Sabtu, 17 April 2010

Memahami Yohanes Bab 19:1-15

19:1. Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. 19:2 Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, 19:3 dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
19:4 Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." 19:5 Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" 19:6 Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
19:7 Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." 19:8 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, 19:9 lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. 19:10 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" 19:11 Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
19:12 Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." 19:13 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. 19:14 Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" 19:15 Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"


Mungkin kita bisa mencoba membayangkan bagaimana Tuhan Yesus disesah, disiksa dengan segala macam alat yang dipergunakan pada waktu itu. Yang namanya tentara penjajah, pasti mempunyai kelompok algojo yang dilengkapi dengan alat-alat penyiksa bagi tahanan. Sebagai manusia sejati sudah pasti Tuhan Yesuspun merasakan kesakitan yang luar biasa. Penderitaan dari penganiayaan itu harus diterima dengan lapang dada. Mengaduh dan mengeluh karena kesakitan yang luar biasa adalah bagian hidup yang harus dilalui. Itulah cawan yang diberikan oleh Allah Bapa yang harus diminum dan dirasakan betapa pahit dan tidak enaknya. Dia menyediakan Diri-Nya untuk menjadi korban sebagai pengganti hewan korban yang selama itu dipergunakan untuk penebusan salah dan dosa.

Darah-Nya bisa dipastikan tertumpah kemana-mana, membasahi bumi pertiwi sebagai pupuk dan tumbal. Para algojo pasti ahli menyiksa yang begitu menyakitkan, namun tidak sampai mematikan. Seluruh daging di Tubuh-Nya tercabik-cabik, sehingga sudah tidak mirip sebagai manusia lagi. Mahkota duri bisa kita bayangkan yang dibuat dari tumbuhan berduri panjang dan menjalar. Duri-duri yang tajam dan panjang tersebut ditancapkan di Kepala-Nya menjadi semacam mahkota. Rasa kesakitan pasti tidak terbayangkan dan darah mengalir dari semua titik tempat duri menancap. Penulis tidak tahu apakah itu sindiran atau ejekan karena Dia dianggap sebagai raja orang Yahudi.

Mungkin Pilatus ingin menunjukkan betapa Tuhan Yesus sudah disiksa dan sudah tidak berbentuk manusia normal lagi. Eche homo, lihatlah manusia itu, yang sudah porak poranda karena kekejaman yang luar biasa. Harapannya orang-orang yang berkumpul di situ merasa iba dan kasihan, kemudian berubah pikiran. Nyatanya kekerasan hati dan kebencian mereka sudah diluar batas manusia pada umumnya. Mereka masih memaksakan untuk disalib, sebagai tindakan seolah-olah betapa jahat Tuhan Yesus itu. Mereka lupa dengan ucapan sebelumnya bahwa tidak boleh membunuh seseorang. Dan saat itu mereka ingin menghukum mati Dia dan dihinakan serendah-rendahnya.

Dari obrolan sebelumnya, Pilatus mungkin merasakan bahwa sebenarnya kelompok para imam dan kaum Farisi bukan mencari kebenaran. Mereka lebih cenderung diliputi oleh kebencian yang diselimuti oleh ajaran dan dogma, seakan-akan itulah hukum agama mereka. Bersyukurlah Pilatus bahwa dosa besar itu akan ditanggung oleh mereka. Dosa mereka lebih besar karena dari merekalah sebenarnya hukuman mati itu diminta. Pilatus sudah terlanjur menawarkan pilihan, siapa yang harus dilepaskan dalam rangka Paskah. Dan mereka sudah menentukan pilihan bahwa Barabas yang harus dilepaskan. Walau sudah diusahakan untuk bisa melepaskan Tuhan Yesus, namun akhirnya Pilatus kalah dan mencuci tangan. Keputusan tersebut harus ditanggung oleh mereka yang bernafsu ingin menyalibkan Dia.

Mungkin pada saat itu kelompok imam dan kaum Farisi sedang bersilat lidah, bahwa mereka mendukung kaisar Romawi. Tidak ada raja kecuali kaisar dan penulis bingung dengan jabatan Herodes yang masih bertahta pada waktu itu. Mereka sepertinya menunjukkan diri yang seolah-olah mengakui dan mendukung diperintah oleh kaisar. Kaisarlah satu-satunya raja, pimpinan tertinggi yang diakui oleh mereka. Biarlah sebagai pimpinan daerah, Pilatus merasa diangkat dan diterima oleh rakyat Israel. Mungkinkah Herodes hanyalah seorang penguasa boneka yang sebenarnya tidak disukai oleh rakyatnya? Ataukah karena Herodes bukan penguasa di wilayah Yudea, tetapi wilayah Galilea?

Dalam bayangan penulis, sewaktu Tuhan Yesus disesah sedemikian rupa, para malaikat melayani Dia dengan caranya yang tidak kelihatan. Jika tidak ada yang menguatkan, sepertinya badan wadag ini tidak akan mampu bertahan menghadapi siksaan yang demikian berat. Mulai dari ditangkap di taman Getsemani, penganiayaan sudah mulai berjalan tanpa ada waktu untuk istirahat. Keseokan harinya dibawa kesana kemari dalam keadaan menderita lahir batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar