Senin, 12 April 2010

Memahami Yohanes Bab 12:37-43

Mengapa orang Yahudi tidak dapat percaya

12:37. Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, 12:38 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?" 12:39 Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: 12:40 "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka." 12:41 Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia.

12:42. Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. 12:43 Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.


Dalam pemahaman penulis, sepertinya orang Israel bagaikan terpecah menjadi dua bagian besar. Sebagian percaya kepada Tuhan Yesus dan sebagian lagi sama sekali tidak percaya, malahan membenci-Nya. Yang percaya dan tidakpun masih terbagi-bagi lagi karena berbagai kepentingan, entah itu lebih pribadi ataupun demi kelompok.

Mungkin hanya orang-orang yang mempunyai hati yang dapat merasakan kebenaran yang disampaikan Tuhan Yesus. Kepercayaan kelompok ini begitu besar dan siap mengikuti kemana saja Sang Guru pergi, selama keadaan memungkinkan. Sebagian lagi percaya akan kuasa mujizat, yang bisa dimanfaatkan untuk segala macam kepentingan. Sebagian percaya namun kawatir kalau terang-terangan mengikut Tuhan Yesus. Kelompok ini biasanya orang-orang yang sudah terpandang, namun masih takut kalau kehilangan kehormatan di depan manusia.

Mungkin sebagian besar kelompok imam dan orang Farisi yang paling sulit untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Perasaan “merasa lebih” sering menjadi batu sandungan, sehingga tidak siap jika untuk berubah. Mungkin kelompok ini merasa lebih ahli dalam kitab suci, lebih berpengalaman, lebih berpendidikan, lebih tua dan senior dan yang tak ketinggalan adalah lebih berkecukupan dalam materi duniawi. Walaupun apa yang diucapkan Tuhan Yesus itu benar, mereka tetap mempertahankan diri dengan berbagai alasan. Jika tidak berani berkomentar berhadapan, maka di belakang akan ngomong dan memanasi orang lain agar setuju dengan mereka. Orang awam yang dekat dengan kelompok imam dan orang Farisi, mau tidak mau lebih gampang dipengaruhi. Apa lagi jika pengaruh tersebut dengan membawa-bawa Kitab Suci, seakan-akan penafsiran mereka tidak bisa ditolak. Dalam keadaan terpojok, bagi mereka berkomentar yang paling mudah keluar dari mulut adalah Tuhan Yesus kerasukan roh jahat. Roh jahat yang begitu hebat sehingga roh jahat yang lain mau menurut untuk diusir. Rasanya memang aneh jika roh jahat saling berkelahi sendiri. Atau sebenarnya yang aneh adalah mereka yang mengaku sebagai ahli Kitab Suci.

Kita bisa membayangkan bagaimana Roh yang kudus, yang Illahi, yang mahakuasa, koq dirasuki oleh kuasa Setan. Secara bodoh kita bisa mengatakan bahwa para ahli Taurat dan kaum Farisi kelompok ini tidak percaya kepada Allah. Roh Kudus dirasuki Roh Setan sama saja mengidentikkan Allah sama dengan Iblis. Bahasa ekstrimnya mungkin meniadakan Allah, atau menghujat Roh Kudus-Nya, yang malahan secara tidak sadar lebih dekat dengan atheis. Jika dosanya tak terampunkan, maka sungguh mengerikan dan harus menjadi perhatian kita semua.

Para imam harus hati-hati kalau berbicara mengenai Roh Kudus dan Roh Kuda. Jika yang berkarya itu betul-betul Roh Kudus, namun dianggap sebagai Roh Kuda, siap-siap saja masuk ke hukuman tak terampunkan, mungkin neraka yang kekal. Mungkin para imam kelompok ini perlu mempelajari kembali sepuluh perintah Allah. Perintah Allah yang penuh dengan “jangan” dan jangan ditambahi lagi “jangan ketahuan.”

Tetapi kembali lagi bahwa mereka kan para imam, para ahli yang sekolah khusus, dan yang lainnya sering dianggap tidak tahu apa-apa. Kesombongan rohani sering menjadi batu sandungan, yang tanpa kita sadari malah bisa menjerumuskan diri sendiri. Mungkin semua orang perlu menyimak doa Tuhan Yesus di Matius 11:25-26, betapa segalanya malah dibukakan kepada orang miskin sederhana dan tertutup bagi yang pandai dan bijaksana.

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kitapun tidak jarang seperti para ahli Taurat maupun kaum Farisi. Mungkin kita pernah mencemooh di belakang, kepada kelompok lain yang kita anggap ritusnya berbeda, agak aneh atau tidak umum. Padahal dalam mencari kebenaran yang hakiki, ngobrol dengan Tuhan, cara pengungkapan iman adalah begitu pribadi. Mungkin cara yang kita anggap aneh tersebut bagi yang bersangkutan merasa pas. Mungkin itulah yang disebut iman sejati yang memerdekan, tidak terbelenggu oleh adat atau kebiasaan yang selama ini kita ikuti. “Manut grubyuk” yang penting pokoknya ikut saja tanpa memaknai dan merasakan bahwa Tuhan begitu dekat.

Mungkin kita pernah merasakan bagaimana berdoa pribadi dengan maksud curhat dan memohon sesuatu. Tiba-tiba dalam keheningan tersebut kita merasakan suatu sentuhan Tuhan, seperti suatu sapaan yang tidak terdengar dan tidak terlihat. Kita malah lupa dengan rencana melapor dan memohon, karena begitu asyik ngobrol dengan Tuhan, seperti berbicara dari hati ke hati. Yang tadinya hanya ingin sebentar, malah lupa waktu.

Di zaman sekarangpun banyak kelompok yang tetap tidak bisa percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Allah itu sendiri. Jikalau mempercayai Dia sebagai orang yang baik dan rendah hati, mempercayai sebagai seorang nabi rasanya masih banyak. Tetapi Allah yang menjilma menjadi manusia sejati, bisa jadi tidak masuk dalam akal mereka. Manusia ya tetap manusia, tidak mungkin kemasukan Roh Allah. Kalau kemasukan roh jahat atau kesurupan baru bisa agak diterima. Padahal mungkin kita bisa sepakat bahwa Allah Mahakuasa, yang tidak mungkin bagi manusia, segalanya mungkin bagi Allah.

Roh Allah bisa memasuki siapa saja yang mau membuka hatinya kepada Dia. Dan itu yang diharapkan sekali penuh kerinduan oleh Allah. Mungkin manusia tidak mengenal Allah, namun Allahlah yang begitu mengenal kita satu persatu. Dalam kebebasan kita untuk berpikir dan berbuat, Allah tetap ingin masuk dalam hati kita karena kasih-Nya.

Jadi, kita mestinya tidak perlu heran, sedih, berkecil hati, jika tidak dipercaya karena menjadi pengikut Kristus. Karena dari awalnya memang banyak orang sudah tidak percaya Tuhan Yesus. Secara bodoh mungkin kita hanya bisa berdoa :”Ya Tuhan Yesus ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu siapa Engkau.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar