada yang kurang di dalam diri mereka, yaitu sifat kerendahan hati yang bernilai penting. Mereka harus memiliki ilmu padi, yang semakin menunduk bila bulirnya semakin banyak berisi.

9:36 Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: 9:37 "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."
Kita semua pasti pernah mengalami menjadi anak kecil. Hal-hal yang ditakuti anak kecil biasanya berhubungan dengan kegelapan, kesendirian dan suara yang keras. Umumnya anak kecil akan senang apabila disambut dengan ramah, dengan gurauan, dipuji dan bermain, walaupun anak tersebut sangat pemalu.

Anak-anak kecil yang masih putih bersih dan polos, belum terkotori oleh duniawi. Mereka bagaikan citra Allah sendiri. Jika kita begitu hormat, takut dan segan menyambut Tuhan, sudah selayaknya kita menyambut anak kecil di dalam nama-Nya. Merekalah citra Tuhan yang perlu dijaga dan dilindungi, dipelihara dan dikasihi. Betapa Tuhan Yesus selalu peduli kepada yang kecil dan lemah serta tidak berdaya. Siapa menyambut Tuhan Yesus, hal tersebut sama dengan menyambut Allah Bapa sendiri.

Apa yang berkecamuk di dalam hati kita, sewaktu ada anak kecil berlarian di dalam gereja pas misa perjamuan kudus? Yang jelas anak tersebut tidak bersalah dan merasa biasa saja, mungkin hatinya malah senang. Jangan-jangan orang tuanya malah merasa bangga dan senang, karena anaknya termasuk pemberani. Lebih baik si anak berjalan-jalan dari pada rewel atau menangis. Salahnya yang melihat jika merasa terganggu, kan anak tersebut tidak berbuat apapun sambil berteriak. Yang memperhatikan anak tersebut jangan-jangan malah tidak konsentrasi untuk berdoa atau bersembah sujud. Mungkin hal ini bisa terjadi pro dan kontra, tergantung bagaimana cara memandangnya saja.

Seorang yang bukan murid Yesus mengusir Setan
9:38 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." 9:39 Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. 9:40 Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.
Kita bisa merasakan bagaimana Yohanes pada waktu itu memperlihatkan kesombongan dan kelebihannya. Dia merasa lebih dekat dengan Gurunya, lebih berhak, dan perasaan lebih lainnya. Ajaran kerendahan hati pada waktu itu belum merasuk ke dalam tulang sumsumnya.

Jawaban Tuhan Yesus pasti membikin kaget dan terbengong. Bukannya pujian tetapi malahan setengah teguran. Tindakan yang dikira benar dan akan disetujui malah dianggap keliru oleh Gurunya. Siapa yang tidak melawan kita, ia berada di pihak kita. Tidak mungkin seseorang yang memuji dan menghormati akan sekaligus mengumpat yang dia puji.

Seringkali kitapun berbuat seperti Yohanes dan merasa tidak salah, padahal Tuhan tidak berkenan. Sebagai orang Katolik seringkali kita merasa sebagai bagian dari Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Kita tidak bisa menutup mata bahwa perjalanan Gereja mengalami pasang surut dan malahan terpecah-pecah. Kristus Yesus sebagai kepala dan kita menjadi bagian dari anggota tubuh-Nya, pada kenyataannya tubuh-Nya terpotong-potong. Yang repotnya, apabila kita merasa paling benar sendiri dan mereka yang memisahkan diri berbuat keliru.

Jangan-jangan kita terlena dan terbuai serta lupa diri sehingga diam terpaku. Banyak orang menantikan pewartaan kabar gembira dan kita masih melamun. Sebagian anggota Gereja merasa terpanggil memberikan pewartaan dan mengusir roh jahat. Dan kita merasa dilangkahi malah tersinggung karena bukan kelompok kita. Mestinya kitapun perlu mengucap syukur bahwa nyatanya Tuhan selalu berkarya melalui siapapun yang mendapat perkenan-Nya. Siapapun orang yang selalu berkehendak baik dan benar, entah beragama ataupun tidak, menurut penulis dia melaksanakan ajaran Tuhan Yesus. Mungkin saja orang tersebut malah belum mengenal siapa itu Kristus Yesus, tetapi secara tidak langsung malah menjadi pelaku firman.

Perpecahan Gereja yang mestinya satu, perlu dicari akar permasalahan yang mengakibatkan Tubuh Kristus terpotong-potong. Jangan-jangan Tuhan Yesus menangis melihat para pengikut-Nya yang terpecah belah. Malahan setiap tahun sering kali Tuhan Yesus disalibkan dua kali. Paskah orang Ortodox sering berbeda waktunya dengan orang Katolik dan Protestan. Pasti semuanya mengaku benar dengan perhitungannya masing-masing. Penulis sendiri baru menyadari bahwa berbeda, sewaktu membaca buku Hidup sejati dalam Allah tulisan Vassula.

Betapa indahnya apabila Gereja Timur, Gereja Barat, Gereja Protestan bisa bersatu kembali. Kita bisa membayangkan suatu tubuh yang diamputasi dan menjadikannya cacat. Sewaktu operasi amputasi itu sendiri sudah menyakitkan dan membuat sedih. Demikian pula tubuh yang terpotong-potong tadi jika akan disatukan kembali. Mungkin diperlukan operasi besar yang memerlukan waktu panjang. Selesai operasipun masih memerlukan adaptasi dan usaha, agar tubuh tersebut bisa menjadi normal. Normal dalam artian menyatu dari keterpecahan, dengan segala bekas-bekas luka.

9:41. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya."
Dalam pemahaman penulis, pada dasarnya setiap manusia itu telah ditanami benih kasih dari Tuhan sendiri. Kita bisa mengandaikan jika manusia itu sebagai citra Allah, maka sedikit banyak ada pancaran “DNA Allah” yang mengisi kehidupan kita. Dalam perjalanan waktu, banyak pengaruh yang memasuki diri manusia ini, sehingga benih kasih itu memudar atau bahkan dijabarkan dengan kriteria tertentu. Kebiasaan gotong royong, saling membantu dan menolong akhirnya menjadi cerita sejarah, bahwa dahulu pernah ada. Sekarang zamannya loe-loe gue-gue, selamatkan diri masing-masing.

Kita masih ingat bahwa menjadi pengikut Kristus harus berani memanggul salibnya masing-masing dan berani menyangkal diri. Karena menjadi pengikut Kristus, mungkin banyak orang akan membenci atau menjauh. Namun Tuhan Yesus memberikan janji-Nya kepada siapapun yang masih mau berbuat baik kepada pengikut-Nya. Mereka tidak akan kehilangan upahnya! Mestinya sebagai pengikut Kristus, harus berbuat lebih baik lagi. Bukan hanya secangkir air namun ditambah dengan camilannya, bahkan sepiring nasi.

Dalam kehidupan sehari-hari kalau hati sedang tidak mood gembira, apabila kedatangan penjual barang atau minta sumbangan, inginnya tutup pintu atau mengusir secara halus. Jika hati sedang senang dan memperhatikan yang datang kelihatan capai, rasa berbelas kasih bisa keluar secara spontan. Kadang-kadang bukan hanya segelas air, malahan ditambah sepiring nasi. Pertanyaannya, bagaimana membuat kehidupan ini selalu diisi dengan suka cita penuh kebahagiaan. DNA Allah tersebut mestinya yang paling berpengaruh di dalam kehidupan kita, bukan DNA kelompok binatang buas.

Penyesatan dan tentang garam
9:42 "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. 9:43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; 9:44 (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) 9:45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; 9:46 (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) 9:47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, 9:48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. 9:49 Karena setiap orang akan digarami dengan api. 9:50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Menyesatkan mungkin sama dengan sengaja menunjukkan jalan yang salah, sehingga orang menjadi tersesat. Kelihatannya Tuhan Yesus begitu tidak suka dengan hal ini, yang sangat bertentangan dengan ajaran-Nya. Dampak penyesatan begitu berbahaya dan bisa berantai, karena yang tersesat tersebut bisa menyesatkan orang lain tanpa dia sadari.

Kita bisa membayangkan bagaimana seorang anak kecil yang diisi dengan ajaran yang keliru. Ajaran pertama tersebut akan membekas bagaikan kertas putih yang ditulisi dengan tinta hitam. Sulit untuk menghapus yang sudah menempel tersebut. Anak ini bisa berelasi dan berkomunikasi dengan anak sebayanya, dan menyampaikan ajaran yang sudah diterimanya.

Secara bodoh, penulis membayangkan bagaimana jika seorang anak diajarkan sejak kecil bahwa gula rasanya asin, sedangkan garam rasanya manis. Setelah cukup umur, anak tersebut dilepaskan dan berkumpul dengan anak sebayanya. Pasti akan terjadi cerita yang menarik dan cukup menghebohkan.

Tuhan Yesus menambahkan bahwa penyesatan bukan saja kepada orang lain, namun bisa terjadi kepada diri sendiri karena keinginan daging yang berlebih. Dikatakan dalam ungkapan, bahwa lebih baik kehilangan tangan atau kaki, bahkan mata, bila menyesatkan, tetapi tubuh lainnya masuk kedalam hidup yang kekal. Mungkin kita bisa menjabarkan masing-masing bagaimana tangan, kaki atau mata menyesatkan kita.

Ajaran selanjutnya adalah tentang garam dan kita mungkin tahu kegunaan garam dalam kehidupan sehari-hari. Garam bisa untuk mengasinkan dan mengawetkan ikan yang sudah mati. Kita tahu dan pernah merasakan bahwa ikan di laut yang kita tangkap, sewaktu kita makan tidak terasa asin, walaupun air laut rasanya asin.

Secara umum garam kita perlukan sebagai bagian bumbu penyedap dalam aneka masakan. Garam hanya dibutuhkan secukupnya dan dicampur dengan bumbu-bumbu lainnya, sehingga menghasilkan makanan yang lesat mengundang selera. Kita disimbulkan sebagai garam, mungkin yang lain gula, dan lainnya lagi asam, cabe dan sebagainya yang bisa bercampur, bergaul dengan yang lainnya yang menghasilkan makanan enak. Kita bisa membayangkan masakan yang tanpa garam, pasti ada sesuatu yang kurang sehingga hambar. Alangkah nikmatnya jika semua orang bisa hidup berdamai saling berbagi kebahagiaan dan akhirnya hidup sejahtera bersama-sama.

Pada umumnya kita tidak akan mau makan garam saja, atau terasi saja, cabai saja atau bawang saja. Namun kalau semuanya dicampur menjadi satu diuleg, dihaluskan kalau perlu ditambah bumbu lain, maka akan menjadi sambal yang enak.

Pada awalnya penulis bingung, bagaimana garam bisa menjadi hambar dan tawar. Terus bagaimana mengasinkannya. Sewaktu penulis ziarah ke Israel, kami diajak untuk kembali ke masa dua ribu tahun yang lalu. Membayangkan bagaimana orang zaman dahulu mengambil batu-batu dari laut Mati atau laut Asin. Batu tersebut yang sudah dilapisi oleh garam berpuluh-puluh tahun dimanfaatkan untuk memasak. Pada saatnya lapisan garam tersebut akan habis dan tinggal batunya saja. Batu tersebut dimanfaatkan untuk pengeras jalan di depan rumah agar tidak licin sewaktu musim hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar