Senin, 14 Desember 2009

Memahami Lukas Bab23

Bab 23- Diadili, Disalibkan, Wafat dan Dikuburkan
Di hadapan Pilatus
23:1. Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. 23:2 Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: "Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja." 23:3 Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." 23:4 Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." 23:5 Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini." 23:6 Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea. 23:7 Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem.
Di hadapan Pilatus pada pagi hari itu, Tuhan Yesus hanya berkata sedikit sekali. Pertanyaan Pilatus dikembalikan sebagai jawaban itu sendiri. Kelihatannya Pilatus tidak begitu suka dengan Sanhedrin yang begitu pandai bicara dan mengolah kata-kata, apalagi kalau dihubungkan dengan agamanya. Para pemuka agama ini, yang seharusnya menjadi panutan dalam kebenaran, malah kebablasan mengaku sebagai wakil Allah di dunia. Merekalah yang perlu dicermati karena bisa sebagai pemicu timbulnya huru hara, apalagi kalau dibumbui dengan penyedap Kitab Suci. Mereka adalah kelompok yang hanya berani berkoar jikalau dalam kerumunan massa. Maka Pilatus mencoba untuk membebaskan Tuhan Yesus. Pasti Pilatus tahu dari para informannya, bahwa Tuhan Yesus selama ini tidak pernah berbicara tentang pemberontakan dan sejenisnya.

Teriakan para penangkap malah menjadikan suatu kesempatan dan alasan untuk melepaskan dari keinginan massa. Karena Galilea di bawah kekuasaan Herodes, maka si Terdakwa supaya dibawa kesana. Biarlah Dia diadili oleh rajanya sendiri, yang masih satu kepercayaan dalam agamanya. Urusan ajaran agama bukan kewajiban pemerintah Romawi. Mungkin inilah bahasa diplomasi yang dipergunakan oleh Pilatus.

Kita mungkin bisa membayangkan bagaimana lelah dan lunglainya Tuhan Yesus pada waktu itu. Semalaman tidak istirahat, malahan dianiaya dengan kejam dan ditambah dengan cemoohan oleh orang-orang yang mengaku begitu dekat dengan Allah. Dari satu tempat digiring ke tempat lain dengan keadaan terluka luar dalam. Hebatnya Dia tidak melawan maupun memberontak dan mandah saja seperti domba yang akan dibawa ke tempat penyembelihan.

Mungkin kalau kita pasti akan membuat pembelaan, penyangkalan dan meminta bukti. Kalau perlu malah menuntut balik kepada mereka yang telah menawannya. Tuhan Yesus tetap berpegang kepada skenario yang telah dinubuatkan. Yang harus terjadi, terjadilah dan harus dihadapi dan dialami sampai selesai tugas-Nya.

Di hadapan Herodes
23:8 Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. 23:9 Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. 23:10 Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. 23:11 Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. 23:12 Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.
Keinginan Herodes akhirnya terwujud untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Sayangnya Tuhan Yesus tidak mau menjawab segala pertanyaan ataupun komentar yang dilontarkan Herodes. Pada saat itu mungkin Herodes begitu gemas terhadap sikap Tuhan Yesus. Herodes sebagai seorang raja kan mempunyai kekuasaan, yang dapat memutuskan sesuai dengan seleranya. Kalau bisa berkompromi dan membuat tanda-tanda yang ajaib, siapa tahu akan dibebaskan. Dari kegemasan tersebut, kemudian timbul kegeraman untuk menista dan menghinakan Dia. Mana buktinya cerita getok tular yang selama ini tersebar sehingga dia ingin bertemu Tuhan Yesus. Nyatanya tidak ada apa-apa, malah lebih banyak diam seribu bahasa.

Dengan dikenakan jubah pakaian kebesaran yang mungkin berwarna putih, Tuhan Yesus dikirim kembali kepada Pilatus. Mungkin Dia dianggap sebagai orang gila yang mimpi sebagai raja. Dengan jubah kebesaran, Tuhan Yesus diarak kembali, berjalan di depan dan rombongan berjalan di belakangnya. Saat itu suasananya seperti raja yang berkeliling diiringi oleh para punggawa. Bedanya hanya satu, Tuhan Yesus dalam keadaan menderita karena siksaan dan mungkin dibelenggu seperti pesakitan. Pasti terjadi cemoohan, umpatan dan hujatan yang merendahkan dan menghina Dia, selama di perjalanan.
Yesus kembali di hadapan Pilatus
23:13. Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, 23:14 dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. 23:15 Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. 23:16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 23:17 (Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.) 23:18 Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!" 23:19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. 23:20 Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. 23:21 Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!" 23:22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya." 23:23 Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. 23:24 Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. 23:25 Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.
Penulis memahaminya bahwa Pilatus mencuci tangan dan tidak mau bertanggung jawab atas kematian Tuhan Yesus. Sepertinya Pilatus kalah dengan massa yang menuntut. Namun rasanya Pilatus tidak akan kalah apabila memang diperlukan kekerasan dalam bertindak. Sebagai penjajah, Pilatus berkuasa di wilayah tersebut dan bisa berbuat apa saja. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di dalam diri Pilatus yang tidak bisa dijelaskan. Dia yakin bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah yang dapat mengakibatkan hukuman mati. Dia memerintahkan untuk dihajar habis-habisan, namun jangan sampai mati. Prajurit Pilatus menghajar Tuhan Yesus sampai setengah hidup. Kita bisa membayangkan penderitaan yang dialami Tuhan Yesus sewaktu didera para algojo, seperti di film Sengsara Kristus.

Kita semua tahu bahwa akhirnya Barabas dilepaskan dan Tuhan Yesus diserahkan kepada mereka yang akan menyalibkan. Teriakan massa yang begitu banyak dan bergemuruh jelas tidak menciutkan nyali Pilatus. Jika dipikir-pikir, tidak ada keuntungannya juga melepaskan Tuhan Yesus. Jika menyetujui dan memerintahkan hukuman mati, juga tidak pas. Biarlah semua kesalahan ditimpakan kepada bangsanya sendiri. Semua yang harus terjadi terjadilah, supaya penggenapan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Kita bisa membayangkan betapa Tuhan Yesus begitu sedih bagaimana para pemimpin agama dengan kesombongannya menganggap diri sebagai kepanjangan tangan Allah. Mungkin inilah bibit-bibit awal yang ditanamkan dan akan tumbuh menjadi malapetaka dahsyat bagi bangsa Isrel pada waktu itu.
Jalan Salib
23:26. Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. 23:27 Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. 23:28 Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! 23:29 Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. 23:30 Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! 23:31 Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?"
Kita pasti mengenal simon dari Kirene apabila sering mengikuti ibadat jalan salib. Simon yang tidak tahu apa-apa dipaksa oleh kelompok massa untuk memanggul salib. Dalam pemahaman penulis, Simon terpaksa mau memanggul salib karena kalah oleh massa. Perkiraan penulis, apabila salib tersebut dipanggul sendiri oleh Tuhan Yesus yang sudah setengah sekarat, dikawatirkan Dia akan wafat sebelum sampai ke tujuan untuk disalib. Kita bisa membayangkan bagaimana kejam dan dengkinya mereka kepada Tuhan Yesus. Mereka ingin memuaskan dirinya dengan menyaksikan bagaimana Dia dipaku dan disalibkan.

Dari keterpaksaan bisa berkembang menjadi simpati untuk membantu meringankan penderitaan Tuhan Yesus. Nyatanya namanya tercatat dalam Kitab Suci dan selalu diucapkan sewaktu kita mengenang dalam ibadat jalan salib. Penulis tidak tahu berapa jauh Simon ikut memanggul salib. Mungkin saja masih ada orang lain yang iba dan membantu Tuhan Yesus, walaupun hanya mengangkat dan meletakkan di bahu-Nya.

Kita bisa memaklumi perasaan perempuan yang tidak sampai hati melihat penderitaan orang lain. Apalagi jika sampai melihat dengan mata sendiri, luka-luka sekujur tubuh yang masih berdarah. Meratap dan menangis serta membayangkan kalau yang mengalami itu saudaranya, betapa tak terbayangkan. Mungkin dalam bahasa jawa “welas tanpa alis” agak tepat mengungkapkannya. Kita kasihan namun tidak bisa berbuat sesuatu yang dapat meringankan beban yang kita kasihani. Mungkin hanya seorang perempuan, yang kita kenal dengan nama Veronika yang berani berbuat nyata dengan caranya sendiri.

Ungkapan Tuhan Yesus yang menghibur para perempuan cukup membingungkan untuk dipahami umum pada waktu itu. Mungkin hal ini berhubungan dengan nubuat akan kehancuran Israel. Anak-anak mereka akan cukup dewasa untuk mengalami saat-saat keruntuhannya bahkan mengalami penderitaan dan kematian. Lebih baik tidak dilahirkan apabila hanya akan menghadapi penderitaan hebat bagaikan kiamat. Mau bersembunyi dimana? Kepenginnya menyelusup sembunyi di dalam tanah yang dalam sehingga tidak kelihatan.

Ungkapan kayu hidup dan kayu kering, mungkin mempunyai arti tersendiri. Pikiran penulis sendiri, kayu hidup sudah semestinya dipelihara untuk diambil buahnya atau diambil kayunya setelah cuku besar. Agak aneh jika pohon kayu yang sedang berbuah malahan ditebang. Kayu kering yang sudah mati dan lapuk tinggal dipotong-potong dijadikan kayu bakar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain. Di tempat-tempat tertentu malahan kayu kering tersebut tidak dipandang sebelah mata, dibiarkan begitu saja.

Pada kenyataannya, dalam penderitaan malah memunculkan iman yang terus berkembang dan berbuah. Sebaliknya, dalam kesenangan yang bergelimangkan kekayaan dan kekuasaan malah mengkerdilkan iman untuk tumbuh.
Yesus disalibkan
23:32. Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia. 23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. 23:35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah." 23:36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya 23:37 dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!" 23:38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi". 23:39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" 23:40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 23:41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." 23:42 Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." 23:43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Disini kita bisa mengagumi Kristus Yesus yang tersalib, bahwa Dia bukan manusia biasa. Dalam keadaan teraniaya, Sang Anak Manusia masih bisa mendoakan orang banyak. Dia tidak mendendam bahkan malah memaklumi kelakuan manusia, memohon kepada Allah Bapa agar mereka diampuni. Yang bisa berbicara seperti itu pasti bukan mulut orang biasa, tetapi Yang Illahi. Sudah berbuat begitu saja masih dicemooh dan diejek. Dan itulah manusia yang sedang diliputi oleh kedengkian yang begitu hebat. Dalam keadaan marah yang disertai dengan kegusaran ataupun kedengkian, ucapan apapun bisa terlontar dari mulut kita. Padahal mungkin kita tidak terlibat langsung dengan orang tersebut, dan hanya didasarkan kata orang atau media. Kita bisa menghujat seseorang atau kelompok yang tidak sejalan atau sepaham dengan kita, apalagi bila berseberangan jalan.

Kita diajar secara langsung oleh Dia, agar kitapun berani mengampuni dan mengampuni. Belajar memaklumi perkataan dan perbuatan orang lain, mengapa melakukan begini dan begitu. Kita diajar untuk selalu berpikir positif. Seringkali kita dibuat sakit hati atau tersinggung oleh orang lain karena mendengar atau melihat bahasa gerak tubuh atau cara lainnya, padahal belum tentu ditujukan kepada kita. Namun kita akan santai saja selama tidak mendengar dan melihat sendiri, bahwa di belakang sudah digosipkan macam-macam yang tidak baik. Jangan-jangan orang tersebut akan kita terima dengan ramah, karena pandai memakai topeng yang menyenangkan.

Dalam bayangan penulis, kedua penjahat tersebut disalibkan terlebih dahulu. Baru kemudian Tuhan Yesus yang disalibkan secara istimewa, dipaku kedua tangan dan kakinya. Tempatnya tidak sejajar dengan yang dua orang, namun agak lebih maju ke depan. Dia dihinakan bagaikan pemimpin penjahat yang paling besar, maka tempatnya perlu dibedakan juga.

Pembicaraan salah seorang penjahat di kanan Tuhan Yesus dengan Dia mengajarkan kepada kita bahwa surga atau Firdaus adalah karunia Allah. Karunia itu bisa diberikan kepada siapa saja yang Tuhan kehendaki. Salah satu syaratnya adalah berani mengakui kesalahan dan bertobat, selama masih diberi kesempatan hidup. Salah satu penjahat tersebut menerima karunia pengampunan hari itu juga dan diajak berjalan-jalan, turun menemui roh orang-orang yang sudah mati, baru kemudian ke Firdaus. Seperti apa itu Firdaus tidak usah dibayangkan, jangan jangan malah keliru karena kita sesuaikan dengan kemampuan akalbudi kita yang terbatas. Dia sudah menembus segala nalar, batas, ruang dan waktu maupun yang lainnya.
Yesus Wafat
23:44. Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, 23:45 sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. 23:46 Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. 23:47 Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" 23:48 Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. 23:49 Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.
Dalam bayangan penulis, orang yang paling dekat berdiri dibawah kaki salib Kristus hanyalah Bunda Maria. Mereka berdua saling berbicara sebagai ibu dan anak, yang mungkin tidak didengar oleh orang lain. Percakapan dalam imajinasi penulis kurang lebih begini, kata Tuhan Yesus :” Ibu, ya beginilah ini Anakmu. Semuanya harus terjadi. Waktu-Ku sudah hampir sampai.” Bunda Maria menjawab :”Kalau begitu, aku ikut Engkau saja kembali ke Firdaus. Semuanya kan sudah terlaksana.” Namun Tuhan Yesus menyahut :”Ibu, belum bisa. Tugas Ibu kan masih ada yang harus dilaksanakan. Tugas momong manusia, termasuk para rasul. Menjadi Ibu segala bangsa. Pada saatnya nanti Ibu akan menyusul Aku.” Dengan segala kesedihan dan kesetiaannya, Bunda Maria menjawab :”Jikalau itu yang memang Engkau kehendaki, aku mengikuti saja semua perkataan-Mu.”

Setelah itu percakapan tersebut berhenti sejenak. Seluruh alam raya menyaksikan saat-saat yang begitu mencekam. Mereka ikut tergoncang dan sedih sehingga matahari ikut sembunyi di balik awan yang gelap yang menakutkan. Bumi berdebar keras yang membangkitkan gempa bumi, sehingga tabir Bait Suci terbelah. Kemudian Tuhan Yesus berseru dengan suara nyaring dan terkulai layu. Saat yang begitu mencekam dan menggoncangkan hati yang menyaksikan, yang mau tidak mau akan mengakui Kristus Yesus sebagai orang benar.

Seluruh tubuh dan wajah Tuhan Yesus sudah tidak berwujud seperti manusia lagi. Segala macam luka-luka menghiasi sekujur tubuh-Nya sehingga sulit dikenali lagi. Seluruh dosa, kesalahan dan kelemahan manusia masuk ke dalam diri-Nya, menyatu bagaikan tersedot oleh suatu kekuatan hebat yang tak terlihat. Dan semuanya itu Dia bawa mati. Saat inilah keselamatan manusia digenapi, sudah terlaksana. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai korban tebusan kepada Allah Bapa di surga. Dia mempersembahkan hidup-Nya untuk semua manusia melalui kematian di kayu salib. Salib-Nya bagaikan jembatan untuk menyeberangi jurang dalam, agar manusia memperoleh hidup yang kekal.

Menurut tradisi nama kepala pasukan tersebut adalah Longinus, yang di kemudian hari menjadi martir karena imannya.
Yesus dimakamkan
23:50. Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. 23:51 Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. 23:52 Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 23:53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. 23:54 Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. 23:55 Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. 23:56 Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur.
Hari Jumat Wage sore hari harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Yusuf Arimatea dan kawan-kawan. Pekerjaan menurunkan mayat Tuhan Yesus, mengapaninya dengan kain lenan panjang dan membaringkan dalam kubur harus selesai sebelum pukul 18.00 sore. Untuk mengejar waktu, tempat kubur tersebut harus tidak begitu jauh, masih di sekitar bukit Tengkorak. Setelah jam itu mereka tidak boleh bekerja lagi sesuai adat dan aturan yang berlaku bagi orang Yahudi, karena sudah memasuki hari Sabat. Mayat Tuhan Yesus dikapani tanpa dibersihkan dari darah yang masih menempel di tubuh. Mungkin inilah mukjizat misteri kain kapan yang sekarang masih disimpan di Turin.

Sebagai kuburan baru yang belum pernah dipakai, maka tempat tersebut harus ditutupi dengan batu besar. Mungkin mereka menggali di bukit batu dan tidak sulit untuk menemukan batu penutup liang kubur. Mestinya batu tersebut cukup besar dan berat, agar tidak mudah digulingkan oleh seorang manusia atu binatang.

Para perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus menyiapkan segala keperluan untuk penguburan yang layak. Harapannya akan dikerjakan setelah hari Sabat sudah lewat atau mungkin Minggu pagi-pagi sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar