Selasa, 01 Desember 2009

Memahami Markus Bab15

Bab 15 - Pilatus, Disalib, Wafat dan dimakamkan

Yesus di hadapan Pilatus
15:1. Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. 15:2 Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 15:3 Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. 15:4 Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" 15:5 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran.
Di hadapan Pilatus, Tuhan Yesus hanya menjawab seperlunya. Kelihatannya Pilatus sudah mengerti akan kedengkian para tokoh agama Yahudi. Raja orang Yahudi yang menyembah Allah secara nalar tidak mungkin dituntut oleh rakyatnya. Mestinya malah diajak untuk memberontak kepada para penjajah yang berkuasa. Mereka tahu bahwa para penjajah Romawi menyembah berhala yang dianggap sebagai dewa-dewanya.

Dalam hal tuduhan yang dilontarkan kepada-Nya, Dia sama sekali tidak mau berkomentar atau membela diri. Sebagai manusia biasa, jelas Pilatus akan merasa heran. Tidak pernah ada orang yang dituduh karena sesuatu kesalahan hanya diam saja. Bahkan membela diripun tidak. Segala macam tuduhan yang disampaikan mereka, bagi Pilatus tidak ada hubungannya dengan kepentingan kerajaannya. Bahkan kesalahan yang ditimpakan juga tidak sampai kepada hukuman mati.

Mungkin sebutan raja orang Yahudi hanyalah untuk menegaskan bahwa Dia disudutkan sebagai calon pemberontak kepada Romawi. Para tokoh agama seakan-akan setuju dan rela menjadi rakyat terjajah dan berpihak kepada kaisar Romawi. Tetapi mestinya Pilatus tidak bodoh dan gampang percaya begitu saja. Pasti banyak mata-mata atau informan yang diberi upah, untuk mengetahui orang-orang yang dianggap berbahaya bagi pemerintahannya. Kristus Yesus pasti tidak termasuk orang-orang yang perlu dicurigai, yang memberikan indikasi akan memimpin pemberontakan.

15:6 Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak. 15:7 Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan. 15:8 Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga. 15:9 Pilatus menjawab mereka dan bertanya: "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?" 15:10 Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki. 15:11 Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka.
15:12 Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?" 15:13 Maka mereka berteriak lagi, katanya: "Salibkanlah Dia!" 15:14 Lalu Pilatus berkata kepada mereka: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Salibkanlah Dia!" 15:15. Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Kita bisa membayangkan bagaimana para tokoh agama malah menghasut orang banyak. Mereka merasa bahwa Tuhan Yesus merupakan klilip, kotoran yang masuk ke mata. Anak Manusia menjadi pesaing yang perlu disingkirkan. Betapa mereka begitu dengki karena kebutaan dan ketulian hati, sehingga sama sekali tidak mengenal siapa Sang Mesias Sejati.

Barabas pastilah dianggap sebagai pahlawan bagi bangsa Yahudi, khususnya oleh para pemuka agama karena berani memberontak dan membunuh lawan. Bagi mereka yang sudah dipenuhi oleh kedengkian dan kebencian, pastilah memilih Barabas untuk dibebaskan. Di mata mereka Barabas lebih mempunyai nilai dibandingkan dengan Anak Manusia yang malah menjadi pesaing.

Pilatus tahu dan mengerti akan kegiatan para tokoh agama Yahudi ini. Merekalah para provokator yang mesti dicurigai dan diwaspadai. Pilatus pasti tahu bahwa Tuhan Yesus tidak pernah berbuat sesuatu yang membahayakan pemerintahannya. Pasti banyak mata-mata yang menyelidiki keberadaan dan kegiatan Tuhan Yesus. Namun sebagai politikus dan pemimpin pemerintahan, Pilatus dengan terpaksa harus memilih keputusan yang tidak merugikan keberadaannya di daerah Israel. Biarlah mereka puas akan keputusannya dan semakin tunduk karena diberi kebebasan untuk bisa menyalibkan Tuhan Yesus.

Namun yang mengherankan, mengapa Tuhan Yesus mesti disesah terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada para pendemo? Disesah berarti disiksa seperti penjahat, dimana para algojo pasti tidak segan untuk berbuat apa saja sesuai selera mereka. Yang penting bisa disiksa, disakiti dengan cambuk sepuasnya namun jangan sampai mati. Para algojo pasti orang-orang yang ahli menyiksa yang memberikan dampak kesakitan luar biasa.

Yesus diolok-olokkan
15:16 Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. 15:17 Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. 15:18 Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" 15:19 Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. 15:20 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya.
Keputusan Pilatus berdampak kepada diri Tuhan Yesus. Disalibkan berarti dianggap sebagai penjahat besar, yang bisa diperlakukan semaunya. Para serdadu mengambil kesempatan tersebut untuk berbuat semaunya sebelum diserahkan kepada bangsa Yahudi. Penghinaan dan penganiayaan harus dialami Tuhan Yesus. Yang mengherankan, sepertinya Tuhan Yesus menerima segala macam penderitaan itu dengan diam seribu bahasa. Mungkin saja Tuhan Yesus sebagai manusia sejati, mendesah menahan segala macam rasa sakit.

Dalam pemahaman penulis, jubah warna ungu adalah simbul kebesaran seorang raja. Namun warna ungu juga lambang keprihatinan karena dilecehkan dan dihina. Mahkota yang dipasang di kepala-Nya jalinan duri tajam yang menusuk kulit kepala. Mahkota yang menyiksa dan menyakitkan, apalagi dipukul dengan buluh. Duri tajam dan panjang akan semakin masuk ke dalam kulit, bagaikan dipakukan di tempurung kepala.

Kita mungkin bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yesus disiksa dengan kejam. Kulit-Nya hancur tercabik-cabik oleh cambuk penyiksa. Darahnya tertumpah ke bumi demi menebus dosa kita semua. Dia siap menjadi tumbal untuk dikorbankan. Sehari semalam tidak beristirahat tidur, malah menerima siksaan yang luar biasa, pasti berdampak kepada daya tahan tubuh yang terus menurun.

Yesus disalibkan
(15-20b) Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan. 15:21 Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.
Dalam pemahaman penulis, Simon dari Kirene bukanlah karena kasihan sehingga bersedia menolong memanggul salib. Para pengawal memaksa Simon memanggul salib mungkin karena kawatir, jangan-jangan sebelum disalibkan akan wafat di perjalanan. Mereka melihat bagaimana Tuhan Yesus yang sudah hancur lebur sepertinya kepayahan memanggul salib.

Penulis membayangkan bahwa Simon berbadan tegap dan cukup tinggi, yang tidak tahu apa-apa tentang hukuman mati terhadap Tuhan Yesus. Kebetulan saja ia lewat dan berpapasan dengan rombongan para penyiksa. Siapa yang berani melawan para pengawal yang sedang berkuasa? Mungkin ditengah perjalanan memanggul salib, barulah tergerak hatinya oleh rasa belas kasihan.

Penulis merasa yakin bahwa sebenarnya banyak orang, laki-laki dan perempuan yang merasa iba dan ingin berbuat sesuatu untuk meringankan penderitaan-Nya. Sebagai orang yang terjajah, apakah yang dapat diperbuat di tengah kerumunan orang yang sedang pamer kebengisan? Mungkin yang cukup mengherankan adalah, tidak biasanya para pemuka agama berjalan bersama dengan para prajurit Romawi yang mendapat tugas membawa Tuhan Yesus. Ada hubungan apa gerangan antara mereka, sehingga mereka bisa berjalan beriring.


15:22. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. 15:23 Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya. 15:24 Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. 15:25 Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. 15:26 Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi".
15:27 Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. 15:28 (Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.") 15:29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, 15:30 turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" 15:31 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! 15:32 Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.
Dalam pemahaman penulis, salib pada waktu itu adalah hukuman yang paling hina, yang hanya pantas untuk orang-orang durhaka. Tuhan Yesus disalibkan bukan karena Dia berbuat durhaka, namun karena kebencian. Dan kebencian tersebut malah dimotori oleh para pemuka agama, yang semestinya mengajarkan hukum kasih dan pengampunan.

Mereka merasa sebagai wakil Allah di dunia, yang malah seolah-olah segala kewenangan Allah sudah berada di tangannya. Jangan-jangan tanpa disadari, mereka sudah mengambil hak Allah dan Allah disuruh untuk duduk manis di sorga. Biarlah seluruh urusan rohani di dunia hanya kelompok mereka saja yang memutuskan. Kan wakil Allah yang sah! Raja orang Yahudi yang disalibkan oleh bangsanya sendiri dan mereka malah bersekongkol dengan penjajah.

Mungkin saja tulisan di atas salib menjadi pengganggu bagi para tokoh agama tersebut. Maksudnya untuk penguat tuduhan, tetapi oleh Pilatus malah dituliskan di salib. Tuhan Yesus memang raja segala raja, namun kerajaan-Nya tidak di bumi ini. Dia bukan raja yang duniawi, seperti harapan banyak orang.

Penulis mencoba membayangkan bahwa pada waktu itu sudah ada dua orang penyamun yang disalibkan lebih dahulu. Kemudian barulah Tuhan Yesus dipaku dan disalib dan ditempatkan agak ke depan, di antara kedua penyamun tersebut. Seolah-olah Dia dihinakan seperti pemimpin para penyamun.

Penulis cukup heran akan kelakuan para pemuka agama yang terhormat, yang mestinya menjadi panutan. Mereka mengolok-olok dan menghina, namun Tuhan Yesus tetap teguh tak bergeming. Dia menyadari bahwa harus tetap menjadi Anak Manusia sejati. Tidak sedikitpun terpengaruh oleh olok-olok yang bisa membikin panas hati bagi manusia biasa. Dia malah prihatin dan mendoakan mereka.

Penulis agak heran dengan tulisan tentang penyamun yang disalibkan bersama Tuhan Yesus. Markus dan Matius menulis bahwa dua-duanya mencela Tuhan Yesus, sedangkan Lukas menulis lain. Yohanes hanya menulis bahwa bersama Dia ada dua orang yang juga disalibkan.

Yesus wafat
15:33. Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 15:35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." 15:36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia." 15:37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. 15:38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. 15:39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
15:40 Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. 15:41 Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.
Kita bisa membayangkan bagaimana tersiksanya Dia. Badan yang hancur lebur masih ditambah dengan paku-paku yang menancap di kaki dan tangan-Nya. Mahkota duri masih tertancap di kepala-Nya. Kaki dan tangan menahan tubuh-Nya yang hanya disandarkan kepada paku-paku. Setiap tarikan nafas pasti mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa dan luka-luka tersebut akan mengeluarkan darah kembali. Sebagai manusia sejati, daya tahan tubuh-Nya semakin menurun.

Dia merasa sendirian karena yang berada disekitarnya hanya para musuh yang menderanya. Para murid bersembunyi sedang para perempuan yang mengikutinya mungkin menyaksikan dari jarak agak jauh. Kemungkinan besar hanya Bunda Maria yang berani dan tabah berada di dekat-Nya. Bunda Maria tetap setia menemani karena Dialah satu-satunya yang menjadi Anaknya. Mungkin ada obrolan yang begitu rohani dan hanya mereka berdua yang tahu.

Dalam kesendirian tersebut Tuhan Yesus sebagai manusia sejati bertanya kepada Allah Bapa. Sepertinya Allah Bapa diam seribu bahasa menyaksikan Putera-Nya yang tersalib. Sepertinya penghuni sorga sedang menantikan saat-saat yang menentukan. Saat yang begitu mencekam karena penantian penebusan yang sudah begitu lama dinantikan. Bentuk tubuh dan wajah Tuhan Yesus sudah tidak menyerupai manusia lagi. Darah-Nya yang tertumpah membasahi bumi, betul-betul menjadi darah perjanjian yang telah Dia keluarkan. Dan sebagai gantinya seluruh dosa dan kelemahan dunia Dia sedot masuk ke dalam tubuh-Nya. Semua dosa dan kelemahan dunia akan Dia tanggung dan dibawa masuk ke pelukan bumi pertiwi. Penghuni sorga yang menyaksikan hal tersebut bagaikan memalingkan muka melihat Tuhan Yesus yang sedang menggendong dosa dan kelemahan.

Dengan suara keras Tuhan Yesus menutup karya penyelamatan yang sudah dijalani, dan Dia wafat di kayu salib. Bumi pertiwi ikut berduka menyaksikan kejadian tersebut dan memberikan gempa bumi dan gelapnya, untuk menghormati Sang Anak Manusia. Tabir Bait Suci pun ikut berduka dengan membelah diri. Mungkin pada saat tersebut Allahpun tidak ada di dalam Bait Suci, kosong dan hampa.

Kelihatannya pada saat kematian-Nya banyak orang yang berubah pikiran dan bertobat. Belum pernah mereka jumpai dan alami bahwa kematian seseorang diiringi peristiwa yang mendebarkan hati. Bumi dan alam raya turut berduka serta memberikan hormat dengan caranya masing-masing. Mungkin kepala pasukan yang menyaksikan sendiri pada waktu itu, akan menjadi pasukan Kristus.

Yesus dimakamkan
15:42. Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. 15:43 Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 15:44 Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. 15:45 Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. 15:46 Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. 15:47 Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.
Kita menemukan tokoh Yusuf dari Arimatea yang kelihatannya berseberangan jalan dengan para pemuka agama yang lain. Dia merasa terpanggil untuk berbuat baik karena sentuhan Tuhan Yesus sendiri. Sebagai tokoh terkemuka di Majelis Besar, mau tidak mau ada ganjalan juga bila terang-terangan membela Tuhan Yesus. Kita bisa membayangkan bagaimana Yusuf Arimatea begitu sibuk mengurusi mayat Tuhan Yesus. Dalam waktu kurang dari tiga jam ia harus sudah bisa mendapat izin dari Pilatus, menurunkan Dia dari kayu salib, membeli kain lenan pembungkus mayat, mencari tempat kubur yang tidak terlalu jauh dari bukit Golgota.

Pukul enam sore sudah masuk hari Sabat, yang berarti harus istirahat dari segala macam pekerjaan. Sebagai orang Yahudi yang baik, adat istiadat yang selama ini berlaku harus tetap jalan dan ditaati. Mungkin dalam pikiran Yusuf Arimatea, yang penting bagaimana menguburkan mayat yang dia hormati terlebih dahulu. Bila waktu untuk mengurus jenazah tidak memungkinkan, biarlah dikubur lebih dahulu. Nanti pada hari Sabtu petang, atau selambat-lambatnya Minggu pagi baru dirawat secara selayaknya. Kelihatannya semua sudah diatur sedemikian rupa, Sang Raja harus dikuburkan dengan begitu sederhananya.

Dia lahir sebagai yang bukan apa-apa, begitu sederhana dan menyedihkan. Dan Dia wafat serta dikubur tanpa ada upacara pelepasan jenasah. Dikuburkan apa adanya tanpa uba rampe rempah-rempah seperti pada umumnya. Nama-Nya tidak tertulis dalam buku sejarah bangsa Yahudi maupun bangsa Romawi. Namun pada saatnya dunia malah mengakui Dia sebagai Sang Penebus dan merubah banyak orang, melalui para utusan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar