Rabu, 14 April 2010

Memahami Yohanes Bab 14:8-14

14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." 14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. 14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. 14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. 14:12. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; 14:13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. 14:14 Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Dalam pemahaman penulis, Sang Guru yang menjadi manusia sejati, betul-betul dipenuhi oleh Roh Allah. Sang Manusia Sejati dan Allah Sejati. Disinilah sulitnya untuk menerima dengan nalar, bagaimana mungkin manusia sejati tetapi juga Allah sejati. Mungkin kita sering lupa bahwa kita mengakui Allah sebagai Yang Mahakuasa. Dia bisa berbuat sesuatu sesuai selera Allah, yang segalanya mungkin terjadi. Kemampuan akal kita yang tidak mungkin bisa menembus pemikiran Allah. Kemudian tanpa kita sadari, sepertinya kitalah yang malahan mengatur Allah, mestinya Dia kan harus begini dan begitu.

Kegundahan para rasul yang diwakili oleh Filipus pada waktu itu, rasanya sangat bisa dimaklumi. Belum pernah ada pengajaran seperti yang disampaikan Tuhan Yesus. Dia di dalam Bapa, dan Bapa di dalam Dia. Hanya Tuhan Yesus yang mengajarkan kepada kita sebutan Allah sebagai Bapa, dan kita menjadi anak-anak-Nya. Dengan melihat dan bertemu dengan Dia, sama halnya seperti sudah melihat dan bertemu dengan Bapa. Jika masih sulit untuk dicerna di dalam pikiran dan hati, paling tidak bisa percaya akan segala mujizat yang dilihat dan dialami, bahwa itu pekerjaan Allah sendiri. Tanpa kuasa Allah tidak mungkin semua itu bisa terjadi.

Malahan para murid diberi janji bahwa merekapun bisa berbuat yang mengherankan apabila memang meminta sesuatu dalam nama-Nya. Meminta bukan sekedar meminta, namun harus dilambari dengan iman kepercayaan yang mantap, tanpa ada keraguan. Bukan meminta kesaktian untuk menyombongkan diri, agar mendapat pujian manusia dan .kehormatan dunia. Semua permohonan hanya demi kemuliaan Tuhan, Sang Mahapemurah dan Mahapenolong.

Namun sebagai manusia yang masih hidup di bumi, tidak jarang kita lupa bahwa di dalam nama-Nya berarti di dalam segala hal yang Dia lakukan. Dia tidak berpihak kepada dunia dengan segala macam iming-iming kenikmatan duniawi yang menggiurkan. Dia cenderung kepada yang lebih rohani yang merdeka, tidak terbelenggu oleh keinginan si jahat. Mungkin hal ini bukan berarti bahwa harus meninggalkan materi duniawi, namun lebih jauh dari itu. Kita harus bisa memanfaatkan segala macam yang ada di bumi ini demi kemuliaan-Nya. Kita diajar untuk meminta rezeki yang secukupnya untuk bisa bertahan hidup dengan penuh kemerdekaan. Keluar dari segala macam hal yang selama ini menjadi belenggu yang membebani hati kita.

Kita manusia yang sudah diberi hati, jiwa, akal budi dan kemampuan lain seturut citra Allah, diminta untuk memanfaatkannya secara benar. Demikian juga dengan bumi dengan segala macam isinya diberikan kepada kita agar dikelola dengan benar. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita pernah mendengar komentar :”Yang benar saja!” Tanpa mau belajar koq minta lulus dan naik kelas. Tanpa mau usaha koq minta kaya. Tanpa mau berbuat koq minta hasilnya. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Mungkin kita pernah membaca atau mendengar firman tentang “meminta, mencari dan mengetuk.” Semuanya itu harus dilakukan dalam kebenaran di dalam nama Tuhan. Sering kali kita mengambil jalan pintas dan enaknya saja, yaitu meminta dan meminta. Kita lupa bahwa kita disuruh mencari dan berusaha, baru kemudian disuruh mengetuk. Terkabulnya suatu permohonan boleh dikatakan agar Allah dimuliakan. Apapun yang kita peroleh dalam kebenaran berasal dari Allah sendiri. Kesadaran inilah yang bisa membuat kita untuk selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Tanpa bersandar kepada Dia kita betul-betul lemah dan bukan apa-apa. Musuh kita begitu kuat untuk kita lawan dengan kekuatan sendiri, yang akan membawa ke jurang kehancuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar