Selasa, 01 Desember 2009

Memahami Matius Dari Penulis

Dari Penulis

"Inilah anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" (Matius 17:5, Markus 9:7, Lukas 9:35, Kisah 3:22). Kata-kata Allah Bapa "Dengarkanlah Dia" memberikan sentuhan mendalam dan ilham bagi penulis untuk merenungkan kata-kata yang "diucapkan" Tuhan Yesus.

Tulisan ini hanya mencoba memahami pesan dalam “kata-kata Tuhan Yesus” yang tertulis di Kitab Suci karangan Santo Matius, melalui permenungan pribadi. Permenungan orang awam yang tanpa didasari pemahaman teologi, ilmu Alkitab melalui bangku belajar. Membaca, merenungkan, membayangkan dan merenung lagi. Jadi, jelas akan bisa sangat berbeda dengan pemahaman orang lain, dari sudut pandang yang berbeda-beda, sesuai pengalaman hidup kita masing-masing.

Pemahaman ini hanya mencoba melihat pesan apa yang diberikan Tuhan Yesus kepada diri sendiri dan lingkungan untuk saat sekarang ini. Penulis betul-betul buta akan kehidupan sosial dan budaya pada zaman Tuhan Yesus, termasuk segala macam ungkapan yang berkembang pada waktu itu. Yang dapat penulis lakukan hanyalah mohon kepada Tuhan Yesus melalui Roh Kudus-Nya, agar dalam pemahaman ini dapat dibebaskan dari penyakit ego pribadi.

Pada awalnya tulisan ini hanya kumpulan renungan untuk keperluan lingkungan sendiri, namun karena adanya getok tular dari beberapa orang, maka terpaksa diperbanyak. Beberapa teman malahan menyarankan agar disusun dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang awam. Mau tidak mau pasti ada cuplikan tulisan, khotbah, rekoleksi atau pendalaman iman di paroki yang masuk dalam tulisan ini. Namun masih banyak hal-hal dalam pemahaman ini penulis mengalami kebingungan dan belum mengerti yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus. Oleh sebab itu bagi para pembaca yang dapat memberikan pencerahan kepada penulis, besar kemungkinan pemahaman ini akan mengalami banyak koreksi. Namun bagi mereka yang merasa ada persamaan, mungkin kita bersama-sama mengalami “sentuhan Tuhan” yang senada, sesuai pengalaman hidup kita.

Permohonan maaf sudah selayaknya penulis sampaikan, apabila dalam pemahaman ini ada yang merasa "tersinggung." Merasa diobok-obok yang belum tentu benar. Tidak ada sedikitpun perasaan dari hati yang terdalam untuk menyinggung dan menyalahkan seseorang atau kelompok. Penulis hanya mengajak melihat diri kita masing-masing dan bersama merenung bahwa kita bukan orang sempurna.

Juga mohon maaf apabila dalam tulisan ini penulis merasa harus dan terpaksa memasukkan beberapa pengalaman “komunikasi rohani” bersama teman-teman yang “agak berbeda.” Mungkin malahan kontroversi, omong kosong tidak sesuai Alkitab. Sentuhan Tuhan melalui komunikasi rohanilah yang mendorong munculnya tulisan ini. Penulis tetap mengimani bahwa Tuhan Yesus memang sungguh-sungguh Sang Juru Selamat. Dikatakan bahwa mengimani itu perlu berpikir dan bertanya, maka bagi yang tidak sependapat dengan pengalaman rohani ini anggaplah sebagai sisipan cerita ringan. Tulisan yang bukan sekelas the Da Vinci Code.

Tiada kata lain yang dapat disampaikan kecuali “terima kasih” kepada siapapun yang tergerak memberi masukan agar penulis” tidak tersesat” dari ajaran-Nya. Masih banyak hal bagi penulis yang menjadi ganjalan dan belum pecah meletup keluar. Jangan-jangan apabila meletus, untuk mengenal ajaran-Nya, tidak akan pernah tuntas sampai kiamat.

J. Darmono
Jalan Jatihandap no. 194/72 RT04-RW08
Kel. Jatihandap Kec. Mandalajati – Bandung, 40193
Tlp. 022-7201038 / 022-76110413(flexi)
Paroki Santa Odilia –Cicadas-Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar