Jumat, 16 April 2010

Memahami Yohanes Bab 17:17-26

17:17. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. 17:18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; 17:19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.

17:20. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 17:22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 17:23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

17:24. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 17:25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; 17:26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."

Doa Tuhan Yesus tidak hanya untuk para murid, tetapi berlaku bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Kepada semua orang yang percaya akan kesaksian yang diwartakan oleh para murid dan penerusnya, sampai akhir zaman. Semua orang percaya diminta untuk menjadi satu, menjadi Gereja yang satu karena Allah Bapa dan Allah Putera juga satu.

Satu hal yang sering menggelitik hati penulis, mengapa dalam perjalanannya gereja perdana yang satu itu mulai terpecah dan tercerai berai. Penulis tidak tahu persis apa sebenarnya penyebab perpecahan tersebut, karena pasti setiap kelompok yang terpecah mempunyai alasan pembenaran diri dan kemudian memisahkan diri. Tubuh Tuhan Yesus secara pelan dipotong-potong, yang mungkin hanya karena beberapa oknum yang tidak puas, merasa direndahkan, tersinggung, tidak setuju dan sebagainya.

Mungkin kita pernah mendengar adanya kelompok gereja Timur atau Ortodox, gereja Barat atau Roma Katolik, dan gereja Protestan. Masih ada lagi gereja Anglikan dan mungkin gereja-gereja lain lagi. Alangkah hebat dan indahnya apabila semua gereja tersebut bersatu hati mempersatukan Tubuh Kristus yang selama ini hancur. Memang tidak mudah karena harus berani melawan ego pribadi ataupun ego kelompok, saling berani mengakui kekurangan masing-masing. Penyangkalan diri dan memikul salib lebih gampang untuk diucapkan dari pada untuk dilaksanakan.

Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia meminta kepada Allah Bapa dan menjanjikan bahwa semua orang yang dipilih-Nya bisa memandang kemuliaan-Nya. Siapa yang bisa melihat kemuliaan-Nya berarti mereka yang bisa bersama-sama dengan Dia sepanjang segala masa. Namun kelihatannya bisa juga dipahami bahwa siapa saja yang bisa mengasihi Dia melalui perbuatan nyata, akan merasakan kemuliaan-Nya walaupun begitu misteri. Kasih itu sendiri berasal dari Dia dan Dialah Kasih itu sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita bisa merasakan sewaktu kita melakukan suatu perbuatan kasih. Kasih bukan karena terpaksa namun karena tulus dan ikhlas akan memberikan perasaan damai sejahtera, sukacita. Saat-saat seperti itulah Roh Kudus secara misteri bersama dan menguasai kita. Namun untuk mempertahankan perasaan yang tak terungkapkan tersebut begitu sulitnya. Karena sesuatu hal yang kelihatan sepele, yang mungkin kita anggap sebagai pencobaan, ego kita bisa bangkit berontak. Sang Aku menuntut peng-aku-an, bahwa ia ada, jangan disepelekan, jangan diabaikan, jangan dipojokkan dan sebagainya. Saat seperti itu bukan Roh Kudus yang berkuasa namun Sang Aku. Roh Kudus yang begitu lentur tidak memaksa, kelihatannya mengalah dan mau saja dipinggirkan.

Dari keempat Injil yang ada, mungkin inilah doa Tuhan Yesus yang paling panjang. Doa yang sering diulang karena begitu pentingnya untuk diraba-rasakan. Tuhan di dalam kita dan kita di dalam Tuhan, seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa. Mungkin ungkapan Jawa “manunggaling kawula lan Gusti” merupakan ungkapan yang diambil dari ajaran-Nya. Entah ajaran tersebut diajarkan melalui siapa, namun sesuai dengan yang dikatakan Tuhan Yesus sendiri dua ribu tahun yang lalu.

Mungkin dalam tahapan tertentu, sewaktu kita ngobrol dari hati ke Hati dengan Tuhan, kita tidak lagi mengucapkan aku dan Engkau. Ucapan tersebut berubah menjadi kita, karena aku di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam aku. Jadi sebenarnya kita tidak pernah sendirian, selama Tuhan beserta kita. Pertanyaannya, percayakah kita bahwa Tuhan selalu beserta kita?

Jika kita percaya dan menyadari hal tersebut, adakah sesuatu yang berubah dalam sikap kita? Yang namanya ngobrol intim dengan sahabat, pasti berbeda dengan berbicara kepada guru, orang tua, apa lagi yang kita hormati. Kedekatan atau keintiman bisa memecahkan tembok basa-basi yang selama ini membelenggu. Segala macam bentuk topeng bisa kita lepaskan dan menjadi merdeka. Sahabat sejati pasti bisa memaklumi akan kekurangan kita, termasuk dalam berbahasa dan tingkah laku. Mungkin agak berbeda apabila dua sahabat tersebut berkumpul dengan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar