Senin, 12 April 2010

Memahami Yohanes Bab 13:1-20

Yesus membasuk kaki murid-murid-Nya

13:1. Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. 13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 13:7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."
13:8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"
13:10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." 13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. 13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
13:18. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. 13:19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. 13:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."


Dalam pemahaman penulis, kelihatannya mereka sedang melaksanakan tradisi bangsa Yahudi yaitu makan bersama. Sepertinya ada daging domba, roti dan anggur, maupun sayuran pahit. Mereka tidak meninggalkan adat istiadat ang sudah berlaku pada waktu itu. Paskah Yahudi untuk memperingati bagaimana bangsa mereka keluar dari Mesir pada zaman nabi Musa.

Kita bisa membayangkan bahwa setelah selesai acara makan bersama, mereka berbincang-bincang. Mungkin pada saat tersebut malah dimanfaatkan oleh Tuhan Yesus untuk memberikan pengajaran. Waktunya sudah sangat pendek dan segalanya harus diselesaikan. Kemudian Tuhan Yesus bangkit mencopot jubahnya dan memakai kain lenan di pinggang. Pada waktu itu pastilah para murid terkejut atau mengkerutkan kening, melihat apa yang dilakukan Tuhan Yesus.

Membasuh kaki adalah pekerjaan seorang pelayan, apabila ada seorang tamu yang datang kepada tuannya. Maka tidak mengherankan apabila di Israel pada waktu itu hampir selalu ada tempayan berisi air di depan rumah. Membasuh kaki juga biasa dilakukan ibu-ibu kepada anaknya yang masih kecil, sebelum naik ke tempat tidur. Kaki yang menginjak bumi, bagaikan dari kakilah kita berhubungan dengan dunia. Sering kali kaki kotor karena debu ataupun lumpur, kemudian basah oleh air sewaktu melewati daerah berair atau berawa.

Jika masih siang, mungkin perlu mandi jika mempunyai pesediaan air yang cukup. Biasanya setelah mandi sore tidak lagi melakukan pekerjaan berat sehingga berkeringat. Maka cukup kaki saja yang dibersihkan dari kotoran. Jika kaki ini tidak melakukan pekerjaan melangkah ke luar rumah, mungkin saja kaki masih bersih.

Kita bisa merasakan bahwa dosa dan kesalahan sering kita anggap begitu kecil bagaikan debu, kemudian kita lupakan begitu saja. Lama kelamaan hal tersebut kita anggap biasa, sudah lumrah, yang lain juga begitu. Karena dianggap biasa, lama kelamaan malah lupa bahwa itu sebenarnya salah dan dosa. Ach, Tuhan pasti maklum karena kita masih manusia yang hidup di dunia. Pikiran itulah yang sering menghinggapi untuk pembenaran diri, kemudian semakin terlena dengan kekotoran perbuatan.

Dalam pemahaman penulis, banyak makna yang dapat kita rasakan, dimana Tuhan Yesus datang untuk membersihkan kita dari segala macam kotoran dunia, yang kita sebut dosa. Ada noda-noda yang bisa dibersihkan, namun ada juga bercak-bercak kotoran yang sulit untuk dibersihkan. Perlu usaha dan cara khusus untuk menghilangan bercak noda tersebut. Walaupun semua rasul dibasuh kakinya, namun pada waktu itu tidak semuanya bersih. Kita tahu bahwa yang dimaksud adalah Yudas Iskariot.

Membasuh kaki berarti berani dan siap untuk merendahkan diri demi kebersihan dan kebaikan orang lain. Untuk membasuh kaki maka diperlukan keberanian menanggalkan segala macam atribut yang selama ini menempel dalam diri. Berani merubah penampilan diri yang mungkin selama ini selalu berperan sebagai tuan. Kita diajar untuk berani saling melayani, tanpa melihat suku, ras, agama atau yang lainnya.

Dalam kenyataannya, merendahkan diri serendah-rendahnya bukanlah pekerjaan yang gampang. Lebih sering kita menonjolkan ego, entah pribadi ataupun kelompok. Harga diri yang sudah terlajur dipasang seperti reklame, menuntut jangan mau direndahkan. Mungkin disinilah tantangan yang harus kita hadapi, beranikah kita merendahkan diri. Padahal sebenarnya tidak ada sesuatupun yang hilang dalam diri kita, sewaktu merendahkan diri. Jelas untuk menuju ke situ dibutuhkan keberanian mengalahkan ego.

Apa yang dilakukan Sang Guru adalah perbuatan yang harus kita tiru dan dilaksanakan. Tuhan Yesus tidak malu dan segan untuk menjadi pelayan. Dengan merendahkan diri, keberadaan-Nya tidak berubah bahwa Dia adalah Tuhan Allah kita. Jika kita melakukan perbuatan seperti Dia, berarti kita ikut bersama Dia, yang upahnya adalah kebahagiaan kekal. Batu sandungan yang sering muncul dalam diri kita adalah perasaan tinggi hati, kesombongan, malu jangan-jangan orang lain betul-betul merendahkan diri kita. Kita lebih berpihak kepada kehormatan dunia dari pada kehormatan Allah. Kebutuhan tentang dunia ini yang sering menghambat kita untuk maju bersama Tuhan Yesus.

Satu hal dalam pikiran penulis, betapa Tuhan Yesus begitu mengasihi murid-murid-Nya. Dia tidak membeda-bedakan walaupun salah satunya akan berkhianat. Semuanya dikasihi secara total tanpa pandang bulu. Mungkin pada saat membasuh kaki Yudas Iskariot, Tuhan Yesus membisikkan peringatan yang mengandung kesedihan. Namun karena sudah lupa diri, Yudas Iskariot kurang begitu memperhatikan sentuhan yang agak berbeda.

Kemudian Tuhan Yesus berbicara untuk semua tentang perutusan yang harus dilakukan para murid. Mungkin inilah bagian perutusan yang disampaikan Tuhan Yesus kepada para murid, dengan suatu janji yang memberikan pengharapan kepada pendengar. Siapapun yang menerima utusan Dia, berarti menerima Dia yang juga menerima Allah Bapa.

Siapapun yang menjadi utusan Allah boleh saja kita sebut nabi. Nabi tidaklah harus yang hebat dengan segala macam kelebihannya. Menjadi nabi-nabi kecil di dalam rumah tangga yang saling mengingatkan, saling memberi dan saling mengisi kekurangan, mungkin sudah cukup. Jika semua keluarga selalu saling mewartakan kabar baik dari Tuhan, alangkah indahnya dunia ini. Seperti harapan kita sewaktu berdoa Bapa kami, terjadilah kehendak-Nya di atas bumi seperti di surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar