Jumat, 11 Desember 2009

Memahami Lukas Bab19

Bab 19- Zakheus, Uang Mina, Minggu Palma
Zakheus Pemungut Cukai
19:1. Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. 19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. 19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." 19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. 19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." 19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." 19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Kita bisa membayangkan bahwa Tuhan Yesus begitu terkenal bagaikan selebritis. Kepala pemungut cukai sampai-sampai berusaha mencari tempat yang strategis agar bisa melihat seperti apakah Tuhan Yesus itu. Zakheus pasti sadar bahwa dia termasuk orang yang tidak disukai oleh banyak orang Yahudi, karena pekerjaannya. Betapa terkejutnya bahwa Tuhan Yesus tahu namanya, malahan akan menumpang di rumahnya.

Zakheus yang berani mengakui diri sebagai orang berdosa, merasa mendapat kehormatan. Sang Pengibur dan Penyembuh mau tinggal di rumahnya, makan semeja bersama-sama. Perasaan sukacita yang tak terungkapkan dengan kata-kata, nyatanya dapat menyentuh hati sanubari yang paling dalam. Zakheus dengan tulus ikhlas berani membagikan setengah harta miliknya.

Itulah sentuhan Tuhan yang sulit untuk diterima dengan nalar akal budi. Siapapun yang dapat merasakan dan menerima sentuhan Tuhan, pasti akan terjadi keselamatan kepada mereka. Perubahan itu bisa sekonyong-konyong seperti Zakheus maupun Saulus, ataupun melalui proses panjang. Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dia tidak pernah membuat rencana ataupun melontarkan ide-ide secara khusus, namun langsung bergerak, berjalan terus, berbuat kasih dan kasih, sampai ke tujuan akhir. Orang Jawa menyebutnya “lumaku tumuju” yaitu berjalan dan berjalan, pasti akan sampai ke tujuan.

Jika kita renungkan, kita juga termasuk orang yang hilang dan diketemukan oleh Tuhan, namun belum seberani Zakheus. Mungkin kita mempunyai alasan bahwa Zakheus atau Saulus kan bertemu sendiri dengan Tuhan Yesus. Kita kan belum pernah bertemu secara kasat mata ataupun melalui kejadian yang menghebohkan. Jangan-jangan yang terjadi, Tuhan selalu menyentuh kita namun sering kita abaikan. Tangan-Nya kita singkirkan dari pundak kita karena baru konsentrasi atau serius dengan hal-hal duniawi yang ada di hadapan kita. Dengan tiada bosannya Dia selalu menyentuh untuk mengingatkan kita, mengajar kita melalui segala macam sarana yang berada di depan kita.

Di zaman sekarang ini kalau kita berjalan-jalan lewat komplek pelacuran, secara tiba-tiba bertemu tetangga yang juga sedang lewat. Jangan-jangan dalam benak kita yang muncul adalah pikiran dan dugaan negatif. Dia sedang bermain di rumah orang berdosa. Mulailah gosip menyebar, tetangga kita juga mengabarkan bahwa kita masuk ke rumah orang berdosa.

Penulis tidak tahu apa kata orang, karena dahulu sering berkunjung ke kompleks lokalisasi, apabila pulang kampung. Harap dimaklumi karena penulis mempunyai saudara yang bertempat tinggal di situ. Dia adalah uwak (kakak dari ayah) yang paling tua yang masih hidup pada waktu itu. Sewaktu sakit keras dan mendekati ajal, kami ajak berdoa dan mohon pengampunan, dia hanya menggelengkan kepala. Sewaktu tuguran malam menunggu ajal, tetangga yang datang bukan berdoa namun bermain kartu dan berjudi. Permainan judi selesai menjelang pagi, sesaat setelah beliau meninggal. Lahir Selasa Kliwon dan dipanggil pada hari Selasa Kliwon.

Perumpamaan tentang uang Mina
19:11. Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. 19:12 Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. 19:13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. 19:14 Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. 19:15 Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. 19:16 Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. 19:17 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. 19:18 Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. 19:19 Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. 19:20 Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. 19:21 Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. 19:22 Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. 19:23 Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. 19:24 Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. 19:25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. 19:26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. 19:27 Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."
Kita semua tahu bahwa Tuhan Yesus pernah dielu-elukan di Yerusalem bagaikan raja. Saat tersebut kita peringati sebagai Minggu Palem. Namun beberapa hari kemudian Dia dianiaya dan dibunuh di kayu salib bagaikan penjahat hina. Kita peringati sebagai hari Jumat Agung. Kemudian Dia akan bangkit dari kematian, setelah itu kembali ke surga.

Ada hal yang membingungkan antara sangkaan akan melihat Kerajaan Allah dan perumpamaan raja yang membagikan uang mina. Sepertinya Tuhan Yesus mengabaikan mereka yang menyangka bahwa sebentar lagi akan melihat Kerajaan Allah. Dia lebih menekankan bahwa setiap orang yang telah diberi harus bisa melipatgandakan pemberian itu. Yang penting setiap orang harus berkarya sesuai kemampuannya, menghasilkan buah walau sekecil apapun buah itu. Sang raja sedang pergi, namun kita tidak boleh berleha-leha menganggur dan tidak waspada. Setiap saat sang raja pasti akan kembali, entah kapan. Kita akan diminta pertanggung jawaban, apa yang telah kita hasilkan dari pemberian itu.

Perumpamaan sepuluh uang mina dan sepuluh hamba. Pada zaman sekarang ini mungkin kita bisa mengatakan bahwa kitalah yang menjadi hamba. Hamba yang harus melakukan karya, sesuai dengan tugas yang telah diberikan oleh Sang Raja. Yang diberikan kepada kita adalah uang mina. Uang seringkali kita kaitkan dengan berdagang sehingga uang itu menghasilkan keuntungan, berbunga dan berbunga. Berdagang adalah berkarya, berusaha sesuai kemampuan. Kemampuan setiap orang tidaklah sama, sehingga ada yang berlipat sepuluh ada yang berlipat lima. Semakin besar keuntungannya maka akan mendapat ganjaran semakin besar. Celakalah orang yang tidak mau berkarya dan menyembunyikan mina yang telah diberikan.

Dalam benak penulis selalu terlintas, mengapa Tuhan Yesus memakai perumpamaan membungakan uang? Dalam kehidupan kita sekarang ini, seringkali istilah membungakan uang itu berkonotasi tidak baik. Namun kita tahu juga bahwa yang namanya bank pekerjaannya membungakan uang dan kita terima juga. Yang dipersoalkan biasanya berapa besar bunga yang dikenakan, masih dalam tingkat wajar atau terlalu mencekik. Mungkin istilah keren membungakan uang bagi rentenir sekarang ini, disebut berdagang atau berjualan uang, yang caranya bisa macam-macam sesuai perkembangan ilmu dan teknologi.

Dalam perenungan diri, penulis mencoba membayangkan bahwa uang zaman dahulu berbentuk bulat tipis, hampir semodel dengan koin zaman sekarang. Mungkin saja bahwa uang mina mempunyai nilai tinggi namun masih dibawah uang talenta. Apakah tidak mungkin bahwa uang itu simbul dari iman dan perbuatan? Dilihat dari sisi kepala uang tersebut simbul iman, namun dilihat dari sisi ekor uang tersebut simbul perbuatan. Iman dan perbuatan harus menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisah. Iman itu sendiri sudah diberikan oleh Allah kepada semua orang yang pernah dan atau masih hidup. Dengan iman mestinya setiap orang semakin tumbuh berkembang, namun ada yang positif dan ada yang negatif. Semakin besar imannya maka akan semakin banyak karya perbuatan yang dilakukan, sehingga semakin bertumbuh berbunga dan berbuah. Semakin tidak berbuat maka iman itu sendiri juga tidak berkembang, jangan-jangan semakin lama disimpan malah berkarat dan keropos dimakan cuaca, kondisi dan keadaan.

Bisa kita bayangkan, bagaimana kalau uang tersebut diminta oleh sang pemilik, padahal sudah keropos. Bisa-bisa sang pemilik meminta dengan bunganya dan mengambil semua yang kita miliki sebagai denda.

Yang lebih mengerikan adalah pembalasan sang pemilik kepada musuh-musuhnya, yang tidak mau menerima keberadaannya sebagai raja. Mereka akan dibunuh di depan matanya yang tidak bisa ditolak. Dibunuh berarti mati yang tidak bisa hidup lagi alias kematian kekal. Dan yang membenci itu malah bangsanya sendiri, karena kekerasan hati, ketidak-percayaan, dan dianggap pesaing. Tuhan, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu akan apa yang mereka perbuat.

Yesus dielu-elukan di Yerusalem
19:28. Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. 19:29 Ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya 19:30 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari. 19:31 Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." 19:32 Lalu pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus. 19:33 Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" 19:34 Kata mereka: "Tuhan memerlukannya." 19:35 Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya. 19:36 Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. 19:37 Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang telah mereka lihat. 19:38 Kata mereka: "Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!" 19:39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu." 19:40 Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."
Kita mengenal peristiwa ini dan memperingatinya sebagai Minggu Palma, atau Minggu Palem. Tuhan Yesus menunggang keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang. Pasti murid yang diutus heran karena guru-Nya sudah tahu bahwa di sana ada keledai muda dan bingung karena yang punya tidak keberatan sama sekali. Kita bisa berandai-andai bahwa antara Tuhan Yesus dan si pemilik keledai sudah saling mengenal dengan baik. Namun anehnya, bagaimana Dia bisa tahu bahwa keledai tersebut belum pernah ditunggangi orang. Yang jelas, Dia mahatahu dan mahamelihat apapun yang belum terjadi.

Para murid memuji dan memuliakan Dia dengan penuh sukacita. Mereka telah melihat segala macam mukjizat, yang hanya bisa dilakukan oleh Anak Manusia dalam nama Tuhan. Dialah yang pantas menjadi Raja dalam nama Tuhan, yang harus dimuliakan di tempat yang mahatinggi. Dengan tulus dan sukacita, mereka menghamparkan jubahnya untuk dilewati Sang Raja. Mungkin Dia inilah yang ditunggu-tunggu untuk menjadi pemimpin dan pembebas dari penjajahan dan penderitaan. Pantas menjadi raja, nabi dan imam, menggantikan raja yang selama ini tidak mempedulikan nasib rakyatnya.

Namun ada saja yang tidak puas dan merasa risih mendengar pujian tersebut. Mungkin mereka berpikir kan masih ada raja Herodes yang berkuasa di Yerusalem. Jangan-jangan Herodes nanti marah apabila mendengar ada raja baru yang diproklamirkan oleh rakyatnya. Kalau hal ini dianggap sebagai kudeta, maka akan dicari siapa saja yang telah bersama dengan Sang Anak Manusia. Betapa kagetnya beberapa orang Farisi yang turut bersama mereka mendengar jawaban Tuhan Yesus. Pasti mereka tahu akan mukjizat yang telah dilakukan-Nya termasuk menghidupkan orang mati. Betapa akan terjadi kegegeran dan hebohnya suasana, apabila batu-batu mulai berteriak.

Dalam pemahaman penulis, sebenarnya banyak juga masyarakat yang mempercayai Dia sebagai utusan Allah. Namun mereka masyarakat biasa yang tidak mempunyai kekuatan untuk mendudukkan Dia sebagai raja Israel. Biarlah sehari itu untuk meluapkan rasa sukacita, memuji-muji dan memuliakan yang datang atas nama Tuhan. Paling tidak, masih ada banyak orang yang percaya dengan ajaran-Nya dan menjadi murid-murid selain para rasul.

19:41. Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 19:42 kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. 19:43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, 19:44 dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."
Kita bisa merasakan betapa sedihnya hati Tuhan Yesus melihat kota Yerusalem. Dia tahu persis apa yang akan terjadi dengan kota Yerusalem dan Bait Allahnya. Penyebabnya karena mereka tidak mengetahui bahwa Allah melalui Anak Manusia telah melawatinya. Kita bisa berandai-andai, apabila mereka tahu siapakah Tuhan Yesus dan mereka mau bertobat, kejadiannya bisa berubah. Damai sejahtera hanya dapat dicapai melalui pertobatan secara massal dan berubah. Kembali menjadi anak-anak Allah yang bisa saling berbagi, saling peduli serta saling lainnya

Mungkin masih banyak para murid-Nya yang menyaksikan hancurnya Yerusalem, dan mengakui bahwa hal tersebut sudah pernah dikatakan Sang Guru. Sejarah Israel kembali terulang apabila bangsa ini tegar tengkuk, menonjolkan kesombongan sebagai bangsa terpilih. Mereka akan tercerai berai seperti anak ayam kehilangan induk-Nya. Berkisar empatpuluh tahun kemudian, Yerusalem menjadi rata dengan tanah. Dihancur leburkan oleh tentara bangsa Romawi sehingga menjadi puing-puing berserakan.

Tegar tengkuk, keras kepala dan kesombongan rohani, menjadi halangan untuk melihat dan mengerti akan kehenak Allah yang sebenarnya. Biarpun dicelikkan matanya dengan segala macam kejadian yang mengherankan, tetap saja tidak bisa menerima. Malahan akan menyusun suatu argumentasi yang seakan-akan alkitabiah.

Betapa sedih melihat Bait Allah, dimana orang-orang berdatangan untuk mencari dan berdamai dengan Allah hancur lebur. Kemana lagi mereka akan mencari Allah jika tempat tersebut sudah tidak ada? Yang terbayang hanyalah orang yang tercerai berai, selanjutnya ratapan kesedihan, mengapa hal tersebut harus terjadi.
Yesus mensucikan Bait Allah
19:45 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, 19:46 kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." 19:47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, 19:48 tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Penulis mencoba membayangkan, bagaimana Tuhan Yesus dengan diiringi banyak orang masuk ke pelataran Bait Allah. Dilihatnya para pedagang berjualan segala macam, yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Mengapa mereka diusir oleh Tuhan Yesus? Malah dikatakan bahwa mereka menjadikannya sarang penyamun.

Kita hanya bisa memperkirakan bahwa banyak orang Yahudi datang ke Yerusalem, pasti ke Bait Allah. Mereka melakukan upacara korban sesuai tradisi yang berlaku. Pasti ada sesuatu yang dipersembahkan, tergantung dari ujub yang dikehendaki. Hal ini pasti tidak terlepas dari pandangan mata para pebisnis, bahwa banyak peluang yang dapat dimanfaatkan. Akan lebih afdol tak terbantahkan, apabila bisa bekerjasama dengan para penentu kebijakan peraturan, termasuk para imam. Para pedagang ini menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dan pasti memenuhi kriteria sah, layak dan pantas menurut pandangan para imam. Segala sesuatunya sudah dibicarakan terlebih dahulu dengan para penentu sah tidaknya suatu persembahan. Harga bisa kita bayangkan pasti lebih mahal dari harga-harga pada umumnya. Bisa jadi segala macam barang dan binatang persembahan yang dibawa dari rumah dinyatakan tidak memenuhi syarat, kurang begini dan begitu. Ujung-ujungnya harus membeli kepada para pedagang yang sudah ada. Mungkin juga berlaku ungkapan “sesama bis kota dilarang mendahului” untuk kelompok tertentu. Para peziarah diibaratkan masuk sarang penyamun karena segalanya harus dipatuhi, dirampok secara halus. Mungkin banyak orang menggerutu namun tidak bisa berbuat apa-apa. Siapakah yang berani menentang kalau semuanya sudah disetujui para penguasa Bait Allah?

Niat berdoa dengan sungguh-sungguh malah ternoda oleh rasa kesal dan gerutuan karena perbuatan para pedagang. Seiring berjalannya waktu karena sudah berpengalaman seperti itu, kemungkinan besar malah diambil hikmahnya saja. Datang ke Bait Allah tidak usah membawa apa-apa dari rumah, lebih praktis membawa uang saja walaupun mahal.

Pengalaman penulis sewaktu berziarah ke Israel, mengunjungi Gunung Tabor cukup mengagetkan. Penulis ngobrol dengan pedagang cinderamata secara umum saja, kemudian penulis berkata kepada saudara-saudara seperjalanan :”Ayo belanja, belanja!” secara bergurau. Sewaktu kami serombongan sudah naik bis kembali, ada pedagang yang mencari penulis di dalam bis dan memberikan cinderamata. Pedagang tersebut pasti hafal dengan penulis karena tandanya berbeda sendiri. Penulis selalu mengenakan peci hitam khas Indonesia, yang sering dianggap kopiah saudara kita yang beragama Islam. Demikian juga di gereja Lazarus, di sini para pedagang menawarkan imbalan apabila mengajak rombongan mau berbelanja kepada mereka. Paling tidak kita bisa memperkirakan bahwa harganya di atas harga wajar. Tinggal bagaimana kecerdikan tawar menawar saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar