Rabu, 14 April 2010

Memahami Yohanes Bab 14:1-7

Rumah Bapa

14:1. "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. 14:3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. 14:4. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."
14:5 Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. 14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."


Dalam kebimbangan dan kebingungan, para murid diminta untuk tidak gelisah. Selama percaya kepada-Nya, berarti percaya kepada Allah Bapa. Jika Anak Manusia kembali kepada Bapa, yang mungkin bisa dibayangkan adalah ke suatu tempat atau keadaan yang maha luas. Dimana semua orang kudus hanya memuji dan memuliakan Allah, penuh damai tanpa ada siksa. Bapa dan Putera bersemayam di tempat tersebut. Untuk bisa menampung para murid, maka perlu disediakan tempat tinggal. Dia pergi hanya untuk menyediakan tempat lebih dahulu. Setelah itu Dia akan kembali, menjemput para murid-Nya dan tinggal bersama-sama Sang Guru dan Bapa-Nya. Jika nanti Sang Guru pergi entah kemana, maka para murid tidak akan tersesat karena sudah tahu tempat tinggalnya yang baru. Jalan yang harus dilalui penuh dengan kebenaran yang menghidupkan, pasti tidak akan tersesat.

Jawaban Tuhan Yesus pada waktu itu jangan-jangan semakin membuat terperangah. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Siapapun tidak akan dapat sampai kepada Bapa jika tidak melalui perkenan-Nya. Kebenaran yang sejati yang tidak pernah keliru hanya dimiliki Tuhan Yesus. Manusia lebih sering diliputi oleh ketidak benaran, sehingga lebih sering dihantui oleh rasa takut, kekawatiran apabila mendekati ajal. Padahal setelah mati, baru ada kehidupan lain di dalam roh. Hidup setelah mati itu sendiri hanya milik Tuhan Yesus. Tanpa perkenan-Nya, sehebat apapun manusia tidak akan menemukan jalan menuju hidup. Dialah jalan satu-satunya untuk menuju ke tempat tinggal Bapa.

Mungkin bahasa ekstrimnya, untuk bisa menuju ke rumah Bapa terserah suka-suka Tuhan Yesus. Secara umum manusia diberi petunjuk, untuk bisa meluluhkan Hati Tuhan Yesus agar berkenan membuka jalan, manusia hanya diminta untuk saling mengasihi melalui perbuatan baik dan benar. Jika selama ini masih tidak karuan, Sang Juru Selamat mengajak semua orang untuk berubah dan berubah semakin benar dan baik. Mungkin itulah jalan yang lurus dan rata, tidak berkelok-kelok serta naik turun. Jalan yang tidak berhubungan dengan dusta, tipu muslihat tetapi kejujuran. Tuhan Yesus tidak mengajarkan agama dan tidak menolak agama yang sudah ada. Manusia hanya diminta sadar bahwa Allah itu ada dan Dia bersemayam, yang kita kenal dengan sebutan sorga. Anggap saja suatu tempat atau keadaan yang begitu mulia, tanpa ada siksa dan kekal. Jadi ajaran Tuhan Yesus ini berlaku bagi semua orang yang hidup di dunia, tanpa melihat suku, bangsa, ras, agama ataupun kepercayaan.

Mungkin orang bertanya, bagaimana dengan orang-orang yang tidak mengenal Dia. Ekstrimnya kelompok manusia di pedalaman yang belum tersentuh oleh ajaran agama manapun. Adakah keselamatan bagi mereka karena tidak termasuk ke dalam kelompok pengikut Kristus? Penulis meyakini bahwa Tuhan Yesus tidak membuat agama, namun mengajarkan kasih yang dapat diungkapkan melalui perbuatan baik dan benar secara nyata. Karena tidak mendengar dan melihat, jangan-jangan mereka malah sudah merasakan terang-Nya dengan cara lain. Dialah sumber kebenaran yang bisa ditimba oleh siapa saja untuk memperoleh air yang menghidupkan. Bersyukurlah orang yang tidak melihat dan mendengar, namun percaya bahwa Allah itu ada. Rumah Bapa selalu terbuka bagi siapa saja yang menjadi pelaksana ajaran-Nya. Walaupun secara administrasi terdaftar resmi sebagai pengikut Kristus, namun tidak mau melaksanakan perbuatan sesuai ajaran-Nya, jangan-jangan Tuhan Yesus malah berkata :”Aku tidak mengenal kamu.”

Mungkin kita pernah mendengar atau membaca bagaimana orang yang kerasukan Legion disembuhkan. Dia tidak mengikut Tuhan Yesus, namun malah disuruhnya bertobat dan menjadi pewarta kabar sukacita di Gerasa. Dia percaya dan menjadi saksi mata serta mengalami sendiri disentuh Tuhan Yesus.

Mungkin, bersyukurlah kita yang menjadi pengikut Kristus dan melaksanakan ajaran-Nya dengan konsekuen, baik dan benar. Kesempatan untuk berubah menjadi semakin baik dan benar selalu terbuka, sebelum kita dipanggil selamanya. Siapapun yang mau bertobat, Tuhan Yesus membuka tangan-Nya lebar-lebar dengan membawa kasih pengampunan. Kerahiman Tuhan memang tidak akan bisa terselami oleh manusia, sehebat apapun dia.

Tuhan Yesus bagaikan jembatan yang menghubungkan dunia dengan surga. Jembatan tersebut satu-satunya jalan yang harus kita lalui agar bisa mencapai tujuan akhir, yaitu hidup.Di seberang jembatan dimana jalan menuju ke arah hidup, pemandangannya begitu mempesona dan mengagumkan. Yang terlihat dan dirasakan semuanya bagaikan pohon kebenaran yang bermacam-macam jenisnya. Jika kita bayangkan sebagai binatang, maka segala macam binatang yang kita lihat begitu jinak tidak ada yang menakutkan. mereka bagaikan hidup berdampingan. Mereka hanya memakan yang telah disediakan yaitu santapan kebenaran dari Sang Sumber Hidup. Jika kita menoleh ke belakang dan melihat kembali jalan yang sudah kita lalui sebelum menyeberangi jembatan, betapa pemandangan begitu berbeda. Pohon kebenaran ditebangi sehingga menjadi gersang, demikian juga binatang kebenaran dikejar-kejar dan diburu untuk dijadikan santapan binatang buas penguasa dunia.

Tumbuhan yang ditebang diganti dengan tumbuhan plastik buatan manusia, yang bisa direkayasa sedemikian rupa. Pohon buatan tersebut menjadi pohon kebenaran palsu yang disesuaikan dengan selera masing-masing. Jika pohon tersebut dilihat jenisnya seperti pohon mangga, maka buah-buahnya boleh saja menjadi buah durian. Cabang yang satunya berbuah alpukat, dan yang lainnya buah kaktus. Namanya juga pohon kebenaran palsu yang disesuaikan dengan kreativitas masing-masing.

Jika kita ingin berteduh di bawah pohon palsu tersebut, yang terasa adalah gerah. Rindangnya tidak bisa memberikan oksigin yang kita butuhkan, jangan-jangan malahan racun plastik yang membahayakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar