Rabu, 14 April 2010

Memahami Yohanes Bab 16:16-33

Dukacita yang mendahului kemenangan

16:16. "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku." 16:17 Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?" 16:18 Maka kata mereka: "Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya."
16:19 Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? 16:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. 16:21 Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. 16:22 Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.

16:23. Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. 16:24 Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. 16:25 Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. 16:26 Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, 16:27 sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. 16:28. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa."
16:29 Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. 16:30 Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."
16:31 Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? 16:32 Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. 16:33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."


Jika kita membayangkan kejadian pada waktu itu, mungkin kitapun akan bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Tuhan Yesus berkata tentang segala hal yang belum terjadi dan penuh kiasan. Bagaimana caranya untuk mempercayai bahwa yang dikatakannya begitu samar-samar dan semuanya akan terjadi. Mungkin karena Tuhan Yesus cenderung lebih ke kehidupan rohani, dari pada kehidupan jasmani. Sedangkan dalam benak kita lebih mengutamakan yang jasmani dan duniawi.

Mungkin sekarang ini kita bisa memperkirakan bahwa tinggal sesaat lagi Tuhan Yesus akan ditangkap, diadili dan dihukum mati di kayu salib. Waktunya sudah begitu mendesak maka dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Betapa para murid akan diliputi kesedihan karena ditinggal oleh Sang Guru, bagaikan anak ayam yang tanpa induk. Mereka akan tercerai berai ketakutan dan bersembunyi, meninggalkan Sang Guru sendirian. Para musuh tidak akan menghiraukan mereka, toch mereka hanya orang biasa yang tidak mempunyai kepandaian apa-apa.

Jika waktunya sudah tiba ketika Tuhan Yesus bangkit, maka para murid akan bersukacita, karena Sang Guru telah mengalahkan maut. Keyakinan mereka akan semakin tebal bahwa Sang Guru betul-betul Allah sendiri, yang tidak perlu diragukan lagi. Dalam kenyataannya kematian hanya suatu sarana untuk menuju kepada kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus. Mereka akan bertemu lagi dengan Tuhan Yesus yang sudah dimuliakan dengan penuh sukacita, walaupun hanya sesaat, sebelum naik ke surga.

Pada saatnya mereka akan berdoa kepada Allah Bapa di dalam nama Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat. Kita juga akan mengikuti mereka sewaktu berdoa kepada Allah Bapa di sorga. Di dalam nama-Nya kita boleh memohon apapun yang berhubungan dengan rohani kita. Dalam perjalanan waktu, yang mungkin tanpa disadari, lama kelamaan kita memohon segala macam, termasuk kemewahan dan kenikmatan duniawi. Bahkan tidak jarang seolah-olah Allah kita jadikan pelayan pribadi. Kita suruh menyembuhkan, dilain waktu kita suruh jadi pembisik ujian, melancarkan rezeki dan masih banyak lain lagi.

Sekali lagi Tuhan Yesus mengingatkan bahwa para murid akan mengalami penganiayaan dan penderitaan. Bukan kenikmatan dan kemewahan duniawi yang akan mereka alami, dan semuanya itu akan diterimanya dengan penuh sukacita. Perasaan damai dan sejahtera yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Kemewahan duniawi hanya bisa dinikmati sekejap saja bagaikan orang yang mampir ngombe, mampir minum. Sedangkan kemuliaan sorgawi akan dinikmati sepanjang waktu tanpa akhir.

Jika gurunya, Allahnya saja bersedia dengan rela menerima penganiayaan yang begitu hebat, apa yang akan dialami para murid pasti tidak akan semenderita itu. Kesengsaraan atau penderitaan yang kita alamipun sebenarnya masih tidak seberapa jika dibandingkan dengan mereka. Namun seringkali kita tidak siap menerima duka nestapa yang kita alami. Kalau bisa masih ingin mencari kambing hitam untuk kita salahkan, yang menjadi gara-gara kita menderita.

Jika kita melihat secara matematik, sepertinya dukacita dan sukacita bagaikan garis lurus. Tinggal dimana kita menentukan titik nol sebagai pembatas antara dukacita dan sukacita tersebut. Jika sukacita kita anggap positif, maka dukacita adalah sukacita yang bernilai negatif yang akhirnya semuanya adalah sukacita. Disinilah mungkin kita baru bisa mensyukuri segala hal yang harus kita alami di dunia ini.

Sebenarnya kita tidak pernah sendirian apabila kita berpegang kepada Allah. Allah selalu beserta kita seperti Anak Manusia yang tidak sendirian walau ditinggalkan oleh para muridnya. Dalam Dia maka kita akan memperoleh damai sejahtera yang sulit untuk dirangkaikan dengan kata-kata. Tinggal seberapa besar kasih kita, seberapa kenal dan dekat kita dengan Allah itu sendiri. Semakin besar kasih kita kepada-Nya, maka semakin terasalah nilai damai sejahtera itu di dalam diri kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar