Sabtu, 17 April 2010

Memahami Yohanes Bab 19:28-30

Yesus wafat

19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!" 19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Dalam bayangan penulis, saat-saat tersebut begitu mencekam, begitu mengharukan, begitu menyentuh hati yang tanpa terasa melelehkan air mata. Penulis tidak tahan membayangkannya, karena betapa penderitaan tersebut bagaikan menyiksa diri penulis. Bertahan di kayu salib membuat pernafasan akan sangat terganggu. Gerakan sedikit saja akan membuat rasa sakit yang luar biasa, dan darah akan terus mengalir melalui paku-paku yang terancap di kaki dan tangan-Nya. Kehabisan darah akan membuat rasa haus yang tak terhingga. Dan darah tersebut merupakan darah perjanjian yang dimeteraikan sebagai penebusan dosa dan kelemahan kita.

Perjanjian darah memerlukan konsekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perjanjian yang keluar dari mulut ataupun di atas kertas. Darah sebagai simbul kehidupan harus betul-betul dipegang dan dituruti, karena menyangkut kehidupan itu sendiri. Perjanjian darah bagaikan kita berjanji kepada Allah sendiri, untuk berani hidup suci, sportif dan konsekuen atas risiko dari janji suci. Kita mengenal janji-janji sewaktu dibaptis, melakukan pengakuan dosa dan pertobatan. Janji dalam sakramen pernikahan, janji untuk hidup selibat bagai para biarawan atau biarawati. Darah-Nya ditumpahkan sehabis-habisnya hanya demi kita manusia, agar hubungan dengan Allah Bapa dapat dijalin kembali. Yang menjadi jembatan terputusnya hubungan antara manusia dengan Alla Bapa, hanya Yesus Kristus Tuhan sendiri.

Pada akhirnya kematian menjemput-Nya yang disertai suasana kedukaan yang begitu mendalam. Bumi dan alam raya dengan caranya, terlibat dalam saat-saat mencekam, mengantar kepergian Tuhan Yesus menuju alam maut. Selesailah sudah, segalanya sudah disampaikan, diajarkan. Anggur asam menjadi penutup seluruh karya-Nya yang harus diselesaikan dengan sempurna.

Dalam pemikiran penulis, ada dua hal yang saling berkaitan yang sepertinya tidak bisa dilepaskan. Antara kedukaan dan bersyukur saling melilit menjadi satu. Berduka karena melihat kesengsaraan dan penderitaan yang begitu hebat, namun juga bersyukur karena kematian-Nya membawa segala macam dosa, kesalahan dan kelemahan yang kita sandang. Tanpa melalui kematian-Nya, maka penebusan menuju keselamatan belum terjadi. Melalui dukacita secara jasmani ini malah menumbuhkan sukacita secara rohani. Dia langsung diterima dan dimuliakan, menjadi satu dengan Allah Bapa di surga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar