Sabtu, 17 April 2010

Memahami Yohanes Bab 18:28-38

Yesus di hadapan Pilatus

18:28. Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. 18:29 Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" 18:30 Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" 18:31 Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." 18:32 Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
18:33 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" 18:34 Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" 18:35 Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" 18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
18:37 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." 18:38 Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"


Para imam ini memang cukup aneh, yang mungkin sama juga dengan kita yang hidup di zaman sekarang. Mereka mengatakan tidak boleh membunuh seseorang sesuai dengan salah satu sepuluh perintah Allah. Namun di dalam kelompoknya mereka berkata bahwa lebih baik seorang mati untuk seluruh bangsa. Ungkapan Jawa “nabok nyilih tangan” yang berarti berbuat sesuatu melalui tangan orang lain, agar tidak dipersalahkan dunia.

Sepertinya Pilatus baru mengalami bertemu dengan seseorang yang lain dari pada yang umumnya. Seseorang itu Tuhan Yesus yang mengaku sebagai seorang raja bukan dari dunia ini. Dia adalah Raja Kebenaran, dimana para rakyat-Nya adalah orang-orang yang berasal dan melakukan kebenaran. Apakah kebenaran itu? Mungkin pada waktu itu terjadi dialog yang cukup panjang, berbicara tentang kebenaran yang hakiki. Berbicara tentang Kerajaan yang bukan berasal dari dunia pasti cukup menarik. Mungkin Pilatus mencoba untuk memahami tentang kerajaan yang tidak berasal dari dunia. Berarti ada suatu tempat entah dimana, yang juga ada suatu kerajaan. Kita bisa berandai-andai menurut selera kita, sehingga menyebabkan Pilatus lebih cenderung berpihak kepada Tuhan Yesus. Orang yang belum mengenal Allah malah bisa bersimpati kepada Tuhan Yesus. Sedangkan yang mengaku menyembah Allah malahan membenci dan menolak-Nya.

Bagaimana di zaman sekarang ini? Mungkin tidak begitu jauh perbedaannya, hanya situasi dan kondisinya saja tidak sama. Sampai sekarang bangsa Yahudi tetap tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka tetap menantikan kedatangan Mesias, entah yang seperti apa.

Mungkin sekarang ini kita memahami bahwa kerajaan Tuhan Yesus adalah Kerajaan Sorga. Dari kerajaan-Nya Dia menciptakan alam raya dengan segala macam isinya. Betapa Tuhan mencintai segala macam ciptaan, yang selalu diperhatikan dan dipelihara. Alam raya yang Dia ciptakan terus berkembang dan berubah, berproses tanpa henti. Salah satu ciptaan-Nya adalah bumi dimana makhluk yang dikasihi bernaung. Mereka tidak mau ketinggalan dan menciptakan kerajaan-kerajaan dunia. Allah tidak berkeberatan dengan kreativitas manusia, dengan harapan tetap dalam keseimbangan sesuai dengan keperluannya.

Yang namanya manusia dengan segala macam keinginan yang tidak pernah puas, membuat semakin serakah. Keinginan lebih sering melupakan bahwa yang lain juga membutuhkan. Jalan keluarnya, segala macam cara dilakukan untuk mencapai cita-cita keinginan lebih tersebut. Dampaknya adalah saling berebut dalam segala hal, saling berkelahi dan saling berperang. Mulailah saling merusak, termasuk merusak bumi dengan segala cara. Keseimbangan mulai runtuh, kedamaian dan kesejahteraan semakin jauh di awang-awang.

Sewaktu Sang Pencipta datang, manusia mulai menyusun strategi bagaimana meniadakan yang datang tersebut. Jika yang datang dibiarkan berkarya, jangan-jangan semuanya akan diambil kembali. Penguasa dunia memang pandai berdalih selama masih boleh berdiam di bumi ini. Bumi menjadi tempat yang paling bebas untuk berbuat apa saja, dari yang paling baik sampai yang paling jahat. Dari yang paling terang sampai yang paling gelap.

Sepertinya ada dua kekuatan yang saling bertentangan di bumi ini. Secara umum Penguasa dunia meraja di wilayah yang kasat mata, sedangkan Tuhan Yesus lebih cenderung meraja di hati, jiwa dan akal budi yang tidak kelihatan. Manusia dihadapkan kepada dua pilihan yang begitu berbeda. Manusia memilih yang semuanya paling enak jika boleh, hidup di dunia kaya raya, berfoya-foya dan berbahagia, setelah mati hidup mulia di sorga. Sayangnya dalam hal sorga, manusia hanya bisa berharap-harap cemas. Keputusan akhir berada di tangan Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.

Dalam bayangan penulis, sepertinya Tuhan Yesus selalu dikelilingi oleh para malaikat yang tidak kelihatan. Para malaikat bagaikan prajurit yang tunduk dan setia kepada Sang Raja. Selama Sang Raja tidak memerintahkan sesuatu, mereka tetap diam setia, walaupun mereka juga sedih, terharu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar