Jumat, 02 April 2010

Memahami Yohanes Bab 8:37-47

Keturunan Abraham yang tidak berasal dari Allah

8:37 "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. 8:38. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu."
8:39 Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. 8:40 Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. 8:41 Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah."
8:42 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. 8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. 8:44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. 8:45 Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku.
8:46. Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? 8:47 Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah."


Pengajaran Tuhan Yesus yang disampaikan Yohanes Penginjil memang begitu sulit untuk dicerna dengan nalar. Sepertinya Tuhan Yesus lebih menekankan yang rohani, yang harus diterima oleh hati, jiwa dan akal budi kita. Allah bisa berbuat menurut kehendak-Nya sendiri, yang sering kali mencelikkan mata kita. Tuhan Yesus yang keluar dan datang dari Allah sendiri, karena memang Dia Allah itu sendiri yang menjilma menjadi manusia. Dan inilah yang sulit diterima akal pada waktu itu.

Orang Yahudi adalah keturunan Abraham yang menjadi bapak bangsa. Mereka juga mengakui bahwa Bapa hanya satu yaitu Allah sendiri. Jika mereka melaksanakan apa yang telah dilakukan Abraham, mematuhi kehendak Allah yang baru dia kenal, mestinya mereka mengerti. Paling tidak mencermati dengan hati bening bahwa Tuhan Yesus juga menyebut Allah sebagai Bapa. Dia mengenal Bapa seperti Bapa mengenal Dia. Dia keluar dan datang dari Allah sendiri. Dan Dialah Mesias yang telah dijanjikan, dengan tanda-tanda atau mukjizat yang mereka lihat.

Pertanyaan yang mungkin paling penting adalah, percayakah kita bahwa Yesus Kristus yang menyebut diri sebagai Anak Manusia adalah Allah sendiri. Jawabannya mungkin ada tiga, percaya, tidak percaya dan ragu-ragu. Sepertinya Tuhan Yesus sendiri tidak pernah memaksa manusia harus begini dan begitu. Semuanya diserahkan kepada kita dengan segala macam risikonya.

Bagi penulis sendiri, penulis begitu yakin dan percaya bahwa Dia adalah Tuhan Allah sendiri. Walaupun dalam keyakinan tersebut banyak hal yang masih membingungkan dan penuh misteri. Rasanya belum pernah ada orang sehebat apapun, yang berani berkata dan berbuat seperti Tuhan Yesus. Dia tidak pernah meminta didoakan malahan mendoakan banyak orang yang menganiaya-Nya. Dia tidak pernah membalas dengan dendam, namun sebaliknya memberi pengampunan. Dia selalu menyebarkan damai dan kasih maupun penghiburan.

Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah. Jika demikian, bukan kita yang mencari Tuhan, namun Tuhanlah yang memilih kita. Mungkin kita percaya bahwa sebenarnya kita hanya salah satu ciptaan-Nya. Ciptaan menurut citra Allah, yang berarti semuanya berasal dari Allah sendiri. Mungkin yang bukan berasal dari Allah adalah keinginan kita untuk berbuat dosa. Ada nafsu roh jahat yang menyelimuti kita sehingga bagaikan berada di dalam kegelapan yang kelam. Sentuhan Tuhan dalam kegelapan tersebut tidak kita rasakan, karena sibuk dengan diri sendiri. Kita bisa membayangkan seorang anak yang sedang asyik dengan mainannya. Panggilan atau bahkan sentuhan diabaikan, karena semua konsentrasi tertuju kepada mainan tersebut. Dia akan merengek katika mainan tersebut ada masalah, dan barulah memanggil bapak atau ibunya.

Sering kita baru ingat Tuhan setelah menghadapi masalah. Dalam kenikmatan dunia kita lupa diri dan asyik dengan mainan kita. Kita lupa untuk bersyukur bahwa semuanya berasal dari Allah. Begitu mainan dunia itu menjadi boomerang, kita meminta tolong dan berteriak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar