Rabu, 14 April 2010

Memahami Yohanes Bab 15:1-8

Pokok anggur yang benar

15:1. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 15:2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 15:3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."


Tuhan Yesus mengumpamakan diri-Nya sebagai pokok anggur dan Allah Bapa sebagai Sang Pemilik. Dan kita semua diharapkan untuk menjadi ranting-ranting yang menempel pada pokok anggur. Jika setiap ranting bisa berbuah, pasti ranting tersebut akan dipelihara dengan baik. Seluruh nutrisi makanan yang diambil dari bumi pasti akan disalurkan oleh pokok anggur. Setiap ranting yang tidak berbuah dan mati, pasti akan dipotong dan dibuang. Biarlah muncul tunas-tunas baru yang bisa memberikan buah-buahnya.

Pada waktu itu dapat dipastikan belum mengenal pot plastik atau polybag, dan pohon anggur ditanam langsung di tanah. Antara bumi dan yang hidup di atasnya harus selalu bekerja sama saling memberi, agar semuanya dapat hidup dan berkembang. Tuhan Yesus yang telah membumi menjadi manusia sejati, menjadi pangkal, pokok kehidupan yang berserah kepada-Nya. Perumpamaan pohon anggur dapat dipastikan bahwa pohon ini memang sangat dikenal dan tumbuh subur di daerah Israel.Buah anggur yang sangat dikenal di daerah tersebut bisa dijadikan buah segar untuk dimakan, dan minuman anggur setelah diproses.

Minuman anggur yang bisa memabukkan namun sangat disukai dijadikan perumpamaan. Mungkin kita pernah mendengar ungkapan mabuk asmara atau mabuk cinta. Mungkin memang kita diharapkan untuk bisa mengasihi Allah sampai mabuk kepayang. Kasih Tuhan yang memabukkan yang mengakibatkan kita ketagihan untuk selalu meminumnya. Kasih kita kepada orang lainpun diharapkan bisa memabukkan, karena bersumber dari pokok anggur yang satu. Kasih tersebut dapat dikatakan sebagai rahmat Tuhan, karena pada dasarnya manusia itu egois, lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya.

Dalam pemahaman penulis, sebenarnya kita ini tidak bisa apa-apa dan bukan apa-apa. Tanpa campur tangan Allah yang menghidupkan, kita betul-betul sangat lemah rohani. Mungkin kita begitu garang dan jangan-jangan lebih buas dari binatang. Kita sering atau pernah mendengar bagaimana peperangan manusia bisa membunuh ribuan orang. Binatang membunuh karena sesuai habitatnya dan hanya untuk hidup. Jika sudah cukup kenyang, binatang tidak akan memburu calon mangsanya. Dalam kenyataannya, manusia bisa lebih buas, biadab sehingga tega membunuh maupun menyiksa. Peperangan, apapun alasannya, pasti tidak disukai oleh Tuhan. Di balik itu semua, pasti ada suatu niat lebih karena keserakahan tentang sesuatu. Bukan lagi aku di dalam Dia dan Dia di dalam aku, melainkan Dia yang penuh kasih kita singkirkan dari aku.

Janji Tuhan sebenarnya begitu indah, seperti pokok anggur. Apapun yang kita minta di dalam nama-Nya, pasti akan diberi, selama kita masih menyatu di dalam Tuhan. Bagaimana mungkin ranting yang sudah terlepas dari pokoknya bisa mendapatkan nutrisi dari induknya. Sang pokok anggur akan selalu menyalurkan segala macam kebutuhan kepada semua ranting agar bisa berbunga dan berbuah. Ranting akan sangat tergantung dari pemberian Sang Pokok Anggur, dan dia hanya bisa pasrah bongkokan. Betapa bahagianya Sang Pemilik apabila ranting-ranting anggur tersebut berbuah banyak.

Dalam perjalanan waktu yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, mulailah kita merenung dan merekayasa. Cabang-cabang produktif mulai dipotong-potong dan disemaikan. Maka tumbuhlah potongan-potongan cabang tersebut, semakin lama semakin besar. Sampai pada saatnya cabang tersebut akan menjadi pokok anggur yang akan bercabang dan beranting, kemudian berbunga dan berbuah. Apakah rasa buahnya akan sama dengan pokok anggur utama, jawabannya tergantung banyak faktor. Silahkan pembaca menguraikan masing-masing sesuai selera yang diinginkan. Yang jelas, akan muncul pokok-pokok anggur baru yang rasanya bisa berbeda-beda, sesuai kondisi dimana pohon tersebut ditanam. Yang jelas, pasti tidak akan sama persis dengan pokok anggur awal yang diusahakan oleh Allah Bapa.

Kembali kepada pokok anggur sejati, persembahan yang paling menyenangkan Tuhan apabila kita bisa berbuah. Satu jiwa saja bisa kita persembahkan kepada Tuhan, mungkin di sorga akan sangat bersukacita. Apa lagi jika kita bisa berkarya dan membawa lebih banyak orang kembali kepada Tuhan. Diharapkan semua orang bisa mengalami kerinduan dan mencari minuman anggur yang memabukkan tersebut. Jika dipikir memang aneh dalam hidup ini; apa enaknya mabuk seperti halnya apa enaknya merokok? Ada rasa pahit, ada rasa manis, ada rasa membakar lidah dan tenggorokan, ada rasa pusing, mengambang sehingga lupa diri. Mungkin inti rasa ketagihan itu yang lebih ditekankan, walaupun harus melalui ketidak nyamanan.

Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana rasanya dimabuk asmara. Setiap saat terbayang dan ingin selalu bertemu, paling tidak bisa melihat setiap saat. Disuruh apapun, selama masih bisa dilakukan maka akan dilaksanakan. Sekarang mabuk asmara tersebut ditujukan kepada Tuhan Yesus yang lebih dahulu mengasihi. Pertanyaannya, betulkah kita mabuk asmara kasih kepada Dia? Sudahkah atau siapkah kita melaksanakan keinginan Sang Kasih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar