Senin, 07 Desember 2009

Memahami Lukas Bab8

Bab 8 Perumpamaan, Meredakan Angin Ribut, Menghidupkan Orang mati
Perempuan-perempuan yang melayani rombongan Yesus
8:1. Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, 8:2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, 8:3 Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
Dari ayat di atas, kita bisa memperkirakan bahwa Tuhan Yesus berkarya dari satu tempat ke tempat lainnya, tidak hanya bersama para rasul. Masih ada beberapa orang termasuk perempuan yang dengan suka rela mengikuti rombongan tersebut. Tersirat bahwa banyak perempuan kaya yang bertobat mengikuti rombongan ini, dan mereka merelakan kekayaannya untuk dimanfaatkan bersama.

Kita bisa membayangkan bagaimana para perempuan menyiapkan keperluan sehari-hari untuk kebutuhan mereka bersama. Yang laki-laki sesuai “kodratnya” berkarya dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Mereka bagaikan keluarga besar yang selalu berkelana untuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah.

Penulis tidak tahu persis siapakah Yohana dan Susana, kecuali bahwa mereka disembuhkan. Perkiraan penulis saja bahwa Maria Magdalena dulunya seorang pendosa yang terkenal. Dosa tersebut digambarkan dengan kerasukan tujuh roh jahat, sebagai ungkapan betapa berdosanya dia. Tujuh adalah angka yang mengungkapkan betapa besar atau betapa banyak. Orang Jawa khususnya Solo mengenal istilah “ping pitulikur (27)” yang berarti berkali-kali sampai tak terhitung.
Perumpamaan tentang Seorang Penabur
8:4. Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: 8:5 "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. 8:6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. 8:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. 8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. 8:10 Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. 8:12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. 8:13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. 8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. 8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
Menurut pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus lebih condong untuk selalu memberikan perumpamaan. Biarlah setiap orang mencoba untuk menafsirkannya, sesuai kemampuan masing-masing. Intinya Tuhan Yesus berbicara tentang benih yang ditaburkan dimana-mana. Terus ungkapan siapa bertelinga hendaknya mendengar, yang rasanya mengajak kita untuk lebih merenungkan dengan hati. Penulis tidak tahu mengapa rahasia perumpamaan tersebut hanya diberikan untuk para murid. Segalanya seperti tersembunyi walaupun kelihatan, dan pada saat itu banyak orang mungkin tidak mengerti maksudnya.

Jangan-jangan banyak orang malah berpikir, mengapa si penabur tidak langsung ke ladang saja. Di ladang sudah pasti tanahnya baik dan dipersiapkan dengan matang. Kalau hanya asal menabur, siapapun pasti bisa. Jika penulis hidup di zaman waktu itu, pasti ikut berpikir dan bertanya, apa maksudnya? Apakah kita diajak untuk menyimpulkan, bahwa jangan seperti si penabur yang asal menyebarkan benih di segala tempat. Dan nyatanya kesimpulan ini sangat berbeda dengan maksud perumpamaan yang dikehendaki Tuhan Yesus.

Firman Allah dan manusia, dimana manusia dibagai dalam empat jenis atau golongan. Marilah kita akui dengan segala kejujuran, kita termasuk golongan yang mana untuk saat ini? Jika bukan termasuk golongan tanah yang baik, masih ada kesempatan untuk memperbaikinya, selama masih ada tanahnya.

Mengolah tanah berbatu sedemikian rupa, yang mungkin memerlukan waktu proses cukup lama. Zaman sekarang, batu-batu masih bisa diambil dan dikumpulkan. Bisa dijual atau malahan untuk pondasi bangunan dan pagar. Setelah itu segala macam semak duri dicabut sampai ke akar-akarnya, dikeringkan dan dibakar sehingga mati. Kemudian dipasang pagar pelindung dengan harapan, agar tidak terinjak orang yang lewat, tidak terhimpit onak duri. Pengolahan tanah tersebut masih memerlukan siraman air secara berkala.

Penulispun mengakui bahwa melawan rerumputan semak dan duri nyatanya begitu sulit. Kelihatannya seperti sudah bersih namun, begitu datang hujan mereka sudah tumbuh lagi. Selama masih ada akar dan bonggol rumput yang tertinggal, maka pada waktunya ia akan tumbuh kembali.Rasanya begitu sulit melawan kekuatiran yang sering menghantui, khususnya dalam menjalani kehidupan ini. Sadar tidak sadar, kita begitu terikat dan terbelit oleh akar-akar kekayaan dan kenikmatan dunia. Inilah nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat umum dan kita tidak bisa mengingkarinya.

Dalam banyak hal apabila kita dihadapkan kepada dua pilihan prioritas, kita hampir selalu memilih alternatif lain di antara dua pilihan tersebut. Kita merasa lebih aman bila bisa memilih antara ya dan tidak, padahal semuanya memiliki risikonya masing-masing. Memilih jalan tengah yang kelihatannya mendapat hak lebih, dibandingkan dengan kewajiban yang bisa ditawar.

Mari kita renungkan bersama, apabila kita berkeluarga dan mempunyai anak. Apa dulu yang kita harapkan kepada anak tersebut kalau nanti sudah besar? Kita sekolahkan supaya menjadi anak pintar, kemudian bekerja dengan pendapatan yang berkecukupan. Bisa memberikan kebanggaan, mengangkat nama bagi orang tua. Mungkin harapan yang ini malah menjadi prioritas yang ke sekian; semoga menjadi anak yang saleh, selalu berbuat baik dan benar. Bekerja menjadi apapun tidak ada masalah, selama bisa menikmati dan mensyukuri hidup dengan penuh sukacita dan bahagia. Kita hampir pasti tidak pernah mengharapkan anak kita menjadi (maaf) tukang becak, kuli angkut, pembantu dan sejenisnya. Kita sudah membikin kasta-kasta yang diukur dengan tingkat kehidupan, kemapanan, keberhasilan dan sebagainya.

Dari dua pilihan tersebut, pada umumnya kita akan cenderung memilih menjadi anak yang pintar, berkecukupan, dihormati dan disegani. Kehidupan rohaninya juga memadai sesuai aturan yang berlaku. Ekstrimnya, hidup kaya raya bahagia dan mati masuk surga.

Perumpamaan tentang Pelita
8:16 "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. 8:17 Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. 8:18 Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."
Perumpamaan ini bagi penulis cukup sulit memahaminya. Cahaya pelita memang kita harapkan untuk dapat menerangi suatu ruangan. Karena dari cahaya tersebut, kita bisa melihat apapun yang tidak tersembunyi. Dalam kegelapan di waktu malam, kita tidak bisa melihat apa-apa, kecuali merasakan atau sedikit bayangan karena sudah hafal dengan ruangan tersebut. Mungkin agak berbeda apabila didalam suatu rumah lampu kita matikan, dan lampu luar kita nyalakan. Harapannya kita bisa melihat apapun yang ada di luar rumah dan yang diluar tidak bisa melihat keadaan di dalam rumah. Cahaya dari luar rumah masih bisa kita manfaatkan untuk melihat situasi dalam rumah.

Karena cahaya, kita bisa melihat sekitar kita, kita melihat orang lain sedang berbuat apa. Semakin kuat terang cahaya tersebut, maka semakin jelas apa yang kita lihat. Yang tadinya begitu samar-samar menjadi semakin kelihatan nyata. Seakan-akan tidak ada yang tertutupi atau tersembunyi. Segalanya menjadi begitu terbuka, jelas, gamblang.

Pelita bisa menyala terus apabila ada tersedia minyak yang menjadi inti munculnya cahaya pelita tersebut. Tanpa minyak maka sumbu pelita akan terbakar habis dan mati. Dalam pemahaman penulis, minyak itulah simbul firman Tuhan yang harus kita proses sedemikian rupa sehingga menjadi cahaya. Kita membutuhkan “Cahaya” itu di dalam hati, jiwa dan akalbudi kita. Semakin terang cahaya itu merasuki diri kita, maka mestinya semakin terbukalah segalanya yang selama ini tidak kelihatan. Malahan yang selama ini kita coba untuk ditutup-tutupi, kita sembunyikan, semakin terlihat nyata. Cahaya itulah yang harus dikeluarkan agar orang lain dapat ikut menikmatinya.

Perhatikanlah cara kamu mendengar. Kelihatannya cara mendengarpun ada tingkatannya yang perlu kita perhatikan. Mendengar dengan telinga saja tidak cukup, karena ada ungkapan mendengar di telinga kanan keluar di telinga kiri. Mungkin Tuhan Yesus meminta kepada kita untuk belajar mendengar firman-Nya dengan hati, jiwa dan akalbudi yang bening. Dirasakan, direnungkan, dihayati, dimengerti, dipahami dan dilaksanakan atau diamalkan melalui perbuatan secara nyata.

Semakin kita memahami dan menghayati, maka sepertinya kita semakin haus dan lapar. Kehausan dan kelaparan tersebut seakan-akan dimanjakan karena selalu diberi. Mungkin inilah yang disebut berkelimpahan sejati. Penulis merasa yakin walaupun tidak bisa membuktikannya bahwa berkelimpahan disini lebih ditekankan kepada yang rohani. Apabila hati jiwa dan akalbudi yang tidak kasat mata ini bisa menyatu menuju yang rohani, maka yang jasmani hanya membutuhkan secukupnya saja.

Yang tidak mempunyai malah akan diambil semuanya, termasuk yang dianggap ada padanya. Sepertinya suatu ungkapan peringatan yang cukup menakutkan, kebalikan dari yang tertulis diatas. Kita bisa membayangkan ungkapan “gelap mata” yang kurang lebih buta segala-galanya. Yang kelihatan karena adanya cahaya seakan-akan sudah tidak kelihatan lagi. Apalagi kalau berada di kegelapan yang begitu pekat, segalanya akan menjadi hitam kelam, buta total walaupun mata terbuka untuk mencoba melihat.

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan ilmu padi yang kalau semakin banyak buahnya akan semakin menunduk. Banyak orang bijak yang mengatakan bahwa semakin belajar mengetahui sesuatu maka akan semakin tidak tahu karena kedalamannya tidak terukur. Namun banyak orang merasa sok tahu seperti penulis, padahal hanya tahu sedikit sekali. Jangan-jangan orang bijak hanya tersenyum saja melihat kesombongan yang sok tahu ini. Nyatanya penge-tahu-an itu sendiri berproses dan bertahap-tahap.

Supaya terang cahaya itu dapat menyebar luas, maka diperlukan kaki dian. Kita bisa membayangkan kaki dian pada zaman dulu, yang ditopang dengan tiga kaki agar tidak terguling. Nyatanya dalam hidup ini kita juga selalu bertopang kepada Tuhan Yesus, Bunda Maria maupun para kudus dan malaikat. Mungkin juga ada yang berpendapat bahwa topangan kita hanya Allah Tri Tunggal Yang Maha Kudus. Yang jelas tanpa kaki dian tadi kita akan terguling, yang jangan-jangan malah akan membakar seluruh isi rumah.

Dalam pemahaman penulis yang lain, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa semuanya harus ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan. Memang Tuhan Yesus kita yakini maha kuasa, yang bisa berbuat apa saja seturut kehendak-Nya. Namun sebagai manusia sejati, Dia berkehendak melibatkan semua orang. Cahaya-Nya akan semakin terang menyinari apabila kita semua ikut mengangkat-Nya ke atas. Semua berpartisipasi, maka Tuhan akan menyelesaikan sisanya.

Penulis teringat akan pesan Bunda Maria di Medjugorje maupun pesan Tuhan Yesus melalui Vassula. Kita diminta bahkan dimohon dengan sangat agar mendoakan Rusia agar kembali ke pangkuan-Nya. Sepuluh tahun kemudian terjadilah perubahan yang begitu misteri, Rusia bisa berubah. Kemudian mereka berdua juga meminta agar kita mendoakan Amerika yang sudah menciptakan allah-allah lain dan berpaling dari padanya. Penulis pribadi meyakini bahwa hancurnya WTC pada tanggal 11 September 2001 atas kehendak-Nya. Dan itulah bagian misteri karya Allah yang tidak mungkin untuk dijelaskan.
Yesus dan Saudaranya
8:19 Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. 8:20 Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." 8:21 Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
Ayat ini bisa dimaklumi apabila menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Bagi penulis sendiri Bunda Maria adalah perempuan yang suci tanpa cela, yang tetap hidup suci sebagai Bunda Allah. Perempuan yang tidak lagi memikirkan hubungan nafsu badani karena alasan kebutuhan biologis. Mungkin hanya kita saja yang menyama-ratakan, mensejajarkan Bunda Maria dengan kita; orang biasa yang masih dipenuhi dengan segala macam nafsu. Padahal kita tahu bahwa Bunda Kita bukan orang biasa namun yang terpilih, lebih dari segala-galanya.

Saudara tidak selalu berarti masih satu keturunan satu bapak dan atau satu ibu. Keponakan dari bapak atau dari ibu, juga masih saudara. Kita bisa membayangkan Bunda Maria sewaktu mengunjungi Elisabet saudaranya. Berapa puluh tahun perbedaan usia kedua perempuan tersebut?

Mungkin kita perlu membedakan antara yang rohani dan yang jasmani, yang surgawi dan yang duniawi. Menurut pemahaman penulis, Tuhan Yesus pada waktu itu lebih menekankan keluarga yang rohani yang surgawi, yang menerima firman Allah dan melakukannya. Bukan keluarga dari satu hubungan darah dan daging yang begitu jasmani.

Kita bayangkan pada saat itu Tuhan Yesus sedang mengajarkan firman Allah. Saat itu suasananya begitu serius, penuh dengan aroma rohani. Tuhan Yesus berharap agar semua orang mau menjadi keluarga besar dalam kerajaan-Nya. Menjadi satu keluarga yang dipertalikan oleh pertobatan melalui perbuatan melakukan firman Allah. Kemudian ada orang yang menyela memberitahukan sesuatu yang juga berhubungan dengan keluarga. Disinilah Tuhan Yesus malah semakin menekankan arti keluarga yang Dia harapkan. Tuhan Yesus sebagai kepala keluarga dan kita semua diharapkan menjadi anggota tubuh-Nya. Setiap titik dari anggota tubuh ini mempunyai nilai guna masing-masing, yang tidak bisa disama ratakan.

Jelas, Tuhan Yesus sangat mengasihi Bundanya maupun saudara-saudara yang lain. Kita diajar untuk lebih menghayati perbedaan makna saudara sedarah-daging dan saudara seiman, sebagai pelaku firman Tuhan. Hubungan sedarah bisa pecah berantakan dan terjadi perang saudara. Hubungan saudara karena seiman, se -pelaku firman, malah mempersatukan yang tadinya tidak saling mengenal.
Angin Ribut diredakan
8:22. Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka. 8:23 Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. 8:24 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh. 8:25 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?"
Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus sepertinya sengaja mengajak para murid untuk menyeberangi danau Galilea. Dan dengan sengaja pula Dia tidur seperti orang kelelahan. Tuhan Yesus kepada khalayak ramai tidak ingin memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah. Namun kepada para murid-Nya Dia ingin menguji, sampai seberapa besar iman kepercayaan mereka. Masih bimbangkah mereka bahwa gurunya betul-betul maha kuasa terhadap apa saja? Yakinkah mereka bahwa bersama Sang Guru pasti akan selamat, tidak ada yang perlu dikuatirkan?

Nyatanya ketakutan masih juga menghinggapi mereka, padahal kebanyakan adalah nelayan yang sudah berpengalaman. Mestinya diantara mereka sudah bisa dan mampu memperkirakan cuaca seperti apa yang mengakibatkan badai. Angin taufan yang sekonyong-konyong datangnya mungkin diluar perkiraan, atau malahan dapat dianggap aneh yang mengerikan. Badai tersebut sudah diluar kemampuan mereka untuk mengatasinya. Dalam ketakutan luar biasa karena merasa akan binasa, satu-satunya jalan hanya pasrah kepada Sang Guru.

Kita bisa memperkirakan bahwa para murid masih menganggap gurunya hanya orang biasa, namun mempunyai ilmu kesaktian yang hebat. Mereka pasti tahu dongeng nabi Musa dengan tongkatnya ataupun nabi Elia dan nabi Elisa dengan jubahnya. Sang Guru ini tidak menggunakan apapun, namun cukup dengan perkataan saja segalanya menurut. Rasanya belum pernah ada seorang nabi yang kehebatannya seperti Sang Guru. Mereka masih berpikir dan bertanya, siapakah gerangan Dia sebenarnya. Belum terpikirkan dan tidak bisa masuk kedalam benak mereka bahwa Anak Manusia adalah Allah sejati yang hadir sebagai manusia.

Pada zaman sekarangpun pasti akan sangat sulit untuk mempercayai, apabila sekonyong-konyong Tuhan Yesus hadir di hadapan kita. Masa iya, Tuhan Yesus sudi dan berkenan melawat umatnya yang penuh dosa. Pasti roh lain yang mencoba mengganggu dan mengaku-aku sebagai Dia. Repotnya lagi, tidak semua orang dapat melihat-Nya, hanya yang diberi karunia saja yang bisa mendengar dan melihat. Misteri penglihatan tersebut pasti sulit untuk dipercayai, apalagi dibuktikan secara ilmiah. Namun kalau kita renungkan, nyatanya Tuhan Yesus menembus segala macam teori yang berlaku. Ya suka-suka Tuhan saja, apabila memang dikehendaki-Nya.

Satu hal yang menjadi pegangan penulis, selama mau dekat dan pasrah kepada-Nya, mengapa mesti kawatir akan segala hal. Jika kita mau ketempatan Roh-Nya dan Dia bersama kita, yang jahat pasti akan pergi menjauh.
Mengusir Roh Jahat di Gerasa
8:26 Lalu mendaratlah Yesus dan murid-murid-Nya di tanah orang Gerasa yang terletak di seberang Galilea. 8:27 Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan. 8:28 Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." 8:29 Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu, tetapi ia memutuskan segala pengikat itu dan ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang sunyi. 8:30 Dan Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan. 8:31 Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut. 8:32 Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka. 8:33 Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. 8:34 Setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa yang telah terjadi, mereka lari lalu menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. 8:35 Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. 8:36 Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu memberitahukan kepada mereka, bagaimana orang yang dirasuk setan itu telah diselamatkan. 8:37 Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus, supaya Ia meninggalkan mereka, sebab mereka sangat ketakutan. Maka naiklah Ia ke dalam perahu, lalu berlayar kembali. 8:38 Dan orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia diperkenankan menyertai-Nya. Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kata-Nya: 8:39 "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya.
Kita bisa membayangkan seseorang yang kerasukan roh jahat, yang mempunyai kekuatan tenaga tidak seperti biasanya. Apalagi kalau roh jahat yang merasukinya bukan hanya satu atau dua, tetapi banyak sekali. Rantai dan belenggu yang memasungnya dapat diputuskan, yang dapat membikin semua orang ketakutan. Untunglah ia lebih senang tinggal di pekuburan dan tempat sunyi. Daerah pekuburan dan tempat-tempat sunyi sampai sekarang ini masih dirasakan oleh banyak orang sebagai tempat yang membikin bulu roma berdiri. Tempat yang sering membuat merinding, apalagi diwaktu petang sampai malam hari.

Kita bisa membayangkan bagaimana wajah para murid, ketika mendengar ucapan orang yang kerasukan setan tersebut. “Yesus Anak Allah yang Mahatinggi” sepertinya menjawab pertanyaan yang mereka lontarkan sewaktu masih di dalam perahu, setelah badai diredakan. Roh jahat bahkan lebih mengenal siapakah sebenarnya Yesus, dibanding para murid yang masih bingung dalam kebimbangan. Dan para roh jahat tersebut nyatanya takut serta memohon jangan dimasukkan ke dalam jurang maut. Mereka bersedia diusir dari tubuh manusia, dan memohon boleh pindah ke babi piaraan. Yang ditakuti oleh para roh jahat adalah apabila dimasukkan ke dalam jurang maut. Jurang ini mungkin lebih kita kenal sebagai neraka api kekal, yang tidak seorangpun bisa lepas dari tempat ini. Penderitaan abadi yang tidak berkesudahan, pasti mengerikan.

Disini kita diajar betapa Tuhan Yesus sangat mengasihi manusia. Satu jiwa manusia lebih berharga dibandingkan sekawanan babi. Kitapun mendapat tugas pewartaan untuk membawa jiwa-jiwa kembali ke pangkuan Tuhan, malalui proses perubahan dan pertobatan. Perubahan menjadi lebih baik dan benar memang tidak segampang seperti yang kita ucapkan. Namun roh kecil yang ditanamkan oleh Tuhan ke dalam diri kita, tahu persis mana yang baik dan benar, maupun sebaliknya. Kita tidak bisa mengingkari bahwa ada juga rumput ilalang yang masih hidup di dalam diri kita. Disinilah kita harus selalu rajin menyiangi ilalang agar jangan sampai membesar.

Dalam kehidupan sehari-hari, malahan seringkali kita menghargai binatang bisa sebegitu mahalnya. Nyawa manusia bahkan kadang-kadang dirasakan begitu murah. Tanpa menyalahkan siapa-siapa, kita bisa melihat atau mendengar bagaimana nilai seekor anjing, kuda, domba aduan, burung perkutut, ikan, bahkan termasuk jenis tumbuhan sebegitu mahalnya. Berapa biaya perawatan untuk menjaga kesehatan binatang atau tumbuhan tersebut? Penulispun pernah mengalami betapa memelihara berpuluh-puluh burung begitu menyita waktu, sampai-sampai melupakan atau mengabaikan pekerjaan lain yang seharusnya lebih utama.

Menurut pendapat penulis, orang Gerasa yang di seberang Galileapun sama dengan kita. Mereka lebih takut kehilangan binatang peliharaan yang bisa mendatangkan keuntungan materi daripada nilai seorang yang kerasukan iblis. Jangan-jangan keluarganyapun tidak merasa rugi atau kehilangan, jika orang tersebut minggat bahkan mati. Kalau Tuhan Yesus berlama-lama berada di Gerasa, jangan-jangan semua peliharaan dirasuki setan karena diusir dari tubuh manusia.

Nyatanya si orang yang bekas kerasukan setan tersebut malah menjadi saksi Kristus. Dia mewartakan kabar baik penuh sukacita, bagaimana Allah berkarya atas dirinya. Saksi-saksi Kristus Yesus kelihatannya tidak harus selalu mengikuti-Nya kemana Dia pergi. Pengalaman rohani dan jasmani yang dialami karena “disentuh” Tuhan Yesus, kelihatannya malah perlu disampaikan kepada orang lain. Pengalaman pribadi yang menjadi bukti nyata bagaimana seseorang berubah, itulah bagian dari kabar baik yang disampaikan. Mungkin itulah kesaksian nyata yang perlu disampaikan bahwa Allah sudah hadir dan berkarya dengan penuh belas kasih, tanpa pandang bulu.

Kita diajar untuk bersaksi, bagaimana kita disentuh Tuhan Yesus dengan penuh misteri. Semua orang bisa menyaksikan bahwa kita telah bangkit dan berubah, tidak seperti dulu lagi. Perubahan yang dapat dirasakan oleh banyak orang melalui perbuatan nyata. Biarlah orang lain mendengar dan melihat perubahan kita. Masalah orang lain tergerak atau tidak, itu pribadi masing-masing dan biarlah kita serahkan kepada Dia untuk menggerakkannya.

Membangkitkan anak Yairus dan Menyembuhkan Sakit Pendarahan
8:40. Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia. 8:41 Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya, 8:42 karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak.
8:43 Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. 8:44 Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. 8:45 Lalu kata Yesus: "Siapa yang menjamah Aku?" Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: "Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau." 8:46 Tetapi Yesus berkata: "Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku." 8:47 Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. 8:48 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
8:49 Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!" 8:50 Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: "Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat." 8:51 Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. 8:52 Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: "Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur." 8:53 Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. 8:54 Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: "Hai anak bangunlah!" 8:55 Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. 8:56 Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu.
Tulisan di atas ada dua peristiwa yang hampir bersamaan; keduanya membutuhkan pertolongan Tuhan Yesus untuk disembuhkan. Kita bisa membayangkan bagaimana situasi waktu itu, banyak orang berdesakan ingin bertemu Tuhan Yesus. Orang yang berdesakan itu pasti mempunyai maksud, paling tidak ingin disembuhkan dari sakit. Sakit penyakit yang jasmani maupun rohani. Ngapain berdesakan kalau tidak mempunyai keinginan apapun?

Kita bisa belajar dari seorang perempuan yang menderita pendarahan begitu lama. Kita coba merenung bagaimana kekuatan iman dan usaha yang begitu gigih untuk “menjamah” Dia, pasti akan diselamatkan. Bagaimana omongan ataupun bahasa tubuh orang lain yang tidak suka, tidak perlu dihiraukan dan menjadi batu sandungan. Yang lebih penting bertemu Sang Penyembuh dan percaya, maka segalanya bisa terjadi. Tidak gampang membangun kepasrahan dengan penuh iman, kemudian berusaha menemui-Nya.

Kemudian kita diajar kembali untuk percaya bahwa Dia begitu maha kuasa. Yang dianggap mustahil atau tidak mungkin, segalanya bisa terjadi. “Percayalah!” Disinilah yang amat berat, karena kita begitu mudah untuk bimbang dan ragu. Apa iya, ya? Jangan-jangan ..., dan kata sejenisnya sering muncul dalam benak ini. Kelihatannya Yairus dan isterinya lebih pasrah kepada Tuhan Yesus. Mau diapakan saja terserah. Jika sekiranya memang sudah kehendak-Nya untuk meninggal, pastilah ada satu perbuatan yang akan dilakukan Tuhan Yesus. Kalau Tuhan berkehendak lain sesuai dengan yang diharapkan, itulah buah-buah dari kepasrahan. Tuhan Yesus sengaja memilih untuk memberikan mukjizat yang mengherankan bagi banyak orang.

Pada zaman sekarang ini, apakah menghidupkan orang mati masih bisa dilakukan oleh pengikut Kristus Yesus? Kita tahu bahwa pada waktunya nanti Simon Petrus dan Yohanes menerima kuasa untuk menghidupkan orang mati. Penulispun merasa yakin bahwa apabila Dia menghendaki, kuasa-Nya menghidupkan masih bisa terjadi sampai sekarang ini. Mungkin banyak ahli akan membantah bahwa yang bersangkutan belum mati, namun masih dalam taraf mati suri dan mungkin istiah-istilah lainnya.

Penulis mecoba melihat bahwa hanya Petrus, Yohanes dan Yakobus murid-Nya yang boleh menyaksikan peristiwa terjadinya mukjizat. Rasul-rasul lainnya tidak boleh ikut masuk ke dalam kamar anak tersebut. Tiga rasul istimewa yang mendapat perlakuan berbeda dibanding dengan yang lain. Pastilah ada maksud tertentu mengapa Tuhan Yesus memilih tiga rasul ini, sewaktu ada kejadian atau peristiwa yang begitu khusus. Mereka bertiga sepertinya memang dipersiapkan lebih khusus, apapun itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar