Minggu, 04 April 2010

Memahami Yohanes Bab 10:1-21

Gembala yang baik

10:1. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; 10:2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. 10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. 10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. 10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." 10:6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.
10:7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. 10:8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. 10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. 10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 10:13 Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. 10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
10:16 Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. 10:17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 10:18 Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."

10:19. Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: 10:20 "Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?" 10:21 Yang lain berkata: "Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?"


Sepertinya Tuhan Yesus mempergunakan perumpaman-perumpamaan yang disesuaikan dengan keadaan pada waktu itu. Seorang gembala yang benar, akan sangat kenal dengan binatang piaraannya. Mungkin binatang piaraan tersebut bisa berjumlah ratusan bahkan ribuan. Namun sang gembala tahu dan hafal akan kelakuan binatang peliharaannya. Mungkin saja yang digembalakan binatang domba atau bebek ataupun kuda dan sapi. Yang digembalakannyapun kenal dan hafal dengan si gembala, entah suaranya ataupun bentuk tubuhnya.

Tuhan Yesus mengumpamakan diri-Nya sebagai gembala domba, yang sangat umum pada waktu itu. Mengapa yang dipilih domba, bukan binatang yang lain? Pasti ada sesuatu dibalik perumpamaan tersebut. Para gembala sejati pasti bisa menerangkan apa saja perbedaan antara sapi, kuda, kambing maupun domba.

Gembala sejati yang memang betul-betul yang empunya, siap mempertahankan segala kepunyaannya. Jika perlu siap berperang dengan pencuri atau serigala dan binatang pemangsa yang lain. Dalam pemahaman penulis, semua orang yang percaya kepada-Nya diumpamakan domba. Dan Tuhan Yesus siap menyerahkan nyawa-Nya demi menyelamatkan para domba-Nya.

Penulis merasa bingung bahwa masih ada sekawanan domba dari kandang lain, yang juga perlu mendapat tutunan-Nya. Apakah sekawanan domba yang pertama adalah orang-orang Yahudi, sedangkan yang lain adalah orang non Yahudi? Ataukah ada pengertian lain bahwa pada dasarnya semua orang adalah para domba-Nya? Kumpulan domba tersebut berada di dalam kandang, dimana kandang-kandang tersebut dipercayakan kepada para pembantunya. Pembantu yang setia pasti akan mengerjakan pekerjaan seperti yang diperintahkan tuannya.

Karena dipercayakan kepada para pembantunya, kemungkinan besar banyak domba yang malah tidak mengenal Sang Pemilik. Lebih celaka lagi apabila pembantu gembala tersebut lebih mementingkan dirinya sendiri dan semua domba yang dipercayakan dianggap milik sendiri. Padahal Sang Pemilik lebih berhak dan berkuasa, maka Dia berkuasa untuk memberikannya ataupun mengambilnya kembali.

Dari sisi lain mungkin Tuhan Yesus ingin mengungkapkan bahwa pada saatnya nanti para domba itu tidak mengenal batas, bangsa, budaya, tradisi atau apapun namanya. Semua orang yang percaya kepada-Nya akan menjadi satu kawanan domba, yang tersebar di seluruh dunia. Sang Gembala Agung adalah Tuhan Yesus sendiri. Sewaktu Dia ditinggikan di kayu salib, Dia bagaikan melihat seluruh dunia dan sudah mengetahui seperti apa para dombanya dari segala penjuru dan mencari Suara-Nya. Kebangkitan-Nya menjadi sebuah tanda mulainya suatu generasi baru penyembah Allah. Perjanjian darah bukan lagi menjadi monopoli orang Yahudi, namun berkembang lebih luas lagi meliputi seluruh dunia. Orang-orang dunia yang percaya kepada-Nya dan melaksanakan perintahnya akan diubah menjadi anak-anak Allah. Panggilan Sang Gembala pada saatnya akan dirasakan, didengarkan karena suara itu mengusik dan menyentuh hati yang terdalam.

Dalam kehidupan sehari-hari, nyatanya tidak semua orang percaya kepada Sang Gembala sejati. Banyak orang meragukan keallahan Kristus Yesus, walaupun tidak bisa mencari kekurangannya. Yang timbul malah terjadi pertentangan dan perdebatan, bahkan sampai berdarah-darah. Apakah hal ini karena Sang Gembala ataukah disebabkan oleh domba-domba pengikutnya? Domba-domba pilihan mestinya lebih baik dari yang lain dalam segala hal. Jangan-jangan penyakit Yahudi yang merasa sebagai bangsa pilihan, juga terjadi kepada para domba-domba ini. Muncullah kesombongan rohani yang mungkin tidak disadari akan berdampak hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar