Sabtu, 17 April 2010

Memahami Yohanes Bab 19:16-27

Yesus disalibkan

19:16. Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (19-16b) Mereka menerima Yesus. 19:17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. 19:18 Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. 19:19. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." 19:20 Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. 19:21 Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." 19:22 Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."
19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. 19:24 Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.
19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. 19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" 19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.


Kelihatannya sebagai penguasa, Pilatus masih memperlihatkan kuasanya kepada para imam kepala. Dia memerintahkan memasang tulisan bahwa Tuhan Yesus yang berasal dari Nazaret raja orang Yahudi. Penulis tidak tahu apakah tulisan tersebut sebagai tanda penghormatan kepada Tuhan Yesus, ataukah sebagai ejekan kepada para imam yang dianggapnya keterlaluan.

Dalam bayangan penulis, di Golgota sudah ada dua orang yang disalibkan lebih dahulu. Kemudian barulah Tuhan Yesus ditelanjangi, dipaku tangan dan kaki-Nya di salib. Salibnya ditancapkan di antara kedua orang yang disalib terdahulu, agak lebih maju ke depan. Seolah-olah Dialah yang menjadi pemimpin para penjahat yang disalibkan. Tuhan Yesus begitu dihinakan, dengan ditelanjangi di kayu salib. Mereka begitu menghina dan merendahkan, namun masih dengan pamrih. Semua pakaian yang ada diambil dan dibagi-bagi di antara mereka.

Kelihatannya pakaian dan jubah Tuhan Yesus begitu istimewa, sampai-sampai pakaian tersebut dibagi berempat. Jubah-Nya yang tanpa jahitan menjadi jubah yang begitu langka, maka perlu diundi siapa yang akan mendapatkannya. Mungkinkah para prajurit begitu menginginkan pakaian yang sudah begitu kotor oleh darah dan debu. Untuk apakah pakaian bekas tersebut? Dipercayai bahwa jubah Tuhan Yesus dijahit oleh Bunda Maria sendiri, sewaktu Dia masih kecil. Jubah itu ikut membesar secara istimewa seiring dengan bertambah dewasanya Tuhan Yesus, sampai ke penyalibannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, entah karena dengki, iri atau jengkel, kita juga sering menelanjangi orang lain. Telanjang bukan karena pakaian, tetapi hanya luapan emosi ingin mempermalukan orang lain. Mungkin pada saat itu ada perasaan puas, lega telah berhasil membuat malu. Kita lupa bagaimana perasaan orang yang kita permalukan tersebut, apa lagi jika di hadapan banyak orang. Jika kita merenung dan hal tersebut terjadi pada diri kita, apa yang akan kita rasakan?

Kemudian Yohanes menuliskan bahwa dia bersama Bunda Maria dan yang lain berdiri di bawah salib. Ketiga Injil yang lain tidak menyebutkan bahwa di dekat salib mereka berkumpul. Mereka hanya menyaksikan dari tempat yang agak jauh, yang bisa dimaklumi karena perasaan tidak tega, kasihan, tidak sampai hati dan bermacam rasa yang lain. Kemungkinan para prajurit tidak memperbolehkan para murid-Nya mendekat. Betapa mereka akan diolok-olok, dihina oleh para pembenci Gurunya. Di hadapan Sang Guru yang tersalib dan dicaci maki yang tidak keruan, sepertinya dihindari. Kemungkinan besar hanya Bunda Maria yang diperbolehkan untuk mendekati Puteranya. Bunda Maria yang begitu mengasihi Sang Putera, pasti tidak akan menghiraukan segala macam cemoohan, penghinaan. Hubungan pribadi antara ibu dan anak akan mengalahkan segala macam hambatan, dan itulah saat-saat terakhir yang harus dimanfaatkan.

Pesan bahwa Bunda Maria sebagai ibu semua murid-Nya adalah pesan yang begitu penting. Semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus berarti menjadi murid-Nya. Dan sebagai murid, mau tidak mau harus mengakui bahwa Bunda Maria adalah ibu kita semua. Kita menjadi anak-anaknya secara rohani yang begitu misteri. Betapa hubungan Tuhan Yesus dengan Bunda Maria begitu dekat. Apa yang dikatakan Bunda Maria selalu diindahkan dan dituruti. Bunda Maria sebagai Bunda Pengantara akan selalu meneruskan semua permohonan yang disampaikan anak-anaknya, kepada Puteranya sampai selama-lamanya. Mungkin inilah yang ingin disampaikan oleh Yohanes kepada kita. Tanpa kehadiran Bunda Maria maka rencana keselamatan tidak akan terwujud.

Salib pada waku itu mungkin digunakan untuk suatu hukuman yang betul-betul merendahkan. Penghinaan sebagai penjahat yang tidak terampunkan yang sudah selayaknya dihukum dengan cara disalibkan. Betapa orang yang disalib dianggap begitu jahatnya, maka perlu diketahui banyak orang dan ditempatkan secara terbuka.

Dalam perjalanan waktu, salib malah menjadi simbul kemenangan, simbul berkat yang dianggap bisa memberikan kekuatan. Tetapi salib bisa juga dimaknai sebagai penderitaan yang harus dijalani sebagai konsekuensi menjadi pengikut Kristus. Orang Katolik pasti sangat mengenal apa itu tanda salib, yang mungkin setiap hari selalu dilakukan.

Salib bisa menjadi simbul bagaimana seseorang mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Dan salib itu sendiri seharusnya selalu melekat di dalam diri kita. Kita diajak untuk memikul salib kita masing-masing sampai ke puncak tujuan. Tidak masalah apabila salib tersebut membuat kita terjatuh dan terengah-engah. Yang penting kita harus bangkit dari kejatuhan tersebut, karena tujuan akhir kita masih di atas sana.

Ada kepercayaan bahwa Adam meninggal dan dikuburkan di tempat Tuhan Yesus tersalib. Tengkorak yang diketemukan di sana dipercaya sebagai kepala Adam. Adam lama yang mewariskan dosa kepada kita diganti dengan Adam baru yang membawa keselamatan atas dosa tinggalan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar