Minggu, 06 Desember 2009

Memahami Lukas Bab2

Bab 2 - Kelahiran Yesus sampai umur duabelas tahun
Kelahiran Yesus
2:1. Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. 2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- 2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. 2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Kita bisa membayangkan bagaimana Yusuf dan Maria berangkat dari Nazaret menuju Bethlehem, yang melewati tanah gersang berbukit-bukit. Mereka berangkat menuruti pertintah penjajah, tanpa mengomel atau mencari alasan karena hamil. Perjalanan yang membutuhkan waktu berhari-hari karena jauhnya. Yang paling selamat dan aman adalah mengikuti aturan yang berlaku pada saat itu. Begitu sampai di Bethlehem, kemungkinan langsung mendaftarkan diri kepada petugas, setelah itu baru mencari penginapan. Nyatanya mereka berjalan dari satu rumah penginapan ke rumah penginapan yang lain tanpa hasil. Kita bisa memaklumi bagaimana penuhnya penginapan saat itu karena semua orang yang asalnya dari Bethlehem berdatangan dari seluruh penjuru. Orang Israel yang dijajah Romawi, mau tidak mau, suka tidak suka harus tunduk kepada perintah Kaisar Agustus.

Penulis mencoba membayangkan bahwa saatnya sedang musim panas, matahari pas di atas wilayah Israel. Perjalanan keluarga Yusuf pastilah tidak secepat keluarga yang lain karena Bunda Maria sedang hamil. Begitu memasuki Bethlehem atau Rumah Roti, semua tempat penginapan sudah terisi oleh pendatang yang sampai lebih dahulu. Dengan badan yang letih dan lesu, setelah segala urusan selesai, akhirnya prioritas pertama bapak Yusuf adalah mencarikan tempat istirahat sementara bagi Bunda Maria. Yang penting ada tempat untuk berteduh dan beristirahat sementara. Karena musim panas, maka banyak tempat berlindung yang ditinggalkan para gembala. Tempat tersebut untuk peristirahatan para gembala dan ternaknya dikala musim dingin. Pada musim panas, mereka mengembara di padang bersama domba-domba peliharaannya. Tempat yang ditinggalkan gembala itulah yang dituju oleh Yusuf, yang mungkin jaraknya tidak terlalu jauh dari kampung Bethlehem. Mungkin tempat tersebut seperti gua batu atau sering disebut groto.

Kemungkinan besar, setelah menemukan tempat sementara pada petang hari, Yusuf pergi lagi ke kampung Bethlehem untuk mencari tempat penginapan. Siapa tahu masih ada tempat yang kosong yang sebelumnya tidak terkunjungi. Belum ada tanda-tanda bahwa Bunda Maria akan melahirkan pada saat itu. Hitungan bulannya belum genap dan masih memungkinkan untuk melahirkan di Nazaret. Namun pada saat malam itulah terjadi misteri kelahiran bayi Yesus, dimana tidak ada seorangpun yang tahu. Kelahiran yang tersembunyi, biarlah semua orang mereka-reka menurut seleranya sendiri.

Sang Maha Kaya, Sang Maha Agung bersedia lahir di tempat yang begitu sederhana, sekelas dengan kandang hewan ternak. Lahir tanpa bantuan siapapun, tanpa diketahui siapapun. Sang Anak Manusia dengan rela merendahkan Diri serendah-rendahnya. Menjadi bayi yang dilahirkan di kandang, tanpa ditunggui sanak saudara. Begitu sepi, begitu terpencil dari orang lain. Mungkin bagi kita yang dipenuhi dengan gengsi saat ini akan berpikir, jangan sampai melahirkan anak di tempat yang tidak pantas. Betapa memalukan dan amit-amit jabang bayi. Kalau bisa, kita menginginkan tempat kelahiran anak kita di tempat yang wah. Rumah sakit yang hebat, dokter yang jempolan, kalau perlu direkam sedemikian rupa sebagai kenang-kenangan dan kebanggaan.

(Dalam komunikasi rohani yang kami alami dengan beberapa teman, kami dibikin kaget setengah mati. Tuhan Yesus berkenan hadir dan mengatakan bahwa Dia lahir pada tanggal tiga Maret tahun tiga sebelum Masehi. Hal tersebut kalau dihitung mundur. Dia lahir sekitar pukul sepuluh malam di padang luas (bulak amba) dan matahari sedang berada ditengah. Dia menyebutkan dirinya sebagai “anak lola, ora bapa ora biyung.” Dikatakan bahwa Bunda Maria mengandung hanya tujuh bulan dan kelahiran-Nya sendiri sudah seperti bayi tiga bulan. Dia tidak mempunyai pusar seperti umumnya bayi. Begitu lahir, Bayi Yesus langsung dipangku Bunda Maria. Dan saat kelahiran waktu itu bapak Yusuf tidak mendampingi, karena sedang pergi ke kota. Menurut hitungan Jawa, dikatakan bahwa kelahiran-Nya jatuh pada hari Sabtu Legi; Sabtu adalah Sabat harinya Tuhan, sedangkan Legi adalah hari pertama menurut hitungan Jawa. Karena bingung dan kaget, kami memohon untuk diberi simbul angka. Simbul yang terlihat adalah 03-03- -03.
Hal ini tidak perlu diperdebatkan, yang jangan-jangan malah membuat kita semakin jauh dari harapan Tuhan. Yang lebih penting bagi kita sekarang ini adalah bagaimana agar supaya Tuhan Yesus selalu ”lahir” di dalam hati kita. Dia mengajar atau mengingatkan kita untuk berani tidak menonjolkan diri karena pamrih, harapan akan sesuatu yang duniawi. Belajar menjadi seperti Dia yang berani tampil apa adanya.)
Para Gembala
2:8. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. 2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. 2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. 2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." 2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." 2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." 2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. 2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. 2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. 2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. 2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Para gembala sepertinya mewakili orang-orang kecil sederhana yang mendapat undangan khusus dari Tuhan. Bisa dimaklumi apabila rasa ketakutan menyelimuti mereka, jika secara tiba-tiba malaikat Tuhan hadir menemui mereka. Apalagi kemudian melihat pemandangan yang belum pernah mereka alami, dimana rombongan malaikat berbondong-bondong mengunjungi Sang Bayi dengan puji-pujian. Pasti ada peristiwa besar sedang terjadi di bumi ini, namun dunia mengacuhkannya karena mereka tidak bisa melihat tanda-tanda zaman.

Penulis membayangkan bahwa para gembala tersebut sedang berada di luar tenda sambil memandang langit yang bertaburan bintang. Mungkin mereka sedang ngobrol kesana-kemari atau membicarakan sesuatu. Karena di tempat terbuka yang begitu luas, mereka mendapat karunia dapat melihat para malaikat surga yang menyambangi Bayi Kristus. Tanpa karunia rasanya tidak mungkin dapat bertemu dan melihat langsung malaikat yang begitu kudus. Dan hebatnya mereka langsung percaya, serta bersepakat mencari dimana bayi yang dibungkus kain lampin itu berada. Biarlah semua ternak ditinggalkan dahulu di padang beristirahat dan yakin, pasti tidak akan terjadi apa-apa dengan ternak mereka. Kehadiran malaikat akan mengalahkan semua kekawatiran pada waktu itu.

Penulis mencoba membayangkan bahwa para gembala tersebut memerlukan waktu untuk mencari dimana seorang bayi terbungkus kain lampin di palungan. Namun sebagai gembala, mereka tahu tempat-tempat dimana mereka sering beristirahat diwaktu musim dingin. Paling tidak mestinya ada tanda-tanda khusus jika suatu tempat sedang dihuni manusia. Dan kata malaikat ternyata benar adanya. Mereka akhirnya menjumpai seorang bayi di palungan yang sedang ditunggui orang tuanya.

Seperti biasanya hampir semua orang yang mengalami sesuatu yang hebat, merekapun akan bercerita tentang pengalaman ditemui malaikat dan bagaimana pesannya. Betapa hati mereka dipenuhi rasa yang berkobar-kobar campur aduk menjadi satu. Betapa Allah telah mengirim Sang Mesias, Sang Juruselamat dan telah dibuktikannya. Dalam suasana yang begitu itu, hanya ada satu ungkapan yang bisa dilontarkan, yaitu mendaraskan pujian dan memuliakan Allah. Rasanya susah sekali menggambarkan suasana yang menggetarkan rohani. Pada saat yang seperti itu, untuk sementara waktu pasti akan melupakan yang berbau duniawi. Merekalah para saksi hidup yang mengalami sendiri bertemu dengan Sang Anak Manusia. Dan kemudian pasti terjadi cerita getok tular di antara mereka.

Bunda Maria sendiri sepertinya menjadi pendengar yang baik, akan cerita pengalaman para gembala. Sepertinya Bunda Maria begitu tenang hampir tanpa ekspresi yang menggelora. Tidak terlihat rona wajah yang menyiratkan kegembiraan, kebanggaan, keheranan ataupun kesedihan minta dikasihani. Semuanya diterima dengan wajar, yang mungkin wujud dari kesediaan dan kesetiaannya untuk menjadi Bunda Yesus Kristus. Apa yang terjadi, terjadilah. Disinilah penulis merasa bingung atau terheran-heran, siapakah sebenarnya Bunda Maria itu? Adakah seorang perawan di dunia ini yang pantas untuk menjadi ibunya Sang Mesias? Mungkin banyak orang baik, bersih hatinya selalu hidup suci, namun sekecil apapun pasti ada noda yang mungkin pernah timbul dari pikiran, walau tak terucapkan.

Bagi penulis, pastilah Bunda Maria sudah dipersiapkan secara misteri oleh Tuhan sendiri. Kalau Yoakhim dan Anna masih bisa diajak bicara, mereka berdua pasti bisa menceritakan bagaimana proses “kelahiran” Bunda Maria. Perawan Maria yang tercipta mulus tanpa dosa, Bunda segala bangsa. Bunda Maria yang menjadi pengantara kita kepada Allah di surga.

Penulis berandai-andai bahwa pasti dari gembala ada yang trenyuh atau iba menyaksikan keadaan keluarga bapak Yusuf di groto ini. Mestinya dari mereka ada yang mengajak untuk pindah ke rumahnya, atau malahan saling berebut menawarkan diri untuk disinggahi. Penulis tidak tahu apakah mereka pindah atau tetap disitu sampai pada waktunya. Jika para gembala bisa melihat dan mendengar kata malaikat, mestinya keluarga kudus itu bisa juga menyambut rombongan malaikat yang datang. Mungkin saja ada obrolan yang disampaikan para malaikat, untuk dilaksanakan.

Kita pernah membaca atau mendengar bagaimana tiga orang majus dari timur mencari dan bertemu keluarga kudus ini dalam suatu rumah (Mat.2:11). . Mereka menyembah dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur.

Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan tentang kelahiran Tuhan Yesus. Dia tidak lahir di suatu rumah pada umumnya. Dia dibungkus dengan kain lampin dan diletakkan dalam palungan. Palungan biasanya berhubungan dengan kandang untuk tempat makanan hewan ternak. Kandang dalam hal ini berbentuk gua-gua berlorong dalam bukit kapur, yang biasa dihuni oleh keluarga-keluarga miskin dan tidak mampu. Gua-gua tanpa hiasan apapun, karena memang begitu sederhana dan seadanya.

Para gembala berada di padang bersama ternaknya di waktu malam, yang dapat kita perkirakan bukan musim dingin, tidak bersalju. Perasaan penulis sewaktu berziarah ke sana, tidak menjumpai pohon cemara ataupun pinus di wilayah Bethlehem.
Yesus disunat, Simeon dan Hana
2:21. Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. 2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, 2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", 2:24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Adat atau budaya karena perjanjian antara Tuhan dan Abraham yaitu laki-laki harus disunat. Jadi sunat sendiri bagi anak laki-laki sudah ada sejak zaman Abraham. Hal tersebut dituangkan dalam Kitab Imamat. Mungkin yang membedakan dengan zaman sekarang ini, khususnya di Indonesia, anak disunat sudah mulai berumur lebih dari satu tahun. Penulis tidak tahu persis proses perubahan umur sunat bagi anak lelaki. Penulispun tidak tahu apakah sunatnya juga sama persis dengan zaman sekarang, yaitu memotong kulit khatan.

Nama Yesus dalam pemahaman penulis adalah tetengering urip, tetengering pepadhang, yang maksudnya tanda jalan kehidupan atau simbul jalan menuju terang. Hanya melalui Yesus Kristus kita bisa menuju hidup, menuju terang yang tidak akan mati.

Sebagai anak sulung laki-laki, mau tidak mau harus dikuduskan bagi Allah. Anak sulung laki-laki ataupun binatang ternak sulung jantan adalah milik Allah. Ini semua adalah budaya kaum Yahudi yang tetap mereka patuhi.

Yang menjadi pertanyaan penulis, pada waktu itu apakah semua anak sulung laki-laki harus dikuduskan di Yerusalem? Ataukah untuk tempat-tempat yang jauh dari Yerusalem, pengkudusan dapat dilakukan dimana saja? Atau, adakah batas umur tertentu untuk dikuduskan? Mungkin hanya sunat yang dapat dilakukan dimana saja, yang dihadiri oleh sanak saudara atau tetangga. Betapa berat bagi keluarga tersebut untuk melakukan perjalanan, agar sang anak sulung dapat dikuduskan pada waktunya. Bersyukurlah bahwa Bethlehem tidak begitu jauh dari Bait Allah yang di Yerusalem.

Jika penulis tidak salah memahami, pentahiran itu sendiri berlaku bagi Bunda Maria yang sudah melahirkan seorang anak laki-laki setelah empatpuluh hari. Jadi kemungkinan besar adalah sekalian jalan, pentahiran sang ibu dijadikan satu dengan pengkudusan anak sulung untuk diserahkan kepada Tuhan.

Kelihatannya istilah sunat agak berbeda pengertian dengan dikuduskan maupun pentahiran. Sunat berlaku bagi semua anak laki-laki, sedangkan pengkudusan hanya berlaku bagi anak laki-laki sulung. Pentahiran disini, berlaku bagi perempuan yang melahirkan dimana pada saat tersebut dianggap tidak suci karena leleran darah atau nifas. Jika anaknya laki-laki, pentahiran setelah empatpuluh hari; sedangkan bila anaknya perempuan, pentahiran setelah delapanpuluh hari. (Imamat 12)

Jika kita cermati lebih dalam, hal pentahiran ini tidak secara langsung berkaitan dengan boleh tidaknya hubungan suami isteri setelah empatpuluh hari melahirkan. Perempuan “dianggap” terlepas dari ketidak suciannya karena melahirkan, setelah melaksanakan korban penghapus dosa. Bukan berarti perempuan wajib dan layak melayani suaminya setelah pentahiran. Bagaimana kalau melahirkan anak perempuan? Banyak faktor yang harus dibicarakan bersama, antara suami dan isteri untuk hal tersebut.

Dari korban persembahan yang dilakukan oleh keluarga bapak Yusuf, kita dapat memperkirakan bahwa mereka termasuk keluarga miskin atau sederhana. Korban bakaran untuk bayi Yesus cukup hanya seekor tekukur atau anak merpati, bukan seekor domba umur setahun. Demikian juga untuk korban pentahiran atau penghapus dosa bagi Bunda Maria cukup seekor burung. Yang jelas bukan keluarga kaya yang mampu membeli seekor domba untuk persembahan. Jika mampu, pastilah bapak Yusuf akan membeli seekor domba. Betapa bahagianya seorang ayah apabila bisa memberikan suatu persembahan yang pantas, karena memang mampu untuk hal tersebut. Kita masih bisa berandai-andai, bahwa bapak Yusuf belum mempersiapkan diri untuk kelahiran yang begitu tiba-tiba, pada saat yang tidak diperhitungkan. Bekal yang tersedia hanyalah bekal untuk perjalanan pergi pulang karena perintah Kaisar Agustus.

2:25. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, 2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, 2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: 2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, 2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, 2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, 2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." 2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. 2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan 2:35 --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Karunia Roh Kudus kepada Simeon adalah suatu hal yang penuh misteri. Dia harus bertemu dahulu dengan Mesias, Yang Terurapi atau Kristus sebelum menghadap ke takhta Allah alias meninggal. Simeon seperti bernubuat tentang siapa dan bagaimana nantinya Bayi Yesus setelah dewasa. Sang Penyelamat atau Sang Terang bagi segala bangsa yang mestinya menjadi kebanggaan bagi kaum Israel. Namun kehadiran dan karyanya nanti akan menimbulkan pro dan kontra, yang membikin geger banyak orang maupun kelompok, bahkan bangsa-bangsa.

Kita bisa membayangkan bagaimana keheranan orang tua, apabila ada seseorang yang mengatakan bahwa anak kita akan menjadi begini atau begitu, yang menonjol diatas umum. Pikiran akal budi kita bisa membatin, orang itu asal omong agar dapat simpati atau malahan upah, atau betul-betul suatu ramalan murni dari hati sanubari. Apakah maksudnya dengan mengungkapkan hal tersebut? Jika bapak Yusuf dan Bunda Maria sudah bertemu dengan malaikat sendiri, mestinya mereka tidak akan heran. Yang mengherankan bagaimana Simeon dapat bernubuat begitu? Paling tidak, pada saat itu sudah ada beberapa orang yang mengetahui atau mendengar tentang Yesus Kristus yang sudah datang kedunia. Dalam tulisan Lukas ini paling tidak pada saat itu sudah ada beberapa gembala dan Simeon, yang tahu siapa sebenarnya bayi Yesus. Mungkin hanya karena perjalanan waktu saja, para saksi mata ini tidak mengetahui lagi keberadaan keluarga Yusuf. Mungkin mereka bertanya-tanya, kemana keluarga Yusuf ini bertempat tinggal setelah Sang Bayi menginjak dewasa.

2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, 2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. 2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. 2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. 2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Nabi Hana kelihatannya mengajar kepada kita untuk berani menyediakan waktu untuk berpuasa dan berdoa, selain beribadah. Betapa seorang perempuan tua yang menyadari bahwa umurnya tidak akan lama. Mau apa lagi, selain semakin mendekatkan diri kepada Allah. Ia juga seperti bernubuat tentang bayi Yesus yang akan melepaskan Yerusalem.

Pada saat itu, dimana Israel sedang dijajah oleh bangsa Romawi, jangan-jangan ucapan Hana dipahami sebagai lepas dari penjajahan. Bayi ini yang nantinya bisa diharapkan menjadi pembebas dari kekuasaan Romawi. Calon pemimpin duniawi yang siap melawan penjajah dan melepaskan diri dari belenggu menuju kemerdekaan.

Paling tidak, kita bisa melihat bahwa Simeon dan Hana adalah wakil dari orang-orang Israel yang masih berbakti kepada Allah dengan sepenuh hati, jiwa dan akalbudi, yang selalu menuruti dan melaksanakan hukum Taurat. Penulis mencoba membayangkan bahwa Hana boleh dikatakan berdiam di sekitar Bait Allah. Ia hampir selalu bertemu dengan orang-orang yang datang ke Bait Allah untuk melakukan ritual korban dengan ujub tertentu. Kemungkinan ia menghidupi dirinya dengan makanan yang diberikan para peziarah.

Jika kita membaca tulisan diatas, kelihatannya keluarga Yusuf tinggal di Bethlehem dan sekitarnya paling lama berkisar empatpuluh hari. Dari Bethlehem ke Yerusalem, terus sekalian melanjutkan perjalanan pulang ke utara, menuju Nazaret yang di Galilea. Yang menjadi pertanyaan dalam hati penulis, kira-kira kapan keluarga bapak Yusuf ini pergi ke Mesir untuk melarikan diri dari kejaran tentara Herodes. Hal ini kalau dikaitkan dengan tulisan Matius bahwa dari Mesir mereka melanjutkan perjalanan ke Nazaret di Galilea dan tinggal di sana.

Yesus di Bait Allah saat berumur duabelas tahun
2:41. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. 2:42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. 2:43 Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. 2:44 Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. 2:45 Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. 2:46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. 2:47 Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. 2:48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." 2:49 Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" 2:50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. 2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. 2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
Selama duabelas tahun keluarga Yusuf tidak ada kabar beritanya. Sepertinya pada masa tersebut segalanya adem ayem, tidak ada hal-hal menakjubkan yang terekam dalam cerita. Anak Manusia tumbuh berkembang seperti anak-anak sebayanya tanpa ada yang aneh, walaupun mungkin ada buku lain yang menceritakan kehebatan-Nya. Yang jelas setiap tahun mereka selalu pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Mereka pergi berombongan seperti biasanya, demikian juga anak-anak akan berkumpul dan bergurau dengan sebayanya.

Kita bisa merasakan kecemasan orang tua yang kehilangan anak. Biasanya kita saling berdebat antar suami isteri dengan perkiraan ikut ibu atau bapaknya. Atau malahan sedang dalam rombongan anak-anak muda seusia. Bagi bapak Yusuf dan Bunda Maria, yang menerima amanat dan titipan dari Tuhan Allah, sudah selayaknya kuatir akan Anak tersebut. Pikiran jangan-jangan, lebih besar mengisi benak daripada pikiran positif bahwa Dia pasti berada dan ada yang mengurusi di Yerusalem. Iya, kalau di Yerusalem. Lha kalau tidak berada disana, kemana lagi harus mencari?

Jika kita mendengar komentar Yesus kepada ibunya pada saat sekarang ini, pastilah kita akan menganggap bahwa anak tersebut kurang ajar. Jadi mestinya tidak usah dicari saja, dan biarkan saja tinggal di Bait Allah. Pasti tidak akan kekurangan sesuatu apapun. Hal ini mungkin suatu kesombongan rohani, mentang-mentang sudah pernah “ngobrol” dengan malaikat. Yesus muda sudah pasti bisa mandiri dimanapun Dia berada. Dan nyatanya selama tiga hari bisa ngobrol dengan para alim ulama Yahudi. Mereka malah terkagum-kagum akan Dia. Bisa kita bayangkan apabila kita yang tua-tua berkumpul bersama dan ditemani seorang anak sekolah dasar kelas enam. Sang anak bisa nyambung dengan segala macam topik yang sedang kita bicarakan. Pasti kita akan teheran-heran takjub. Akan jadi apa anak ini nanti?

Tetapi mungkin saja sebenarnya dialek pada saat itu, nada suara dan kata-kata yang diucapkan Yesus tidak sekasar itu bagi telinga mereka. Kita bisa mengandaikan orang Jawa Tengah yang baru mendengar pertama kali dialog orang sesama suku Batak dengan bahasa Batak. Jangan-jangan kita anggap mereka sedang bertengkar, padahal mereka hanya ngobrol biasa. Penulispun merasa yakin bahwa Bunda Maria dan bapak Yusuf dapat memaklumi akan kata-kata Yesus pada saat itu. Mereka berdua tahu pasti siapakah Yesus yang menjadi Anaknya di dunia ini.

Cemas, kawatir adalah bagian dari hidup kita, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Sangat sulit untuk pasrah total, apa yang akan terjadi, terjadilah. Mungkin saja kekawatiran tersebut tidak terucap dari mulut kita, seolah-olah kita begitu tegar dan yakin. Sewaktu masih sekolah, kita yakin bahwa kita bisa menjalani ujian karena sudah mempersiapkan diri, namun masih saja ada secuil kekawatiran sewaktu akan menghadapinya. Jangan-jangan yang keluar dalam soal ujian hal-hal yang tidak kita perkirakan.

Mungkin kita harus berani berpikir apabila menghadapi suatu permasalahan, kira-kira dampak negatif apa yang paling ekstrim akan terjadi. Siapkah kita menghadapi hal tersebut apabila terjadi? Jika kita merasa siap, mestinya tingkat kekawatiran tersebut bisa kita tekan sekecil mungkin. Setiap langkah yang akan kita perbuat pasti ada risikonya, apakah itu negatif atau positif menurut pandangan kita.

Namun, bagaimana pikiran kita saat itu kalau kita mendengar kata-kata bahwa Bait Allah adalah rumah Bapa-Nya Yesus? Berarti Yesus sendiri adalah Anak-Nya Allah. Sejak kapan orang berani bicara tentang Allah dengan sebutan Bapa? Kelihatannya baru Yesus pada saat itu yang mulai memperkenalkan bahwa Allah di surga dapat kita sebut Bapa. Mungkin yang kaget malahan para alim ulama, setelah mendengar kata-kata Yesus kepada orang tuanya. Ngomong apa anak pandai ini? Apa yang dimaksud dengan rumah Bapa?

Bunda Maria tetap menerima apa adanya dan menyimpannya dalam hati. Sepertinya Bunda Maria tidak pernah bercerita apapun kepada para tetangga maupun kerabatnya, karena memang tidak perlu untuk diomongkan. Biarlah semuanya menjadi pengalaman pribadi dan pada waktunya nanti akan diceritakan kepada orang yang membutuhkan.

Kemudian Lukas hanya menceritakan bahwa Yesus bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, semakin dikasihi Allah dan manusia. Hal tersebut menggambarkan bahwa Dia tumbuh besar seperti halnya anak-anak yang lain, yang berkelakuan sesuai dan seiring dengan ajaran Allah. Setelah itu tidak ada cerita lain lagi tentang Dia. Ngapain saja selama kurun waktu limabelas sampai duapuluh tahunan?

Untuk mengisi kekosongan waktu yang begitu lama, pastilah banyak orang yang merasa terpanggil untuk membuat cerita masa kecil dan masa dewasa Yesus orang Nazaret. Entah cerita itu benar atau salah, pasti ada bumbu-bumbu penyedap yang disajikan untuk pemikat sebagai daya tarik tersendiri. Karena belum berkarya secara nyata di hadapan khalayak ramai, maka ceritanya belum berkaitan dengan pengajaran rohani. Mungkin malah cenderung yang hebat penuh mukjizat, bahkan yang mistik penuh misteri diluar akal manusia. Penulispun merasa yakin bahwa Tuhan Yesus pasti pernah berbuat mukjizat sebelum berkarya secara nyata di hadapan khalayak ramai, sekecil apapun mukjizat itu. Mungkin perbuatan yang mengherankan pada waktu itu masih dianggap seperti kita melihat permainan sulap. Semua orang hanya merasa kagum dan berhenti sampai disitu, tanpa kelanjutan pemikiran apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar