Rabu, 14 April 2010

Memahami Yohanes Bab 14:22-31

Pertanyaan Yudas Tadeus

14:22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?" 14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. 14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. 14:25. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; 14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. 14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 14:28. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. 14:29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. 14:30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. 14:31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini."

Pertanyaan Yudas Tadeus sepertinya begitu wajar, mengapa Sang Guru tidak langsung saja menyatakan diri-Nya kepada dunia. Jawaban Tuhan Yesus sepertinya selalu tidak langsung, malah ingin menyatakan bahwa dunia tidak percaya kepada-Nya. Mereka malah membenci kahadiran-Nya dan ingin segera melenyapkan dari muka bumi. Benci yang boleh dikatakan kebalikan dari kasih, akan sangat bertolak belakang dengan yang diinginkan Tuhan Yesus. Karena tiadanya kasih, maka mereka tidak mau melaksanakan ajaran-Nya. Karena ditolak maka Allah tidak bisa bersemayam di dalam diri mereka.

Segala kebimbangan, ragu-ragu sangat dimaklumi oleh Tuhan Yesus, karena semuanya belum terjadi. Hanya Roh Kudus yang dapat memberikan pencerahan ke dalam hati ini. Roh Kuduslah yang akan selalu mengingatkan kita, apabila kita melenceng dari ajaran-Nya. Sering kali kita mengalami perang batin yang begitu dahsyat, apabila bisa digambarkan secara nyata. Dampak dari peperangan tersebut bisa bermacam-macam, tergantung siapa yang akan menang.

Dalam kenyataannya Tuhan Yesus memberikan sesuatu yang sangat berbeda dengan yang ditawarkan dunia. Dunia yang begitu dinamis dengan segala macam iming-iming yang menggiurkan kebutuhan jasmani. Tuhan Yesus lebih berpihak kepada yang rohani, yang dapat memberikan damai sejahtera. Tuhan Yesus sendiri tampil dengan apa adanya, malah lebih mendekati orang-orang yang begitu sederhana. Segala kehebatan, kemegahan yang Dia miliki ditinggalkan dan memberi contoh yang begitu bertentangan dengan keinginan dunia.

Jika kita renungkan, sebenarnya untuk mengarungi kehidupan ini memang tidak perlu sampai serakah. Jika semua orang melakukan apa yang dikehendaki Tuhan, saling mengasihi, saling berbagi dan saling lainnya, mestinya tidak ada masyarakat atau orang yang menderita.. Semuanya akan tercukupi untuk menikmati kehidupan sewajarnya. Mungkin inilah yang disebut damai sejahtera, semua mengalami, semua menikmati, semua merasakan. Segala macam kemewahan yang kita kumpulkan nyatanya akan kita tinggalkan begitu saja, terserah kepada yang masih hidup.

Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa karena nafsu lebih, manusia menjadi tidak pernah puas. Segala macam pemikiran. ide kreativitas untuk lebih maju demi memuaskan keinginan, bisa menjadi pemicu menuju yang lebih hebat. Jelas pemikiran awal itu tidak keliru karena manusia diberi akal dan berusaha menuju ke yang lebih baik. Namun demikian, apabila keinginan tidak pernah puas itu sudah terisi oleh keserakahan, akibatnya akan sangat berbeda. Karena nafsu serakah yang menggebu, maka kepuasan tidak akan pernah dicapai sehingga damai sejahtera yang didambakan hanyalah angan-angan belaka. Rasa puas hanya akan datang dalam sekejap saja, sewaktu keinginan tersebut terpenuhi. Setelah itu akan datang lagi tingkat kebutuhan yang meningkat, kemudian berusaha dengan sekuat tenaga meraih kepuasan yang lebih tinggi. Ujung-ujungnya memang tidak pernah ada kepuasan, yang akan melunturkan kebahagiaan dan damai sejahtera.

Jangan-jangan mengikut Tuhan Yesus dan melaksanakan ajaran-Nya malah dianggap oleh dunia sebagai orang yang tidak mau melangkah maju. Dianggap sebagai manusia yang ketinggalan zaman dan akhirnya terpinggirkan. Masak, hidup sekali saja koq dibuat susah. Mengapa tidak menikmati tawaran dunia yang menggiurkan?

Akhirnya, sebenarnya apa yang kita cari dalam kehidupan yang begitu singkat ini? Orang Jawa menyebutkan seperti orang “mampir ngombe” mampir untuk minum air kehidupan. Zaman sekarang ini bisa berumur seratus tahun saja sudah termasuk hebat. Terus kita membayangkan kehidupan setelah mati, yang dikatakan dan diyakini sebagai kekal tanpa ada batas waktu. Paling tidak, merenungkan apakah tawaran dunia yang selama ini sudah dinikmati bisa memberikan kebahagian dan damai sejahtera lahir batin.

Selanjutnya kita diajar untuk bisa bersukacita karena Tuhan Yesus kembali bersatu kepada Allah Bapa. Padahal sebagai manusia, inginnya bisa berlama-lama dengan Yang Kudus. Dialah kekuatan yang menjadi sandaran, menjadi harapan, yang membuat percaya diri. Ada masalah yang dihadapi, tinggal lapor dan minta petunjuk bagaimana menyelesaikan keruwetan tersebut. Lha kalau Dia pergi, siapa lagi yang akan menjadi pegangan sebagai penopang? Roh Penghibur kan belum datang, dan seperti apa belum tahu.

Dalam pemahaman penulis, keselamatan akan benar-benar terjadi apabila Tuhan Yesus telah menyelesaikan karya-Nya di dunia ini. Mengajar, menyembuhkan, menderita, wafat dan bangkit dari kematian, mengalahkan maut. Pada waktunya Dia kembali kepada Bapa di surga. Tanpa melalui itu semua maka keselamatan tidak akan terjadi, jurang pembatas tidak bisa dilewati oleh manusia. Jurang dalam tak terselami karena kedosaan manusia bagaikan pemisah antara dunia dengan surga. Yang bisa menyambungkan dan menjadi jembatan antara dunia dan surga hanya Tuhan Yesus saja. Jembatan tersebut bisa dibangun hanya melalui kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus sendiri.

Itulah sukacita yang seharusnya dimiliki karena jembatan sebentar lagi akan selesai. Para murid diminta untuk mewartakan kabar gembira ini kepada semua orang, agar tidak keliru memilih jalan menuju Allah Bapa. Memang jembatan tersebut tidak kelihatan megah mentereng seperti buatan dunia. Seringkali orang akan meremehkan dan malas melewati jembatan yang sepertinya tidak menjanjikan kenikmatan dunia. Namun jembatan itulah satu-satunya jalan menuju hidup kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar