Minggu, 06 Desember 2009

Memahami Lukas Bab4

Bab 4- Pencobaan di Padang Gurun sampai Kapernaum
Yesus Dicobai Iblis
4:1. Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. 4:2 Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar. 4:3 Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." 4:4 Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."
Berpuasa empat puluh hari tanpa makan menurut penulis adalah suatu usaha yang bukan main. Berpuasa sehari semalam saja rasanya sudah cukup berat, apalagi empat puluh hari. Namun inilah niat untuk mengalahkan keinginan daging, mengalahkan pencobaan yang akan muncul setelah merasakan lapar. Peperangan dalam diri sendiri, menang atau kalah.

Mungkin kita bisa membayangkan daerah padang gurun yang gersang yang banyak batu-batunya. Batu yang kecoklat-coklatan dalam keadaan lapar dapat kita renungkan, kita bayangkan apabila menjadi roti. Betapa enak roti tersebut jika kita sedang lapar. Bayang fatamorgana seringkali mengisi pikiran kita secara instan begitu saja. Begitu gampang kita berandai-andai membayangkan sesuatu karena pada saat itu kita sedang sangat membutuhkan. Kalau bisa, segalanya langsung mak jleg berada di hadapan kita.

Di era tahun tujuhpuluhan semasa ramai-ramainya demam judi nalo, kita sering mengharap kaya mendadak. Uang sedikit untuk makan tidak cukup, lebih baik untuk pasang nalo. Siapa tahu dapat, kan menjadi berlipat bisa untuk beberapa hari. Kehausan kita akan uang yang cukup dalam situasi yang sulit, maka kita berpikir pendek untuk berjudi. Dan nyatanya kita jarang berpikir bagaimana kalau kalah; yang muncul dalam benak siapa tahu menang. Jika yang terjadi kalah, ya semakin panjang waktunya untuk berpuasa. Anehnya pada waktu itu jarang orang yang jera, walaupun sudah kalah berkali-kali. Kita lebih sering lupa bahwa hampir tidak ada orang yang kaya karena judi. Siapakah yang paling beruntung? Mestinya bandar atau pengelola judi tersebut.

Jawaban Tuhan Yesus sepertinya mengingatkan kepada kita. Hidup ini bukan hanya untuk makan keperluan tubuh saja. Ada makanan jasmani dan ada juga makanan rohani yang lebih penting. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk hidup di alam dunia ini, tubuh kita memerlukan makanan. Namun jangan dilupakan dampaknya kalau kita sampai kebanyakan makan tanpa batas. Jangan-jangan kita malah tidak bisa apa-apa karena kekenyangan, malah-malah sakit yang berkelanjutan. Ada makanan penyeimbang yang dibutuhkan oleh rohani kita, yaitu firman Allah.

Dalam menapaki kehidupan ini, ada banyak hal yang kita butuhkan agar kita bisa menikmati hidup dengan penuh sukacita. Mulai dari kecil, mungkin kita bercita-cita yang bagus-bagus, hebat-hebat dan umumnya positif. Penulis belum pernah mendengar anak yang bermimpi atau bercita-cita ingin menjadi pelacur, perampok, pembunuh dan sejenisnya. Kalau toch hal tersebut terpaksa dijalankan setelah menginjak dewasa, pasti banyak faktor yang mempengaruhinya. Jangan-jangan, langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak, kita ikut terlibat atau andil terjadinya perbuatan yang tidak disukai masyarakat umum tersebut.

Kita diajar untuk bisa menahan diri, teguh dan setia dengan niat yang sudah ditetapkan. Kita diajar untuk mengerti bahwa setiap niat apapun ada risikonya dan itulah pencobaan yang harus dihadapi dan dikalahkan. Mungkin kita bisa bercermin kepada para nabi dan pertapa yang hidupnya sederhana, seadanya. Mereka malahan lebih sering berpuasa, berpantang dan mati raga. Firman Allah disampaikan oleh para nabi yang menjadi utusan-Nya untuk disebarkan kepada umat-Nya. Mungkin hanya nabi tertentu saja yang hidupnya penuh dengan hura-hura mengikuti hawa nafsu duniawi.

4:5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. 4:6 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. 4:7 Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." 4:8 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Mari kita bayangkan suatu tempat yang tinggi dan kita bisa melihat gemerlapnya dunia. Betapa hebat dan indahnya isi kerajaan dunia yang serba wah. Dan nyatanya, kitapun ingin juga mencicipi yang namanya wah tersebut. Yang mengagetkan dalam ayat di atas adalah kita tidak menyadari bahwa kerajaan dunia tersebut sudah dikuasai oleh Iblis. Siapa yang mau menyembah Iblis, pasti akan diberi sepotong kuasa dan kemuliaan dunia oleh si Iblis.

Mungkin kita pernah mendengar bagaimana orang mencari kekayaan dunia dengan cara mendatangi tempat-tempat tertentu. Mungkin membuat “kontrak” tertentu dengan segala macam risiko yang harus dihadapi. Demi kekuasaan dan kemuliaan dunia yang ditawarkan, banyak orang memilih jalan pintas dan siap teken kontrak dengan si Iblis. Roh jahat ini menyelusup sewaktu kita dalam kondisi gelap, menjadi satu dengan nafsu keinginan yang berlebih yang cenderung serakah. Apabila kita tidak bisa mengendalikan sang nafsu ini, maka segala jalan untuk mencapai kekuasaan dunia ini bisa kita tempuh. Sudah disediakan seribu satu macam alasan untuk pembenaran diri.

Apabila kita membaca Kitab Wahyu tentang peperangan antara malaikat Tuhan dengan kelompoknya si ular tua, kita akan tahu bahwa para pemberontak ini dikalahkan oleh bala tentara malaikat Mikhael dan dilemparkan ke bumi. Si ular tua atau naga, atau yang disebut Setan kelihatannya sudah menguasai bumi ini, sebelum manusia dijadikan. Jangan-jangan semua laut, semua gunung, semua sungai dan danau, semua bukit dan lembah, sudah dihuni dan dikuasai oleh Iblis dan kelompoknya. Banyak orang mengenal atau mendengar cerita tentang penguasa laut selatan, dengan nama yang bermacam-macam. Mulai dari pesisir selatan Indonesia sampai pesisir timur Afrika.

Jawaban Tuhan Yesus sepertinya mengajarkan kepada kita agar hanya menyembah kepada Tuhan Allah Sang Pencipta. Jangan sampai menyembah dan berbakti kepada allah-allah lain. Akibatnya kita akan menduakan Allah yang benar dan allah yang palsu. Allah benar yang tidak kelihatan secara kasat mata, namun tidak pernah tidur yang selalu menyertai kita. Sedangkan allah palsu bisa kita lihat, kita rasakan dengan indera kita, karena memang kita ciptakan sendiri.

Sadar atau tidak, seringkali kita membuat dan memfokuskan waktu kepada allah palsu. Demi allah-allah palsu ini, kita bisa melupakan hal-hal lain termasuk kepada Tuhan Allah sendiri. Kita bisa menciptakan seribu satu macam allah palsu ini sesuai dengan selera kita. Salah satunya, mungkin sering kita dengar ungkapan “keuangan yang kuasa.” Begitu berkuasanya uang, maka demi berbakti kepada uang apapun kita lakukan. Dengan uang, kita bisa menikmati kekuasaan dan kemuliaan dunia ini bagaikan raja.

Jika kita renungkan, sebenarnya kita lebih sering menjadi raja. Raja dalam diri sendiri dimana Sang Ego merajai dan bertakhta di hati kita. Mungkin jarang sekali kita merelakan diri agar Tuhan yang bertakhta dan merajai hati kita, dan sang aku ini menjadi hamba-Nya. Demi kerajaan dunia, Tuhan kita pinggirkan atau malah kita singkirkan dari dalam hati ini. Sang Raja Agung ya hanya Tuhan Allah sendiri yang sudah semestinya dan seharusnya kita sembah dan kita turuti ajaran-Nya.

4:9 Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, 4:10 sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, 4:11 dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 4:12 Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" 4:13 Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
Kita bisa membayangkan betapa tinggi bubungan Bait Allah pada waktu itu. Orang jatuh dari atasnya paling tidak akan mengalami patah tulang, kalau tidak sampai meninggal. Jika ada orang yang berani terjun dari atas Bait Allah dan bisa mendarat ke tanah dengan pelan, pastilah orang tersebut akan terkenal. Pujian, kekaguman, menjadi berita utama, pasti akan dinikmatinya. Cerita tentang kehebatan itu akan menyebar dan betapa bangganya kita. Nyatanya kitapun menginginkan juga untuk dikagumi, dipuji, dihormati oleh orang lain. Mungkin dalam situasi tertentu, kita berkhayal sejenak menjadi pahlawan. Betapa semua orang akan memperhatikan kita dengan penuh decak kagum.

Bait Allah yang begitu suci namun atapnya diinjak-injak oleh Iblis. Kurang ajar benar dia! Tidak semua imam dapat memasuki tempat-tempat terkudus dalam Bait Allah. Mungkin hanya tingkatan imam agung saja yang dianggap pantas dan boleh merayakan ibadat di tempat tersebut.

Jawaban Tuhan Yesus sendiri terdengar begitu tegas, jangan mencobai Allah. Jangan-jangan dalam hidup kitapun seringkali mencobai Allah. Seringkali kita menginginkan mukjizat dari Tuhan secara nyata. Mukjizat yang mengherankan dan sulit diterima akal. Biarlah dari mukjizat tersebut kita semakin percaya dan memuliakan Dia. Kita meminta bukti nyata dalam waktu sekejap, yang kita sesuaikan dengan kondisi waktu itu. Mungkin disinilah bahkan roh jahat yang sebenarnya mencobai kita dengan pintarnya. Karena tidak bisa mencobai Allah, maka roh jahat ini akan selalu mencobai kita manusia.

Kira-kira apakah Tuhan Yesus bisa melakukan mukjizat merubah batu jadi roti, loncat dari atas Bait Allah dan tidak cedera? Kalau Tuhan Yesus itu pikiran-Nya seperti penulis, pasti bisa melakukan dan dilaksanakan, biar terkenal dan semua orang tertarik. Nyatanya, semua itu disembunyikan oleh Tuhan Yesus. Dia siap menjadi manusia biasa yang tidak perlu pamer dan berpromosi seperti pedagang. Cara berpikir kita sepertinya bertolak belakang denga kehendak Tuhan sendiri.

Mungkin kita pernah mengalami sendiri bagaimana kita ingin menjual atau menyewakan sesuatu. Dalam hati kita berkata dengan diri sendiri :”Kalau laku sekian rupiah saja, bolehlah.” Biasanya harga penawaran pertama kita tinggikan dahulu. Begitu ada orang yang secara langsung menerima harga kita tanpa menawar lagi, kita dibuat kaget. Sekecil apapun itu, biasanya ada rasa sesal mengapa ditawarkan sekian. Kalau tahu begitu, kenapa tidak ditinggikan sekalian. Jarang sekali kita langsung mengucap syukur, karena harapan kita dipenuhi. Namun malah kita mengeluh, ekstrimnya menghujat diri sendiri. Jangan-jangan hal ini secara tidak langsung kita telah menghujat Tuhan karena tidak mensyukurinya.

Ada suatu hal yang mengajarkan kepada penulis, bahwa untuk berkarya dalam segala hal, perlu persiapan matang. Persiapan tersebut salah satunya adalah dengan “berpuasa”, mati raga. Belajar berpuasa adalah belajar melawan segala macam hawa nafsu yang timbul di dalam diri kita. Hawa nafsu jelas tidak terbatas hanya kepada masalah makan dan minum. Makan dan minum pasti kita butuhkan supaya kita bisa hidup dan sehat selama menjalani kehidupan ini. Segala macam nafsu duniawi bisa menyelusup lewat seluruh panca indera yang kita miliki, yang akan merangsang pikiran kita untuk berbuat yang tidak benar.

Di Jawa sering kita mendengar orang yang melakukan puasa Senin dan Kamis. Mungkin kita pernah mendengar orang menyebut puasa “mutih” atau puasa “ngebleng.” Bunda Maria dalam penampakannya di Medjugorje mengajarkan puasa Rabu dan Jumat. Kita bisa memperkirakan hubungan mengapa hari Rabu dan hari Jumat. Orang Katolik pasti mengenal apa itu hari Rabu Abu dan hari Jumat Agung. Mungkin ada adat atau budaya lain yang mengajarkan puasa tertentu lagi.

Setelah segala persiapan dilakukan dengan matang (anggaplah berpuasa tadi), maka perlu diuji coba dengan segala macam persoalan. Bagaimana kita menghadapi suatu situasi permasalahan, apakah kita bisa lulus. Terus bagaimana cara mencari solusi terbaik yang dapat dirumuskan, dan diterima oleh umum. Jika dianggap lulus, berarti potensi diri yang sudah disiapkan tadi dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Ungkapan Jawa “Jer basuki mawa bea” yang kurang lebih berarti, untuk menuju ke suatu tujuan baik pasti memerlukan pengorbanan. Puasa dan sejenisnya hanya menjadi salah satu sarana untuk menuju kepada kekuatan moral yang baik dan benar. Segala sesuatunya perlu digembleng lebih dahulu agar tahan uji.

Kita diajar untuk tidak memanjakan mulut dan perut; tidak memanjakan keinginan untuk berkuasa dengan segala macam iming-imingnya. Demikian juga, kita diajar agar tidak memanjakan keinginan untuk dipuji dan dihormati. Semakin tinggi kita di atas maka akan semakin sakit dan menderita, apabila kita mengalami kejatuhan. Semakin tinggi maka tiupan angin akan semakin kencang, yang akan mempengaruhi keseimbangan hidup kita.
Yesus mengajar di Galilea
4:14. Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. 4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yesus dalam kuasa Roh, terbang dari satu tempat ke tempat lain. Dari sungai Yordan ke padang gurun, terus ke gunung yang tinggi, kemudian di atas bubungan Bait Allah. Setelah itu kembali ke Galilea. Jawaban paling gampang, ya karena Tuhan bisa menembus batas ruang dan waktu, sebab Dia yang punya kuasa.

Kelihatannya Tuhan Yesus mengajar pertama kali di daerah Galilea. Dia tidak mengajar di jalan-jalan, namun di tempat-tempat ibadat bangsa Yahudi. Sepertinya pada awal pengajaran hanya diperuntukkan bagi orang-orang terpilih yaitu bangsa Israel. Menurut pemahaman penulis, Tuhan Yesus tidak ingin menonjolkan diri atau berpromosi. Dia bagaikan manusia biasa yang betul-betul melangkah setapak demi setapak. Biarlah semua oang yang mendengar pengajaran-Nya memuji dengan wajar, tanpa harus melihat kehebatan yang tidak kasat mata pada waktu itu. Biarlah hatinya tersentuh terlebih dahulu dan menyadari segala kekurangan diri, bukan karena dipojokkan atau dituduh langsung.

Kesadaran diri yang berhubungan dengan rohani lebih penting, karena dari rohani yang sadar dapat membangkitkan niat untuk berubah. Keinginan atau niat berubah akan menggerakkan jasmani untuk melakukan sesuatu sebagai ungkapan nyata.

Coba kalau kita yang mempunyai kasaktian, mungkin yang kita tonjolkan dahulu malahan kehebatan kita. Mereka tertarik dan memuji mungkin karena kesaktian kita, bukan memuji tujuan inti pengajaran, bahwa semua orang harus berani merubah diri dan kembali kepada Allah melalui pertobatan. Jangan-jangan yang mereka bicarakan di belakang kita, hanyalah kemampuan kita beratraksi. Kehebatan kita berdemonstrasi yang mengagumkan hanya mereka saksikan, sedangkan obat yang kita jual malah tidak laku.

Pada tahap selanjutnya barulah Tuhan Yesus membuat banyak orang terpesona dan terheran-heran. Kemungkinan besar Dia sudah melakukan penyembuhan bagi orang sakit dan menderita, bagaikan seorang tabib.
Yesus ditolak di Nazaret
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Menurut pemahaman penulis, kelihatannya Tuhan Yesus dengan sengaja membuka nas kitab nabi Yesaya tersebut. Kemungkinan besar semua orang yang mendengarkan bacaan lebih terfokus pada isi bacaan bahwa Mesias akan datang. Yang Terurapi akan memberi penghiburan, membebaskan dari penjajahan serta membuka mata hati mereka yang selama ini sudah menjauh dari ajaran Tuhan. Begitu mendengar pengajaran-Nya, mereka mengangguk-angguk tanda sependapat dengan perkataan-Nya.

Isi nas tersebut telah digenapi pada saat itu, yang sudah semestinya bahwa Mesias terjanji sedang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Israel. Mereka dalam keadaan miskin dan menderita, dijajah serta ditindas oleh bangsa Romawi. Banyak orang sakit dan menderita karena kehidupan yang tidak terjamin. Para pimpinan dan rohaniwan yang ada tidak bisa diharapkan. Harapannya hanya satu, segera datang Sang Mesias yang bisa melepaskan dari penderitaan, menyelamatkan bangsa dan negara dari penjajahan, memimpin bangsa menuju kehidupan yang adil dan makmur.

Sekarang ini setelah hal itu terjadi, penulis merasa yakin bahwa sebenarnya Tuhan Yesus berbicara tentang diri-Nya sendiri. Dan nas tersebut digenapi dengan berkata bahwa Dia sendiri yang membaca dan semua orang mendengarkan. Mereka belum sadar dan belum mengerti bahwa yang berbicara waktu itu Sang Mesias sendiri, yang telah dijanjikan oleh Tuhan.

4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
Perkataan :”Bukankah Ia ini anak Yusuf?” sepertinya terkandung rasa tidak percaya. Kelihatannya Keluarga Kudus Yusuf sudah cukup lama meninggalkan kampung Nazaret dan mereka ragu-ragu dengan Dia. Penulis tidak tahu apakah bapak Yusuf pada waktu itu masih hidup atau sudah tiada. Jika masih hidup, dimanakah pada waktu itu dia bertempat tinggal?

Disinilah kita sebagai manusia yang pada dasarnya mempunyai ego pribadi tinggi, merasa lebih dan akhirnya sering meragukan kemampuan orang lain. Seringkali kitapun akan bertanya sedikit heran atau setengah tidak percaya akan seseorang yang pernah kita kenal, kemudian hidupnya berhasil. Kita mengenal sewaktu kecil dan kehidupannya sehari-hari, terus kita mengklasifikasikan kurang lebih tingkatan pengetahuannya sekian. Koq bisa menjadi begitu ya? Dan Tuhan Yesus tahu apa yang ada di hati semua orang.

Kelihatannya mereka pernah mendengar perbuatan Tuhan Yesus yang mengherankan di Kapernaum Galilea. Dia disebut tabib yang berarti bisa menyembuhkan orang yang sakit. Karena hanya berpegang bahwa dulu pernah mengenal Dia seperti apa, maka rasa tidak percaya atau ragu menyelimuti hati mereka. Darimana dan kapan Dia belajar menjadi tabib? Menurut sepengetahuan rasanya tidak pernah belajar atau mendalami pengobatan.

Pikiran tanda tanya yang terpendam dalam hati mereka, langsung diceploskan saja oleh Tuhan Yesus. Mungkin kita akan gelagapan atau tesentak, begitu apa yang ada di dalam hati kita diketahui dan disampaikan langsung. Mau bilang iya malu dan segan, mau bilang tidak malah tidak enak, yang paling cocok ya diam dan menunggu.

Keraguan dan kebimbangan sama dengan tidak percaya seratus prosen. Keraguan akan menumbuhkan penolakan atau pertahanan diri. Mungkin inilah yang menyebabkan tidak adanya atau begitu sedikit mukjizat yang terjadi di Nazaret. Iman yang menyembuhkan tidak terjadi karena kebimbangan tersebut.

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan bahwa seorang dokter tidak bisa mengobati dirinya sendiri. Seorang pekerja bangunan bisa membuat istana, namun rumahnya sendiri biasa-biasa saja. Mungkin hampir sama dengan pohon yang memberikan buah atau bunga untuk dimakan atau dinikmati manusia. Pohon itu sendiri tidak pernah menikmatinya.

4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Rasanya betul juga dan kita bisa memaklumi akan kata-kata Tuhan Yesus, bahwa tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Kita bisa merasakan dan membayangkan seseorang yang terkenal di luar, entah di kalangan akademisi, keagamaan, sosial dan yang lainnya. Di lingkungan tempat dia tinggal menetap, maka akan dianggap biasa saja sebagai warga penduduk. Jangan-jangan dirumahnya oleh keluarga dianggap biasa juga, malah-malah masih bisa diomeli kalau sedang tidak cocok. Keluarga boleh dikatakan sudah tahu dan kenal luar dalamnya. Tidak ada lagi yang istimewa, malah-malah yang terlihat kekurangannya di dalam keluarga.

Kita bisa merenungkan kata-kata Tuhan Yesus, mengapa nabi Elia dan nabi Elisa pada saat itu berkarya yang mengherankan kepada orang lain di tempat lain. Mungkin kita bisa berpendapat bahwa orang Israel begitu bebal, tidak bisa menghargai dan mempercayai nabi Elia maupun nabi Elisa. Ajakannya tidak bisa mereka terima karena tidak menuju yang duniawi yang diperlukan dalam kehidupan ini. Ajakan untuk berbalik kembali kepada Tuhan, yang berarti bertobat, dirasakan begitu berat. Tidak ada lagi foya-foya, hura-hura, tidak bisa hidup bebas lepas yang penuh gemerlapan duniawi. Anggaplah menjadi tidak bisa lagi mengumbar hawa nafsu duniawi.

Sependapat atau tidak, seringkali kitapun tidak siap jika diajak untuk bertobat total kembali ke haribaan Tuhan. Mengikut dan belajar menjadi seperti Kristus nyatanya begitu berat. Penulis secara jujur harus berani mengakui bahwa nyatanya masih terikat oleh tali duniawi yang begitu menggairahkan, menarik dan mempesona. Betapa begitu sulit melepaskan tali pengikat yang selama ini begitu menjerat dengan segala macam iming-iming.

Ungkapan tentang nabi Elia dan nabi Elisa ini secara tidak langsung menohok telak dan mereka sadar bahwa ditujukan kepada mereka yang tidak percaya. Disamakan dengan kelakuan nenek moyang dahulu, maka mereka menjadi marah besar.

Ada satu hal yang mungkin terlepas dari pemahaman kita, bagaimana mungkin Tuhan Yesus dengan begitu mudahnya lolos. Kita bisa membayangkan bagaimana banyak orang yang sedang marah dan ingin menganiaya-Nya. Kalau memang harus mati biarlah mati sekalian dilempar kebawah tebing. Siapa yang akan protes dan berani menghalangi mereka? Kalau seluruh massa sudah kompak, dampaknya bisa begitu hebat dan cukup sulit untuk dilawan pada saat itu. Namun anehnya, Tuhan Yesus dengan begitu gampangnya lolos dan lewat di antara mereka. Pasti ada suatu kekuatan yang tidak kasat mata, yang susah diterangkan dengan segala macam bahasa dan logika. Zaman sekarang kita lebih gampang mengucapkan, kalau belum takdirnya pasti segalanya mungkin terjadi. Rasanya lebih susah untuk mengatakan, bahwa kehendak Tuhanlah yang memungkinkan segala sesuatu dapat terjadi di luar pikiran nalar kita. Perbuatan Tuhan yang mengherankan dapat dialami oleh setiap orang, yang mungkin akan berseberangan dengan hukum sebab akibat.

Orang boleh berpendapat bahwa tidak semua orang Nazaret menjadi marah besar karena perkataan-Nya. Kemarahan yang tiba-tiba pada waktu itu, seiring dengan berjalannya waktu ketika menuju bukit, ada yang mulai sadar. Mereka mulai berbicara bahwa Dia kan anaknya Yusuf, saudara kita. Tidak enak juga kalau keluarganya menanyakan tentang Dia. Mengapa sampai harus dianiaya? Diusir saja dari kampung halaman-Nya, biar tinggal di tempat lain. Kalau toch memang hebat, paling tidak dapat membawa nama kampung halaman kita.
Yesus di Kapernaum
4:31. Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. 4:32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. 4:33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: 4:34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." 4:35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. 4:36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar." 4:37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.
Di awal-awal pengajaran-Nya, dapat kita ketahui bahwa Tuhan Yesus mengajar di hari Sabat atau Sabtu. Penulis tidak tahu, apakah Dia mengajar sejak hari Jumat petang yang dianggap sudah masuk hari Sabat. Ataukah hanya di hari Sabat setelah matahari terbit pada jam atau waktu tertentu. Kemungkinan besar memang di siang hari. Namun yang lebih penting dalam hal ini, bagaimana Dia mengusir setan di rumah ibadat. Di dalam rumah ibadat nyatanya setan masih bisa merasuki seseorang yang dia inginkan. Pertanyaannya, mengapa orang tersebut sampai bisa dirasuki setan? Sebenarnya faktor apa saja yang dapat mempengaruhi seseorang sampai kerasukan setan? Dan nyatanya setan lebih mengenal siapakah Yesus orang Nazaret tersebut, daripada kita. Yesus Yang Kudus dari Allah.

Kelihatannya Tuhan Yesus pada waktu itu lebih senang dianggap sebagai manusia sejati, orang biasa-biasa saja. Setan disuruh diam, yang maksudnya jangan memperkenalkan kepada manusia bahwa Dialah Sang Mesias yang ditunggu-tunggu. Sang Anak Manusia, Allah sendiri yang turun ke dunia menjadi manusia kebanyakan. Biarlah semua manusia berpikir, merenung dan menyimpulkan sendiri dengan kemampuan akal budinya. Biarlah mereka bebas memanfaatkan jiwa hati, pikiran akal budi menurut seleranya. Lebih tertarik kepada ajaran-Nya ataukah kepada mukjizat yang dilakukan-Nya.

Terjadilah berita gethok tular, dari mulut ke mulut bahwa ada seseorang yang hebat. Bisa menyembuhkan dan bahkan mengusir roh jahat dari dalam diri seseorang. Namun jangan-jangan berita terpenting bahwa Dia Yang Kudus dari Allah malah tidak tersampaikan. Banyak orang berbondong-bondong mencari Dia dengan tujuan utama memohon kesembuhan jasmani dan pelepasan dari kuasa setan. Betapa setan-setan begitu takut akan Dia, yang bisa membinasakan dan memenjarakan mereka ke dalam neraka.
Penyembuhan Mertua Simon Petrus
4:38 Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. 4:39 Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. 4:40 Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. 4:41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.
4:42 Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. 4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." 4:44 Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Menurut pemaham penulis, Simon ini adalah murid-Nya yang akan disebut sebagai Petrus. Kelihatannya Kapernaum menjadi kampung kedua bagi Tuhan Yesus, setelah Nazaret. Disinilah Tuhan Yesus banyak melakukan penyembuhan penyakit dan pengusiran setan. Setanlah yang malah menyebut Yesus sebagai Anak Allah.

Mungkin zaman sekarangpun hampir sama dengan zaman dahulu. Orang berbondong-bondong ke suatu tempat karena bermaksud untuk penyembuhan dirinya. Paling tidak mengantar saudara atau kenalan yang sedang sakit agar mendapatkan kesembuhan dalam ritual tertentu. Masalah ibadat atau pujian dalam ritual tersebut akan menjadi perhatian nomor dua, karena yang lebih penting ya kesembuhan tadi.

Kalau bisa, kita selalu ingin dekat dengan Sang Tabib. Kalau ada apa-apa kan gampang dihubungi dan langsung dapat menyembuhkan. Ada rasa tenang aman tidak kawatir karena dekat. Nyatanya dalam hidup ini kita lebih cenderung hanya kepada “sakit” yang berhubungan dengan tubuh, jasmani badan wadhag. Kita malah lebih sering lupa bahwa masih ada di dalam diri kita yang bukan jasmani juga sakit. Sakit hati, sakit jiwa, sakit rohani, kehilangan akal dan sejenisnya. Kita bisa mengibaratkan bahwa setan sedang bercokol di dalam diri kita, menguasai kita. Maka perlu pelepasan dan dijauhkan dari pencobaan, agar setan tersebut tidak menghantui kita.

Penulis kadang-kadang bingung dan malah tersenyum sewaktu mendengar berita atau ajakan untuk mengikuti Misa Penyembuhan. Apakah betul ada istilah misa penyembuhan dan bagaimana dengan misa-misa yang lainnya? Dalam pemahaman penulis, semua misa kudus atau perjamuan ekaristi adalah sama, selama dipimpin oleh imam tertahbis dan tidak terkena ekskomunikasi. Dalam setiap perjamuan ekaristi, Tuhan Yesus pasti hadir memberikan Diri-Nya untuk kita santap. Penulis meyakini bahwa Tuhan Yesus berkenan menyatu dengan kita dan kita bisa mengobrol dengan bebas dengan-Nya. Kita bisa menyampaikan segala macam uneg-uneg, kedongkolan, kemarahan, kesakitan, ketidakberdayaan maupun kegembiraan dan kebahagiaan yang kita alami. Yang paling sulit memang keyakinan iman dan kepasrahan bahwa Dia beserta kita. Mungkin bahasa Jawa lebih sreg “Gusti manunggal” dan aku tidak sendirian. Bukan lagi aku dengan Dia yang jauh, namun berubah menjadi kita. Aku dan Dia yang menyatu, yang bisa berbicara dimana saja dan kapan saja.

Tuhan Yesus menjawab bahwa tempat lain juga membutuhkan berita kabar keselamatan tentang Kerajaan Allah. Kedatangan-Nya lebih ditekankan kepada kabar baik Kerajaan Allah. Dia tidak menyebutkan bahwa di tempat lain juga membutuhkan kesembuhan dari sakit penyakit.

Kelihatannya setelah mengajar berkeliling di wilayah Galilea, Tuhan Yesus melanjutkan perjalanan menuju ke selatan di wilayah Yudea. Pastilah banyak kampung dan desa yang dilewati, sebelum sampai ke Yudea. Secara umum dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus mulai mengajarkan pertobatan dan kabar baik Kerajaan Allah dari utara menuju selatan. Dari ujung utara danau Galilea sampai selatan atau sebelah barat laut Mati. Penulis tidak bisa membayangkan, apa yang dilakukan Tuhan Yesus di luar hari Sabat pada awal-awalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar