Senin, 12 April 2010

Memahami Yohanes Bab 12:44-50

Firman Yesus yang menghakimi

12:44. Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; 12:45 dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. 12:46 Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. 12:47 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. 12:48 Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. 12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. 12:50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."

Yang percaya kepada Tuhan Yesus berarti percaya kepada Allah Bapa. Yang melihat Tuhan Yesus berarti melihat Allah Bapa. Yang mengikut dan melakukan kehendak Tuhan Yesus, berarti Tuhan besertanya. Jadi Tuhan Allah yang tidak kelihatan kasat mata, bisa kita katakan bahwa Dia selalu menyertai setiap orang. Bahwa Dia diterima atau ditolak oleh seseorang, namun sebenarnya Tuhan begitu dekatnya kepada seseorang tersebut. Dia begitu rindu dengan hati yang berkobar-kobar ingin merangkul kita dengan kasih-Nya, ingin menyelamatkan kita. Siapa yang menanggapi panggilan-Nya akan melihat dan merasakan Terang, sehingga siap membuka diri dan menerima sapaan-Nya.

Jadi menurut pendapat penulis, apapun yang kita perbuat kepada seseorang, sebenarnya itulah yang kita perbuat kepada Tuhan Yesus sendiri. Itulah yang kita lakukan kepada Allah Bapa yang mengutus Dia. Sepertinya begitu gampang dan sederhana, tidak usah yang muluk-muluk. Mungkin itulah yang dilakukan Tuhan Yesus, mengapa Dia memilih para murid-Nya bukan dari kalangan atas, cerdik cendekia. Para murid terpilih nyatanya kaum bawah yang begitu sederhana dalam segala hal. Batu sandungan atau kelemahan kita, sering kali secara tidak sadar kita sudah membuat kelas, golongan atau kasta dunia. Karena kasta yang kita buat, maka tidak jarang perlakuan kepada seseorang didasarkan kepada kasta tersebut. Hal tersebut masih ditambahi lagi dengan faktor kedekatan, faktor keseganan dan keengganan, dan masih banyak faktor yang lain lagi.

Sepertinya Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan bukan menghakimi. Yang menghakimi kita adalah perbuatan kita sendiri yang kita lakukan kepada orang lain. Mungkin masih dapat dilihat lebih dalam lagi, apakah perbuatan tersebut menurut hati, jiwa dan akal budi secara kompak, bersamaan atau malahan melalui perang batin yang hebat, kemudian tinggal siapa yang menang.

Tuhan Yesus mengajak kita semua untuk bisa menikmati kehidupan yang kekal. Syarat yang diminta adalah mengikuti dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Kita ambil saja yang mudah, namun sebenarnya juga sulit, yaitu Hukum Kasih. Mengasihi Allah yang tidak kelihatan melalui mengasihi sesama yang kasat mata. Mungkin kita masing-masing bisa menjabarkan sendiri menurut kemampuan kita. Mengasihi yang tanpa syarat dan embel-embel, tidak menghitung untung rugi. Mengasihi bukan karena kewajiban namun lebih ditekankan sebagai kebutuhan hidup rohani kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar