Selasa, 01 Desember 2009

Memahami Markus Bab8

Bab - 8 Memberi makan, meminta tanda, Ragi orang Farisi, Pengakuan Petrus

Yesus memberi makan empat ribu orang
8:1. Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: 8:2 "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. 8:3 Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." 8:4 Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" 8:5 Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." 8:6 Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. 8:7 Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. 8:8 Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. 8:9 Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang.
Kembali lagi bahwa Tuhan Yesus selalu tergerak oleh rasa belas kasihan kepada semua orang yang mencari Dia. Bisa kita bayangkan jika selama tiga hari orang sebanyak itu selalu mengikuti Tuhan Yesus, kemana saja Dia pergi. Mungkin sebelumnya mereka sudah mempersiapkan bekal untuk beberapa hari, namun akan habis juga. Kemungkinan dari mereka ada yang tidak membawa bekal, sehingga mereka saling berbagi. Setelah tiga hari hampir semua bekal sudah habis.

Mungkinkah orang banyak itu mengharapkan Tuhan Yesus berbuat mukjizat seperti sebelumnya? Selama beberapa hari berkumpul, pastilah mereka mengetahui bahwa Tuhan Yesus begitu perhatian kepada mereka semua. Mulai dari pengajaran, penyembuhan maupun hal-hal lain selama mereka bersama-sama. Yang jelas ada daya tarik yang bukan main sehingga mereka betah berlama-lama bersama Tuhan Yesus. Selama ini mereka bagaikan kehausan sesuatu dan rasa haus tersebut dipuaskan oleh Sang Guru.

Dengan tujuh potong roti dan beberapa ikan, nyatanya Tuhan Yesus bisa memberi makan sampai kenyang kepada semua orang yang ada. Sisa tujuh bakul roti bisa kita bayangkan betapa makanan sampai bersisa. Mungkin angka tujuh disini mempunyai makna tertentu yang penulis tidak tahu. Penulis hanya mengerti sedikit bahwa angka tujuh sering diartikan sebagai banyak, jumlah hari dalam seminggu.

Penulis hanya merasa yakin bahwa angka empat ribu orang bukanlah angka sebenarnya, namun diperkirakan secara kasar dan dibulatkan. Kemungkinan memang tidak sebanyak itu. Mungkin angka tersebut untuk menekankan bahwa banyak orang berkumpul dan diberi makan roti serta ikan sampai kenyang. Betapa Tuhan Yesus membuat mukjizat yang bukan main.

Mungkin kita bisa belajar, bahwa selama kita bersama Tuhan Yesus tidak ada yang perlu dikawatirkan, apapun itu. Tuhan Yesus sebenarnya begitu mengasihi kita, sehingga tidak akan meninggalkan kita begitu saja. Kita diajar untuk percaya akan hal tersebut tanpa perlu ada kebimbangan ataupun keraguan. Kebimbangan yang membuahkan kekawatiran ini yang sering menjadi batu sandungan dalam hidup kita. Malah kalau kita berani jujur, sebenarnya kitalah yang lebih sering meninggalkan Dia karena ego kita. Tuhan kita suruh minggir dulu karena kita ingin memuaskan hawa nafsu kita.

Orang Farisi meminta tanda
8:10. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.
8:11 Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. 8:12 Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." 8:13 Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.
Orang-orang Farisi yang kemungkinan besar para orang cerdik pandai, dengan segala pengetahuan yang dimiliki menginginkan tanda tentang Tuhan Yesus. Mereka mengharapkan Tuhan Yesus mau berterus terang akan diri-Nya, paling tidak apakah cocok dengan nubuat para nabi atau tanda-tanda lain yang bisa ditangkap secara nalar.

Kenyataannya Tuhan Yesus tetap teguh tidak mau memperlihatkan Diri-Nya sebagai Allah. Dia tidak memberikan tanda dari sorga, karena Dia memang berperan sebagai Anak Manusia. Mestinya mereka sudah bisa melihat tanda-tanda mukjizat yang selama ini Dia perbuat. Nubuat para nabi terdahulu belum melegakan hati, dan harapannya semoga dijawab sendiri oleh Tuhan Yesus. Yang namanya ingin memuaskan diri, kadang-kadang kitapun ingin menguji seseorang. Demikian juga orang-orang Farisi ini merasa tidak puas jika tidak ada tanda dari sorga, walaupun mungkin mereka mengakui akan jawaban dan komentar Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus tidak mau berdebat panjang lebar dengan mereka. Yang namanya debat, biasanya semua merasa benar sendiri dengan argumentasi masing-masing. Pada akhirnya tidak diketemukan kebenaran yang hakiki, terus saling sepakat untuk tidak mufakat. Angkatan pada waktu itu tidak diberikan tanda apapun, siapakah sebenarnya Anak Manusia yang sudah berkarya dengan sangat mengherankan. Biarlah mereka bertanya-tanya sendiri dan berandai-andai dengan pikirannya. Ungkapan-Nya, bila mereka bisa mendengar dan melihat, mestinya tanpa tandapun mereka sudah harus mengerti.

Seringkali kita dibuat tuli dan buta oleh diri kita sendiri, walaupun sebenarnya kita bisa mendengar dan melihat apa yang terjadi di hadapan kita. Karena gengsi dan tinggi hati, sering kita tidak mau mengakui kebenaran yang kita rasakan. Inginnya tetap mendebat dengan berbagai cara. Kalau tetap tidak bisa didebat, akhirnya kita berkata bahwa hanya ingin menguji.

Ragi orang Farisi dan Herodes
8:14 Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. 8:15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." 8:16 Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti."
8:17 Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? 8:18 Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, 8:19 pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Dua belas bakul." 8:20 "Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Tujuh bakul." 8:21 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Masihkah kamu belum mengerti?"
Dalam pemahaman penulis, kita diingatkan dan selalu berjaga-jaga terhadap ragi orang Farisi dan Herodes. Mungkin ragi dalam hal ini adalah pengajaran, faham, atau pengaruh yang dapat membuat seseorang menjadi bimbang atau mendua. Kita mengenal orang Farisi yang menekuni Taurat dan dipandang sebagai orang pandai. Demikian juga kita mengenal Herodes yang menjadi raja orang Yahudi di daerah Galilea. Kelompok Herodian adalah para pendukung keluarga Herodes.

Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun sering dibuat bingung oleh orang-orang pandai dalam acara debat atau pro kontra. Kita mengakui betapa kita begitu bodoh dan kurang wawasan, dikala mendengar mereka berdebat. Pada akhir acara kemudian kita dibuat bingung, sebenarnya mana yang benar mana yang agak keliru. Ataukah kita disuruh berpikir sendiri dan mereka sebagai referensi saja. Mereka yang mempunyai bermacam-macam ragi, namun kenyataannya bangsa ini tetap terpuruk dan menderita.

Paling tidak, kita masing-masing bisa berandai-andai siapakah kira-kira orang Farisi dan Herodes pada zaman sekarang ini. Kita diajar untuk tidak terpengaruh oleh pengajaran dan kekuasaan yang mereka miliki. Kita diajar untuk tetap berpegang teguh kepada ajaran-Nya, tanpa ada perasaan ragu-ragu dan takut-takut. Kita diajar betapa Tuhan Yesus begitu peduli kepada orang-orang yang miskin, menderita, teraniaya serta yang membutuhkan pertolongan. Dia tidak pernah berteori macam-macam menghitung untung rugi, tetapi langsung berbuat nyata yang bisa dirasakan oleh banyak orang.

Tuhan Yesus menegur para murid, betapa mereka sangat sulit untuk sadar dan mengerti. Padahal begitu banyak mukjizat telah meraka saksikan dan alami. Apa hubungannya ragi yang mungkin dibuat oleh orang Farisi ataupun pembantu Herodes? Kalau hanya masalah roti, mengapa mesti takut selama masih berama Sang Guru? Para murid disuruh merenungkan kata-kata-Nya dan semoga segera mengerti apa yang dimaksud. Mungkinkah mereka begitu polos, karena keadaan mereka selama ini sebagai orang-orang biasa dan termasuk tidak terpelajar? Ataukah hal tersebut mengajarkan kepada kita bahwa para murid terdekatpun masih membutuhkan proses untuk berubah, seperti yang diharapkan Tuhan Yesus. Lebih baik protes dan menolak, namun setelah sadar bangkit berubah dan menuruti kehendak-Nya. Bukan konyol, iya iya sendika dhawuh namun tetap tidak melaksanakannya.

Yesus menyembuhkan orang buta di Betsaida
8:22. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. 8:23 Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" 8:24 Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon."
8:25 Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. 8:26 Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"
Orang yang sakit, tuli dan bisu sudah Dia sembuhkan. Dan sekarang Tuhan Yesus ingin menunjukkan kepada para murid, bahwa orang butapun bisa Dia sembuhkan. Tuhan Yesus mengajak orang buta itu menyingkir jauh-jauh dari kerumunan orang banyak. Mengapa? Tuhan Yesus meludahi mata dan meletakkan tangan-Nya atas orang tersebut. Tuhan Yesus tidak ragu-ragu meletakkan tangan-Nya pada mata orang itu, walaupun telah diludahi.

Kelihatannya orang buta tersebut bukan buta sejak lahir, karena ia bisa membedakan antara orang dan pohon. Sentuhan pertama menghilangkan kebutaan namun belum sembuh betul, masih samar-samar. Sentuhan kedua barulah sembuh total dari sakit matanya.

Kita belajar bahwa ludah Tuhan Yesus mempunyai daya kuasa menyembuhkan. Penulis jadi ingat sewaktu masih kecil, ada tetangga yang sudah tua mengobati sakit mata anak kecil (Jawa :beleken warna merah) dengan menjilati matanya. Orang tua tersebut juga tidak jijik walaupun setelah menjilati, ludahnya dibuang. Dan nyatanya juga sembuh! Hal tersebut hampir sama sewaktu anjing disuruh menjilati bekas luka (koreng) agar cepat sembuh.

Kembali Tuhan Yesus tidak mau berpromosi diri. Orang tersebut disuruhnya langsung pulang ke rumah, tidak usah mampir ke kampung. Kabar sukacita harus disampaikan kepada keluarga lebih dahulu. Biarlah dalam keluarga bisa mengucap syukur, memuji dan memuliakan Allah bersama-sama. Orang kampung pasti akan bertanya bagaimana koq sudah sembuh dari kebutaan. Orang tersebut pasti akan bercerita tentang kehebatan Tuhan Yesus yang telah menyembuhkannya. Jangan-jangan malah lupa untuk pulang, karena lebih sibuk bercerita kepada semua orang yang dijumpai di kampung. Kadar sukacita untuk bersyukur dengan keluarga jangan-jangan malah turun karena terselingi cerita di kampung.

Pengakuan Petrus
8:27. Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" 8:28 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." 8:29 Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" 8:30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.
Tuhan Yesus ingin mengetahui pendapat orang tentang Dia. Dan nyatanya tidak seorangpun yang tahu bahwa dia Mesias. Semua orang menganggap Dia sebagai nabi, reinkarnasi dari Yohanes Pembaptis ataupun Elia. Hanya Simon Petrus yang secara spontan menjawab bahwa Dia adalah Mesias, Yang Terurapi oleh Allah Bapa. Kita mengenal sebagai Yesus Kristus.

Tuhan Yesus melarang para murid untuk memberitakan hal tersebut kepada siapapun. Biarlah setiap orang mereka-reka sesuai dengan penalaran mereka sendiri. Belum waktunya mereka diberitahu, siapakah sebenarnya Anak Manusia tersebut. Kitapun juga bisa menafsirkan bahwa Petrus belum sampai ke pemikiran bahwa Gurunya adalah Allah sendiri. Ia merasa yakin bahwa Sang Guru pasti pilihan Allah dengan kemampuan melebihi nabi-nabi lain. Dia yang diurapi oleh Allah sendiri. Dari pandangan jasmani, Dia lebih hebat dari Yohanes Pembaptis. Demikian juga dalam hal yang rohani dan pengajaran-Nya.

Kita bisa menangkap bahwa pada zaman itu mereka sudah mengenal atau mempercayai apa itu menitis, roh yang masuk ke dalam diri seseorang. Menitis mungkin sama dengan reinkarnasi, yang dipercaya oleh saudara kita. Mungkin tidak jauh berbeda dengan kerasukan, walaupun sering berkonotasi negatif. Kerasukan roh jahat atau kerasukan roh baik. Penulis hanya bertanya kepada diri sendiri, jika ada reinkarnasi apakah jumlah jiwa tidak pernah bertambah, atau jumlahnya sudah ditetapkan sebanyak sekian? Padahal dari waktu ke waktu jumlah penduduk dunia ini semakin bertambah dan bertambah.

Pemberitahuan penderitaan Yesus dan syarat mengikut Dia
8:31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.
8:32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Kelihatannya Tuhan Yesus bercerita apa yang akan terjadi dengan diri-Nya. Dan itu pasti terjadi yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mungkin dalam benak Petrus pada waktu itu hampir sama dengan benak kita. Omongan seperti itu dianggap tabu, tidak baik dan tidak diperbolehkan. Itu mendahului kehendak Yang Kuasa. Petrus lupa bahwa ia pernah menyebut-Nya sebagai Mesias, yang sudah tahu apa yang akan terjadi walaupun belum terjadi.

Perkataan Tuhan Yesus pasti membikin kaget semua murid pada waktu itu. Sepertinya Petrus disebut sebagai Iblis dan disuruh pergi. Penulispun pernah dimarah oleh bapak almarhum dengan kata-kata :”Iblis, minggat kana!” dan kaget setengah hidup. Sewaktu kemarahannya sudah mereda, bapak mengatakan bahwa yang disuruh minggat adalah si Iblis yang berada di dalam diri penulis pada waktu itu.

Mungkin pikiran ini secara tidak sadar sering ditunggangi oleh Iblis yang begitu pandai, sepertinya benar belaka. Desakannya masuk di akal dan sepertinya tidak keliru, manusiawi. Jelas, bahwa Tuhan Yesus tidak ingin mengusir Petrus namun yang disuruh pergi pemikiran Petrus yang dipengaruhi oleh Iblis secara manusiawi tadi. Selama waktu itu Tuhan Yesus banyak sekali berbicara dalam perumpamaan dan kiasan. Pengalaman hidup pada waktu itu belum pernah mendengar bahwa orang mati di kubur bisa bangkit lagi. Bagaimana caranya orang mati hidup dan bangkit, keluar dari liang kubur? Sekarang kita bisa bicara, jika penderitaan dan kematian tidak terjadi, maka penebusanpun akan menjadi sia-sia.

Dalam benak penulis, penebusan disini adalah terbentuknya jembatan yang menghubungkan manusia dengan Allah. Selama ini ada jurang kedosaan yang begitu dalam, yang memisahkan kita dengan Tuhan. Melalui penderitaan berdarah-darah dan kematian, Dia memikul seluruh dosa, kesalahan dan kelemahan dan dibawa masuk ke dalam kubur. Semuanya akan ditinggalkan di dalam bumi pertiwi. Tuhan Yesus menyediakan diri-Nya menjadi jembatan dan diinjak-injak agar manusia bisa menyeberang menuju kota kerajaan terjanji.

8:34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 8:35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. 8:36 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. 8:37 Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 8:38 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."
Pengajaran Tuhan Yesus ini boleh dikatakan gampang-gampang susah. Berlawanan dengan manusiawi kita yang selama ini masih kita pertahankan. Kita merasa masih hidup di dunia sebagai manusia yang begitu lemah akan nafsu kedagingan kita.

Dalam pemahaman penulis, lawan kata menyangkal adalah membenarkan. Kalau kita berani jujur dengan diri sendiri, kita lebih sering membenarkan diri kita. Kita mempunyai segudang alasan untuk pembenaran diri tersebut, sewaktu kita berbuat sesuatu. Rasanya begitu sulit untuk membenarkan orang lain dan menyangkal diri sendiri. Dan sekarang kita diajar untuk berani menyangkal diri, berani mengakui akan segala kekurangan, kelemahan, dan kesalahan yang ada di dalam diri kita. Berani mengakui kelebihan, kekuatan dan kebenaran yang dimiliki oleh orang lain, siapapun mereka. Kita diajar untuk berani rendah hati dan mengalah dalam banyak hal walaupun dipojokkan ataupun direndahkan. Kita diajar untuk berani bersikap jujur apa adanya, menghilangkan kesombongan yang tidak memberikan nilai apapun..

Kita bisa membayangkan yang namanya memikul salib, pastilah amat berat. Dan salib tersebut harus kita pikul kemana-mana setiap hari. Salib tersebut sepertinya harus selalu menempel di pundak kita, walupun kadang kala perlu beristirahat karena letih. Mungkin salib bisa kita maknai sebagai konsekuensi logis, beratnya mengikut Tuhan Yesus dan melaksanakan segala ajaran-Nya. Salib bisa kita maknai juga, bahwa kita hanya menuruti kehendak dan mengasihi Allah, demikian juga mengasihi sesama kita. Simbul palang kayu yang vertikal dan yang horizontal.

Mungkin kita akan mengeluh betapa berat salib tersebut, dan ingin memotong salib tersebut menjadi lebih pendek agar terasa ringan. Atau bahkan kita berikan kepada orang lain untuk membantu kita mengangkatnya. Namun coba kita bayangkan jika di perjalanan menuju kepada sang terang, kita melewati celah jurang yang dalam dan tidak bisa melompat. Salib yang masih utuh tersebut bisa kita jadikan jembatan untuk menyeberang. Apa jadinya kalau salib tersebut kita potong dan menjadi pendek? Maka akan menjadi salib yang sia-sia, tak bermakna. Padahal salib tersebut pada waktunya bisa kita jadikan tangga, pijakan sewaktu kita ingin mengambil buah atau bunga di tebing yang tidak terjangkau tangan.

Kita diajar juga untuk berani kehilangan nyawa karena mengikut Tuhan Yesus dan karena Injil-Nya. Kita diajar untuk selalu berpihak kepada Dia dan ajaran-Nya, walaupun untuk itu kita menjadi sengsara secara duniawi. Kita diajar untuk berani dengan gagah dan bangga mengakui sebagai pengikut-Nya, walaupun untuk itu dicemooh dan dihina. Dia tidak akan pernah pergi meninggalkan kita, namun akan selalu menyertai kita.

Penyangkalan diri sudah dijalani, memikul salib sudah dilaksanakan, tetapi tidak mengikuti Dia, jangan-jangan kita akan tersesat. Kita sebenarnya tidak tahu persis jalan menuju kerajaan surga, karena memang belum pernah ke sana. Yang tahu persis hanyalah Tuhan Yesus karena Dia yang empunya kerajaan tersebut. Berarti siapapun yang mau mengikut Dia, mau tidak mau harus bisa menyangkal diri dan memikul salib. Dia begitu sabar dan maha memaklumi akan kelemahan kita. Dia mengundang dan menyentuh kita bagaikan mercusuar di puncak bukit. Orang-orang yang sehat bisa jalan cepat bahkan berlari agar segera sampai tujuan, namun yang sakit reumatik dan asam urat, apalagi jantung lemah dan darah tinggi masih tetap ditunggu sampai batas akhir. Kita diminta tetap tegar dan bertahan untuk “lumaku tumuju” berjalan sampai tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar