Selasa, 01 Desember 2009

Memahami Markus Bab3

Bab 3 - Penyembuhan, duabelas murid, Beelzebul, dan Saudara-Nya

Yesus menyembuhkan di hari Sabat
3:1. Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. 3:2 Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. 3:3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" 3:4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. 3:5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. 3:6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
Kembali Tuhan Yesus ingin menekankan paradigma baru yang lebih baik dan benar. Dia bertanya singkat, mana yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat. Tetapi nyatanya semua orang diam. Berbuat baik mestinya menjadi bagian dalam perjalanan hidup ini, kapanpun dan dimanapun. Berbuat jahat sudah selayaknya tidak dilakukan, walaupun bukan hari Sabat. Orang awam yang tidak tahu persis dengan segala macam aturan, pasti akan setuju bahwa berbuat baik harus dilakukan kapan saja dan dimana saja. Apa lagi bagi yang sedang menderita dan membutuhkan pertolongan, pasti tidak akan melihat hari. Semakin cepat bisa ditolong akan semakin baik. Namun bagi orang yang sudah dicekoki sejak lahir akan segala macam dogma sampai mendarah daging, akan sangat sulit untuk menerima perubahan paradigma tersebut. Pokoknya hari Sabat tidak boleh begini dan begitu, titik.

Tuhan Yesus berani melawan arus demi kebaikan dan kebenaran yang diharapkan oleh Allah sendiri. Dan Dia siap menerima segala macam akibat dari apa yang dikatakan-Nya. Berbelas kasih melalui perbuatan nyata agaknya sejalan dengan ajaran mengasihi sesama, seperti mengasihi diri sendiri. Sepuluh Perintah Allah tidak ada embel-embel kecuali hari Sabat. Kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila seseorang mengalami musibah hampir meregang nyawa kehabisan darah dan pas jatuh hari Sabat.

Sampai sekarangpun penulis yang awam ini masih merasa bingung dengan sebagian perintah Gereja, “jangan melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari Minggu atau hari raya yang diwajibkan.” Apa yang dimaksud dengan pekerjaan yang dilarang tersebut? Banyak jawaban yang masih belum memuaskan, apalagi jika dilihat dengan situasi pada zaman sekarang ini.

Yesus menyembuhkan banyak orang
3:7 Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, 3:8 dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. 3:9 Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. 3:10 Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. 3:11 Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." 3:12 Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Kita bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yesus berperan sebagai Tabib, yang dengan suka rela penuh belas kasih menyembuhkan banyak orang. Berita getok tular begitu cepatnya menyebar ke segala penjuru. Yang namanya manusia, pasti mengharapkan kesembuhan dari segala macam penyakit yang diderita. Walaupun jauh, tetap saja upaya mencari Sang Tabib didahulukan agar cepat sembuh.

Di zaman sekarang, jangan-jangan hal tersebut dianggap sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan uang. Dengan berbagai macam alasan, dibuatlah kotak untuk menerima sumbangan bagi yang telah disembuhkan. Pasti banyak uang akan terkumpul. Yang lebih menomor satukan bisnis, malahan bisa dikenakan tarif tertentu. Yang disembuhkan pasti mau membayar. Beruntunglah Tuhan Yesus datang bukan untuk mencari uang, namun malah ditekankan perlunya pertobatan, maka dosanya akan diampuni. Tuhan Yesus yang mahakaya tidak membutuhkan segala macam isi duniawi ini.

Sepertinya ada suatu hal yang tidak disadari oleh banyak orang yang mencari Dia pada waktu itu. Omongan orang yang kerasukan roh jahat :”Engkaulah Anak Allah.” Mungkin saking inginnya untuk segera disembuhkan, mereka tidak begitu menghiraukan ucapan orang sinting yang aneh. Jika mereka menyadari akan teriakan orang yang kerasukan, mestinya mereka menyembah Tuhan Yesus atau penghormatan sesuai dengan cara mereka masing-masing. Nyatanya Tuhan Yesus tidak mau dikenal bahwa Dialah Putera Allah, dan melarang keras para roh jahat bicara seperti itu. Mungkin para roh jahat tersebut senang juga karena tidak memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Allah. Biarlah banyak orang tetap tidak mengerti bahwa Dia adalah Allah, dan masih bisa mengganggu mereka.

Kuasa penyembuhan yang keluar dari diri Tuhan Yesus tidak ada habisnya. Ada yang dijamah, diludahi, diusir roh jahatnya ataupun yang hanya menjamah jubahnya saja bisa sembuh. Iman kepercayaan dan usaha untuk bertemu dengan Dia yang akan menyembuhkan, karena Dia berbelas kasihan kepada umat-Nya. Tenaga-Nya seperti tidak mengenal lelah demi menyelamatkan orang yang membutuhkan-Nya.

Yesus memanggil kedua belas Rasul
3:13. Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. 3:14 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil 3:15 dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. 3:16 Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, 3:17 Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, 3:18 selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, 3:19 dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.
Dalam tulisan ini kita bisa memperkirakan bahwa tiga nama pertama, yaitu Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes memang agak dibedakan dengan yang lainnya. Andreas sebagai saudara Simon Petrus disebutkan belakangan, baru murid-murid lainnya. Demikian juga dengan Yudas Iskariot yang dituliskan paling belakang.

Kita pasti pernah mendengar atau membaca, bagaimana ketiga murid pertama mendapat pengajaran lebih dalam beberapa hal. Mungkin merekalah para rasul yang penuh dengan pengetahuan dan pengalaman rohani yang agak berbeda. Mereka yang diajak menemui anak Yairus, yang diajak naik ke gunung sewaktu Tuhan Yesus berubah rupa. Demikian juga sewaktu berdoa di taman Getsemani.

Yesus dan Beelzebul
3:20 Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makanpun mereka tidak dapat. 3:21 Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi. 3:22. Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." 3:23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? 3:24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 3:25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. 3:26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. 3:27 Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. 3:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. 3:29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." 3:30 Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
Tuhan Yesus yang datang membawa perubahan, sudah pasti ada kelompok yang merasa tidak senang. Orang-orang yang tidak siap dengan perubahan dengan gampangnya menyebut Dia sebagai orang gila. Mungkin karena telah berani melawan adat kebiasaan yang selama ini sudah dijalankan beratus-ratus tahun. Dalam pemikiran mereka, hanya orang yang bersekutu dengan roh jahat saja yang berbuat begitu.

Jangan-jangan banyak orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus menjadi bimbang karena hasutan para tokoh agama. Para tokoh agama yang selama ini mereka jadikan panutan dalam hal rohani bukannya berpihak kepada Tuhan Yesus, melainkan malah menjadi sandungan.

Tuhan Yesus memanggil mereka dan memberikan pengajaran dengan perumpamaan. Mungkin hampir sama dengan ungkapan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Hanya orang-orang yang kuat saja yang bisa mengalahkan roh jahat yang membelenggu dirinya. Kekuatan rohani ini yang sering diabaikan, sehingga kita terlena dan dikalahkan oleh kekuatan jahat. Sering tanpa kita sadari bahwa kekuatan doa mempunyai misteri kuasa yang mengherankan. Namun dalam kenyataannya kita tetap malas untuk berdoa. Kita terlalu mengharapkan hal-hal yang instan, sak deg sak nyet, kalau bisa ya sekarang dikabulkan.

Dan Tuhan Yesus sendiri sepertinya tidak marah, walaupun dilecehkan sedemikian rupa. Biarpun Tuhan Yesus dihujat, dia akan tetap mau mengampuni karena ketidak tahuan mereka. Namun ada satu hal yang mengerikan, menghujat Roh Kudus adalah kesalahan yang tidak terampunkan. Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri yang begitu kudus. Menghujat Roh Kudus sama artinya dengan meniadakan Sang Pencipta itu sendiri. Apalagi jika Roh Kudus disamakan dengan Roh jahat. Roh Kudus disamakan dengan Beelzebul sudah begitu keterlaluan, yang dampaknya begitu mengerikan.

Mungkin disinilah kita harus berhati-hati sekali sebelum menghakimi seseorang bahwa karyanya selama ini dibantu oleh kuasa Roh jahat. Paling aman adalah melihat buah-buah yang dihasilkan dari perbuatan tersebut. Karya dari Roh Kudus pasti membuahkan hal-hal yang baik dan benar. Buah-buah kasih dan persatuan yang menembus batas ruang dan waktu. Sedangkan karya dari Roh jahat pasti membuahkan hal-hal yang tidak baik dan tidak benar. Buah-buah kebencian, perselisihan dan peperangan, keserakahan dan kejahatan dan sejenisnya.

Batu sandungan yang sering muncul adalah, kita sering merasa lebih tahu dari “katanya.” Entah itu dari katanya guru atau dosen ataupun buku-buku wajib, padahal belum pernah mengalami sendiri hal yang begitu misteri. Dari kumpulan katanya, kemudian disusunlah menjadi suatu ajaran dan dijadikan dogma. Semua hal diluar dogma tersebut, dianggap tidak benar. Orang awam yang mengalami peristiwa aneh penuh misteri akan menceritakan pengalamannya seperti apa adanya. Akan menjadi konyol dan ragu-ragu bagi yang bersangkutan, apabila pengalamannya tersebut tidak ada dalam dogma. Tanpa bisa meraba rasakan pengalaman tersebut, jangan-jangan dengan gampangnya kita terus menghakimi bahwa itu kuasa Roh Kuda, tidak mungkin itu dari kuasa Roh Kudus.

Sepertinya karya Roh Kudus diatur dan ditentukan oleh manusia, yang harus begini dan begitu. Diluar itu langsung dicap bahwa bukan karya Roh Kudus. Kita sering lupa bahwa Allah Mahakuasa yang bisa berbuat apa saja seturut kehendak-Nya. Istilahnya ya suka-suka Tuhan mau berbuat apa. Yang aneh, yang tidak umum, yang tidak mungkin, atau malah yang begitu sepele, ya terserah Tuhan.

Mungkin kita perlu bertanya kepada diri sendiri, pernahkah kita mengenal seperti apa itu Roh Kuda (roh jahat) dan seperti apa itu Roh Kudus. Pengalaman pribadi apa yang telah kita lalui, bahwa itu kuasa Roh Kudus. Dan apa yang kita alami sewaktu roh kuda berkarya. Yakinkah kita bahwa itu kuasa Roh, atau malahan itu kuasa yang kita rekayasa sendiri.

Yang jelas dan perlu kita renungkan adalah menghujat Roh Kudus berarti berbuat dosa kekal. Hal ini sama dengan menghilangkan Roh Kudus dengan kuasa-Nya, yang sama dengan menghilangkan Allah yang begitu misteri dan tak terjangkau. Hal ini mungkin perlu perhatian khusus bagi para hierarki, untuk menjelaskannya kepada umat awam, bahwa ada dosa yang tak terampunkan.

Yesus dan sanak saudara-Nya
3:31. Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. 3:32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." 3:33 Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" 3:34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 3:35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Dalam pemahaman penulis, apabila jawaban Tuhan Yesus itu diterima dengan akal kita, betapa kurang ajarnya Dia kepada ibu dan saudara-Nya. Logikanya, ibu dan saudara-Nya yang diluar mestinya tidak mendengar apa yang dikatakan Tuhan Yesus. Suasana begitu banyak orang, dimana ada yang berkomentar melecehkan ataupun yang mengangguk-angguk, mungkin juga malah saling berbisik namun keras.

Disini mungkin kita harus membayangkan situasi pada waktu itu yang begitu ramai, termasuk Dia dianggap kerasukan penghulu setan, ataupun kurang waras. Dia sedang serius membicarakan yang begitu rohani, dan hal ini sangat penting. Berbicara mengenai Roh Kudus dan roh jahat, dosa yang terampunkan maupun yang tidak terampunkan, sangatlah penting bagi semua orang.

Mungkin malah kebetulan dimana ibu dan saudara-Nya datang. Tuhan Yesus semakin menekankan bahwa berbicara yang rohani, tidak ada hubungannya dengan pertalian darah yang jasmani. Siapapun yang melakukan kehendak Allah, berarti sudah berniat untuk terikat oleh tali kasih yang ditawarkan Tuhan Yesus. Ikatan-ikatan kasih tersebut akan membentuk suatu keluarga besar, menjadikan mereka bersaudara dalam Tuhan. Tuhan Yesus menyebutkan bahwa merekalah saudara-Nya laki-laki maupun perempuan, dialah ibu-Nya. Tuhan Yesus tidak menyebutkan bapak-Nya atau ayah-Nya, karena Bapa-Nya hanya satu yaitu Allah Bapa yang di surga. Allah Bapa kita semua. Dalam Dia kita menjadi saudara, yang taat dan harus melakukan segala kehendak-Nya. Menjadi keluarga besar menembus batas ruang dan waktu, yang mungkin sering kita sebut sebagai Gereja yang satu.

Pertalian darah hanyalah ikatan saudara yang duniawi dan tidak merubah apa-apa, selama tidak mau berubah. Dalam pertaliah darah yang duniawi, kadang-kadang malah menimbulkan perang saudara, perang keluarga karena keberpihakan. Kita sering mendengar bagaimana terjadi perang saudara karena berebut warisan dunia. Warisan yang berujud harta benda ataupun warisan kedudukan dalam suatu kerajaan.

Persaudaraan abadi yang diharapkan Tuhan Yesus lebih dari itu. Persaudaraan yang sudah tidak membeda-bedakan, apakah itu pertalian darah, suku, ras, bangsa, kasta, warna kulit atau apapun. Mungkin kita pernah mendengar lagu “dalam Kristus kita bersaudara.” yang menembus batas ruang dan waktu tadi.

Dalam kehidupan sehari-hari, nyatanya kita sering lupa dengan Gereja yang satu tersebut. Begitu keluar dari gereja atau tempat peribadatan, kita sering kembali menjadi manusia dunia. Persaudaraan dalam Kristus sudah hilang dari ingatan kita, yang mungkin hanya ada di bibir saja. Di dalam gereja bersalaman sebagai saudara, begitu keluar sudah tidak peduli karena sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Tuhan, ingatkanlah aku selalu, bahwa mereka semua saudaraku dalam keadaan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar